Share

7. Hampir Ketahuan

Penulis: Cucu Suliani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-04 22:55:17

"Terima kasih, Pak." Mer berucap dengan tulus.

"Sama-sama," jawab Pak Dian.

Mer kembali melanjutkan langkahnya, sambil memakai jaket milik pak Dian. Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, Mer melihat banyak pedagang yang menjajakan dagangannya.

Di sana terlihat begitu banyak gerobak berjejer dengan rapi, bahkan banyak juga pedagang yang menggelar dagangannya di atas tikar, tergeletak begitu saja, tapi tetap terlihat rapi dan tak meninggalkan kesan jorok.

Mer terlihat begitu semangat, dia langsung mendekat ke arah pedagang-pedagang tersebut. Tidak lama kemudian, tatapan mata Mer tertuju pada gerobak soto.

Seketika mulut Mer terasa berliur. Mer langsung menghampiri pedagang soto tersebut. Dia sudah tak sabar ingin mencicipi rasa asam dan sensasi segar dari soto tersebut.

Akan tetapi, baru saja Mer akan memesan semangkok soto. Mer malah melihat Adi yang sedang asik makan bakso bersama anak dan istri pertamanya.

Adi terlihat menyuapi istrinya dengan penuh cinta, Adi juga terlihat mengambilkan segelas air putih untuk istrinya itu.

Sangat terlihat sekali jika Adi begitu mencintai wanita yang kini berada di sampingnya. Tatapan matanya terlihat begitu mendamba pada perempuan yang ada di depan matanya.

Wanita yang terlihat sangat cantik, terlihat dewasa dan terlihat seumuran dengan Adi. Melihat kemesraan antara Adi dan istrinya, muncul banyak pertanyaan dalam benak Mer.

Untuk apa dia menikahi Mer? Untuk apa dia mencari wanita lain jika di dalam hidupnya sudah ada dua wanita? Untuk apa mencari kehangatan dari tubuhnya, jika ada wanita yang sudah bisa menghangatkan hati dan tubuhnya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja terlintas di otak Mer. Rasanya otak Mer seakan hendak meledak. Hatinya bahkan terasa sesak dengan banyaknya pertanyaan tanpa jawaban.

Mata Mer terasa panas. Dadanya langsung terasa sesak, napasnya seakan terasa tercekat. Seketika itu juga rasanya Mer ingin melompat ke jurang terdalam.

Dia ingin mengakhiri hidupnya agar tak merasa malu dengan keluarganya. Akan tetapi, wajah pak Adan seakan terlintas di pelupuk matanya, tak mungkin dia mengecewakan lelaki yang sudah memberinya kasih sayang.

Lelaki yang rela tak menikah lagi, hanya untuk membahagiakan kedua anaknya. Lelaki yang selalu menjaga dirinya selama ini.

Air matanya tiba-tiba saja meleleh. Mer tak sanggup lagi melihat kemesraan antara suaminya dengan istri pertamanya. Apa lagi saat istri pertamanya Adi yang terlihat mengecupi pipi Adi beberapa kali, hal itu membuat Mer merasa muak.

"Oh ya ampun! Kenapa mereka harus pergi ke tempat umum jika mau bermesraan seperti itu?" rutuk Mer.

Mer buru-buru menyusut air matanya. Dia berusaha untuk menguatkan dirinya, Mer tak boleh lemah. Beberapa kali, Mer mensugesti dirinya sendiri. Memberikan semangat pada dirinya, agar lebih kuat dalam menghadapi kenyataan pahit yang terlintas di depan matanya.

"Gue kuat, gue bisa ngadepin ini semua." Mer berusaha untuk menguatkan hatinya.

Mer tak memedulikan lagi perutnya yang terasa keroncongan, Mer segera pergi dari sana. Dia tak mungkin tetap tinggal dan terus menyaksikan hal yang bisa membuat hatinya lebih sakit lagi.

Mer berjalan menjauh dari sana, sesekali dia akan mengedarkan pandangannya seraya menyusut air matanya. Tidak lama kemudian dia tersenyum dan berkata.

"Di depan ada swalayan ternyata, gue beli roti aja deh buat ganjel perut," ucap Mer lirih.

Langkahnya dia percepat, lalu masuk ke dalam swalayan tersebut. Mer memilih beberapa camilan dan juga minuman. Tak lupa, dia juga membeli roti tawar dan selai coklat kesukaannya.

Mer terlihat asik mengambil ciki dan memasukannya ke dalam keranjang, tanpa peduli sekitarnya. Dia hanya ingin secepatnya membeli makanan untuk mengganjal perutnya, lalu segera pergi dari sana.

Mer berjalan ke sana-kemari dengan hanya memperhatikan makanan incarannya saja. Hingga tanpa sadar Mer berhenti karena dia melihat makanan kesukaannya ada di depan matanya.

"Aww!" terdengar suara pekikan anak kecil dari arah belakang tubuh Mer.

Mer segera membalikan tubuhnya, dia melihat seorang anak kecil yang jatuh terduduk. Dia juga sedang mengelus-ngelus bokongnya yang terasa sakit, Mer merasa bersalah dibuatnya.

"Sorry, Sayang. Aunty ngga sengaja," ucap Mer seraya membantu anak kecil itu untuk bangun.

Dia mengulurkan tangannya, anak perempuan itu terlihat enggan untuk menyambut uluran tangan Mer. Akan tetapi, tetap dia menerima uluran tangan Mer dengan wajah cemberut.

"Maaf ya, Sayang. Aunty benar-benar ngga sengaja," ucap sesal Mer.

"Hem, lain kali Aunty ngga boleh berjalan cepat lalu berhenti mendadak. Aku tuh suka sebel sama orang gede, kalau jalan suka ngasal. Kadang kalau jalan suka sambil ngelamun juga," kata anak itu polos.

Mer tertawa renyah mendengar penuturan anak kecil berjenis kelamin wanita itu, baru kali ini dia merasa lucu mendengarkan anak kecil yang sedang menggerutu.

"Memangnya semua orang dewasa suka melamun atau suka berjalan dengan asal?" tanya Mer.

"Hem, Bunda juga sering melamun. Dia sering ditinggal ayah, tiap hari sering bengong," jawab polos anak kecil itu.

"Bunda kamu mana, Sayang?" tanya Mer yang seakan lupa dengan wajah anak itu.

"Di luar sama ayah, aku cuma mau beli minum aja sama ciki yang itu, tapi susah." Anak itu menunjuk jajanan yang berada di rak atas.

Anak itu menatap ciki itu dengan wajah yang terlihat menggemaskan, cemberut dengan bibir yang mengerucut. Berbeda dengan Mer yang malah mengedarkan pandangannya, dia melihat ke arah luar. Di sana ada Adi dan juga istrinya, untuk sejenak dia terdiam.

Mer mengingat-ingat Adi yang tadi duduk di bangku sambil menyuapi istrinya, lalu Mer memandang anak kecil yang ada di depannya.

"Ya Tuhan, anak kecil ini yang tadi bersama--"

Ucapan Mer terhenti, dia seakan tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya. Apalagi saat melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Adi, rasanya dia tak sanggup berlama-lama dengannya.

Tangan Mer dengan cepat mengambil ciki yang tadi anak itu tunjuk, kemudian memberikannya kepada anak itu dengan cepat.

"Ini, Sayang. Aunty bantu ambilkan," kata Mer.

"Terima kasih, Aunty. Bisa tolong ambilkan minumannya sekalian, ada di rak paling atas. Aku kesusahan ngambilnya," pintanya dengan nada bicara yang sangat menggemaskan.

Mau tak mau, Mer pun mengangguk.

"Boleh, yang mana, Sayang?"

Anak kecil itu langsung menunjukan minuman yang dia inginkan, Mer dengan cepat membuka show chase dan mengambilkannya.

"Ini, Sayang," ujar Mer seraya memberikan minuman yang diinginkan oleh anak kecil itu.

"Meira, Sayang. Sudah beli ciki sama minumnya?"

Deg!

Jantung Mer berdetak dengan sangat kencang kala dia mendengar suara lembut yang selalu mampu membuat hatinya berdebar, suara pria yang membuat dirinya merasakan cinta dan juga kebencian dalam waktu yang sama.

'Apakah itu benar-benar suara mas Adi?' tanya Mer dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Karir Nya Sukses
mnh klanjutany
goodnovel comment avatar
Airin Chan
kenpa gak bisa dibuka bab nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    74. Liburan Yang Menyenangkan

    Pada kesempatan yang ada, Mer membicarakan tentang rencana liburan yang sudah dia atur untuk kepentingan Anggi dan juga Johan. Dia mengatakan kepada Arga kalau liburan juga penting untuk mereka berdua dan kedua anaknya. Arga awalnya merasa keberatan karena perusahaan miliknya kini sedang berada di atas kejayaan, dia sedang begitu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Namun, di satu sisi dia juga tidak ingin mengecewakan istrinya, anaknya dan juga adik iparnya. Lagi pula, untuk masalah pekerjaan bisa dia kerjakan di Bali sambil liburan. Akhirnya Arga memutuskan untuk pergi berlibur ke Bali, tentunya setelah dia menekankan kepada Johan Kalau pria itu juga harus tetap bekerja walaupun lewat laptop. Jika ada meeting penting, mereka harus melakukan zoom meeting melalui layar laptop. Agar perusahaan mereka tetap berjaya, karena itu penting adanya. "Yes! Kalau gitu kita harus pesan Villa aja, biar lebih leluasa saat berlibur. Jangan pesan kamar hotel, Yang. Kurang asik," ujar Mer. Mer meras

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    73. Rencana Berlibur

    Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, Johan dan juga Anggi benar-benar mengadopsi Meira. Karena mereka merasa kasihan terhadap gadis kecil malang itu.Mereka benar-benar merasa iba karena di usianya yang masih sangat kecil, dia justru malah mendapati nasib yang sangat malang.Ayahnya kini divonis jika usianya tidak akan lama lagi, sedangkan ibunya sama sekali tidak mencari keberadaan putrinya tersebut. Ibunya seolah tidak peduli dengan perkembangan anaknya dan seolah tidak ingin menoleh ke belakang lagi.Padahal, jika memang Hanum begitu membenci Adi, itu tidak masalah jika dia tidak mau menemui pria itu. Namun, masalahnya Meira adalah putri kandungnya, setidaknya wanita itu harus ingat untuk mengurus putrinya tersebut.Anggi sangat sedih karena sudah cukup lama menikah dengan Johan, tetapi belum memiliki keturunan. Padahal, dia begitu menginginkan keturunan, tetapi yang sudah memiliki keturunan malah seolah tidak mau mengurusi keturunannya.Saat Anggi dan juga Johan membawa Meir

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    72. Mempersiapkan Semuanya

    Setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari, akhirnya Mer diperbolehkan untuk pulang membawa baby cantiknya.Saat Mer pulang, Arya terlihat begitu bahagia sekali bertemu dengan ibunya. Karena selama Mer di rumah sakit, anak itu tidak pernah sekalipun diajak ke rumah sakit.Arya juga begitu senang saat bertemu dengan adik perempuannya, adik perempuan yang terlihat begitu cantik sekali.Di sana juga ada tuan Danu, pak Adan, Johan dan juga Anggi. Mereka nampak berada di sana untuk menyambut kedatangan dari baby cantik milik Mer.Mereka bahkan menyulap ruang tamu milik Mer layaknya ruangan untuk berulang tahun, penuh dengan balon dan juga foto-foto baby kecil Mer yang selalu Arga kirimkan kepada tuan Danu dan juga Johan."Uuhh! Keponakan aku cantik sekali, siapa namanya?" tanya Johan yang langsung mengambil alih baby cantik dari pangkuan Mer.Mer menolehkan wajahnya ke arah suaminya, wanita itu seolah berharap jika yang akan menjawab pertanyaan dari adiknya itu adalah suaminya tersebut

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    71. Baby Girl

    Arga merasa begitu bangga karena selalu bisa memuaskan istrinya, dia merasa begitu berharga sebagai seorang pria. Melihat wajah penuh kepuasan dari istrinya, dia merasa sangat puas."Balik, Yang!" pinta Arga.Mer paham dengan apa yang diminta oleh suaminya tersebut, wanita itu nampak merangkak seperti bayi. Karena itu adalah posisi yang paling difavoritkan oleh suaminya tersebut.Tidak lama kemudian, Arga nampak memompa tubuh istrinya dari belakang. Dia maju mundurkan pinggulnya dengan penuh perasaan."Enak, Yang. Sangat enak," ujar Arga seraya menekan pinggang istrinya.Tidak lama kemudian Arga merasa seperti ada gejolak hasrat yang hendak keluar, tentu saja dia langsung mempercepat goyangan pinggulnya. Lalu, dia memperdalam miliknya dan memuntahkan cairan cintanya."Ouch! Yang, sangat enak." Arga memejamkan matanya karena mencapai klimaksnya.Kini Mer yang nampak tersenyum puas mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut, dia merasa senang karena Arga selalu bisa mencapai pu

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    70..Sebentar Lagi

    Semakin buncit perut Mer, wanita itu semakin kesulitan untuk bergerak. Karena bukan hanya perut wanita itu saja yang semakin membesar, tetapi badannya juga semakin membengkak.Beruntung kaki wanita itu tidak ikut membengkak, karena dengan seperti itu Mer masih bisa bergerak dengan begitu bebas. Walaupun memang dalam berjalan lebih lambat.Mer juga merasa beruntung karena Arga semakin perhatian saja kepada wanita itu, bahkan Arga lebih sering menemani wanita itu dalam kesehariannya.Awalnya Mer sempat ilfil karena tubuhnya yang membengkak, dia takut jika suaminya akan berselingkuh dan akan meninggalkan dirinya.Namun, dugaannya sangat salah. Karena Arga justru semakin memberikan perhatian kepada dirinya dan juga memberikan pujian.Arga berkata jika istrinya kini semakin gemoy, semakin enak saja kalau mereka melakukan percintaan panas seperti biasanya. Arga juga begitu pandai memuji dirinya.Tentunya hal itu membuat Mer percaya diri, tetapi walaupun dalam keadaan hamil wanita itu tidak

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    69. Bersedia

    Dulu Mer memang sempat merasa kecewa dan juga sakit hati karena dibohongi oleh Adi, padahal dia begitu mencintai pria itu, tetapi nyatanya pria itu hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk mencetak bayi.Adi bekerjasama dengan istrinya sendiri untuk menipu dirinya, satu hal yang membuat Mer merasa begitu lebih sakit hati. Hanum meminta Adi untuk meninggalkan dirinya setelah dia melahirkan.Sungguh itu adalah hal kejam yang tidak bisa dimaafkan begitu saja, karena menurut Mer, rencana Hanum benar-benar tidak manusiawi.Namun, kini setelah melihat Adi yang nampak begitu sengsara setelah ditinggalkan oleh Hanum, Mer merasa kasihan terhadap pria itu. Terlebih lagi terhadap Meira, anak itu tidak berdosa.Rasanya Mer ingin menangis ketika mendengar Adi menderita penyakit kanker hati stadium akhir, bahkan Adi berkata jika umurnya tidak akan lama lagi."Kata dokter, aku hanya akan bertahan selama 6 bulan. Aku--aku takut jika aku mati, Meira tidak ada yang mengurus, karena Hanum sama sekali tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status