Home / Young Adult / Janji Amanda / 9. Amanda Belum Menyerah

Share

9. Amanda Belum Menyerah

last update Last Updated: 2024-10-12 12:17:03

Mata besar Bu Lily yang galak itu langsung menatap langsung ke arah Amanda, membuat Amanda kebingungan. “Amanda, apa yang kamu lakukan? Benar kamu nggak fokus sama pelajaran saya?”

“Hah? Enggak kok, Bu. Saya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, kok. Dia aja yang ngasal, Bu.”

Amanda berusaha menutupi kegugupannya dengan tersenyum semanis mungkin, biarpun dia tahu hasil senyumannya tidak bisa benar-benar manis dalam keadaan genting seperti ini.

Bu Lily pun mengetes Amanda dengan memberinya pertanyaan sebagai bukti Amanda mendengarkan pelajarannya atau tidak. Dan jelas saja Amanda tidak bisa menjawab pertanyaan Bu Lily, orang sejak tadi dia memikirkan hal lain yang tidak ada hubungannya sama pelajaran.

Bu Lily langsung marah dan menyuruh Amanda untuk membuat kliping tentang kebudayaan dengan bahasa Inggris minimal 20 halaman yang harus dia kumpulkan minggu depan. Hukuman akan ditambah kalau Amanda tidak mengerjakan tugas itu.

Pada saat Amanda melirik Alvan, dilihatnya cowok itu tersenyum penuh kemenangan. Lagi-lagi senyuman menyebalkan itu yang dilihatnya dan membuat Amanda ingin menonjok wajahnya. Amanda juga heran, jangan-jangan Alvan memang punya kemampuan indera keenam karena dia bisa tahu apa yang dilakukan Amanda tanpa melihat.

'Heran deh. Tuh cowok punya mata berapa, sih? Kayaknya semua gerak-gerik gue dia bisa tahu.'

Semakin bertambah saja penderitaan Amanda duduk sebangku dengan makhluk luar angkasa yang aneh itu. Dan hal ini mendorong Amanda untuk secepatnya mencari cara lain lagi untuk bisa pindah tempat duduk. Pokoknya Benny harus bisa dia usir dari bangkunya.

**

Meskipun sempat pusing juga, tapi akhirnya Amanda menemukan cara untuk bisa mengusir Benny dari bangkunya. Bukan lagi dengan nyuri-nyuri waktu dan menduduki bangkunya saat Benny tidak ada atau datang pagi-pagi ke sekolah lagi.

Dan Amanda juga tidak mau sampai digendong lagi sama Benny. Keenakan banget tuh cowok dapat kesempatan buat bisa gendong-gendong dia. Karena dengan cara-cara kasar tidak berhasil, Amanda menggunakan cara yang lain.

Pagi ini Amanda yang biasanya datang dengan muka jutek, mendadak datang dengan wajah gembira yang membuat semua teman-temannya heran. Apalagi Natasha dan Benny.

Kedatangan Amanda yang penuh keceriaan di wajahnya ini justru menimbulkan ‘kecurigaan’ untuk Alvan yang juga melihat wajah ceria cewek itu saat masuk kelas. Apa lagi yang akan Amanda lakukan kali ini?

“Hai!”

Amanda dengan ceria menyapa Natasha dan Benny yang sudah datang duluan dan duduk manis di bangkunya.

Natasha meskipun heran tapi juga senang karena Amanda kelihatannya lagi seneng. “Man, seneng banget lo hari ini? Ada hal menggembirakan apa?”

Bukannya langsung menjawab pertanyaan Natasha, Amanda merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kotak bekal yang lumayan besar dengan corak gambar Doraemon pun berada di kedua tangan Amanda. Lalu disodorkannya kotak bekal itu ke depan Benny dengan memasang muka senyum. Senyum yang ada maunya.

“Nih, Ben. Gue udah bikinin lo omelet spesial buat sarapan lo pagi ini.”

Alvan mendelikkan matanya seolah tahu apa yang sedang dilakukan cewek itu.

Rupanya Amanda sedang berusaha mendapatkan bangkunya kembali.

Sementara Natasha kaget plus cemburu, Benny melongo melihat sikap Amanda yang aneh banget hari ini. Sampai membawakan bekal omelet segala buat dia.

“Ayo dong, diterima bekalnya,” pinta Amanda. “Gue udah capek-capek bangun pagi buat bikin nih makanan. Ada banyak, kok. Dan tiap hari gue bisa bikinin lo makanan yang beda-beda kalo lo mau. Gue juga bakal traktir lo makan bakso tiga mangkuk di kantin setiap hari. Gue yakin lo pasti bakalan jauh lebih keren kalo tubuh lo lebih gemukan dikit.”

“Man, lo lagi ngapain sih, sebenernya?” Natasha cemburu sekali melihat Amanda memuji pacarnya.

Amanda menoleh ke arah Natasha dengan senyuman, “Tenang aja, Nat. Gue nggak mungkin suka sama Botol Kecap kayak gini, kok.”

“Apa lo bilang?” Benny tersinggung disamain sama botol kecap.

Tapi kemarahan Benny langsung mereda saat Amanda kembali tersenyum saat melihatnya. Senyum yang sangat manis. "Gimana? Lo setuju nggak? Gratis, lho. Selama enam bulan sampe lulusan kalo perlu. Lo nggak bakal kelaperan deh, di sekolah kalo lo mau terima tawaran gue ini. Asal .... “

“Asal?” Benny kepengen tahu kelanjutannya. Sepertinya dia sudah tidak sabar ingin menerima bekal itu. Mulai tertipu dengan kebaikan Amanda.

“Asal lo mau balik ke bangku lo.”

Tepat dugaan Natasha dan Benny. Pasti itu keinginan Amanda.

“Ya, Ben? Ya? Lo ganteng banget deh, hari ini. Lo keren banget pokoknya. Jadi please, lo balik ke bangku lo biar gue duduk lagi sama Natasha. Lagi pula kan lo masih punya banyak waktu buat ngobrol sama Natasha meskipun nggak sebangku lagi. Please, please, please.”

Amanda berharap sekali usahanya kali ini akan membuahkan hasil, karena kalau yang ini juga gagal dia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa selain menerima nasib buruk.

Natasha melirik penasaran ke tempat Benny yang sedang berpikir itu. Sepertinya Benny juga tergiur dengan tawaran Amanda ini. Makan gratis di sekolah selama enam bulan dan tiap hari dibawain bekal pula? Lumayan banget kan, buat bisa ngirit uang jajan bulanan. Dan Benny bisa mentraktir Natasha makan di luar kalau uang jajannya utuh.

Dengan harap-harap cemas, Amanda menunggu jawaban dari Benny.

'Moga-moga aja berhasil.'

“Enggak," ujar Benny pada akhirnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Janji Amanda   73. Janji Amanda

    “Tapi kalo menurut gue, lo nggak harus ngelakuin itu. Sekeras apa pun usaha lo buat bisa bikin semua orang benci sama lo, semuanya nggak akan ngaruh karena tiap orang berhak buat disayangi. Termasuk juga lo.”“...”“Buktinya aja, mama tiri lo yang nggak lo sukai pun tetep sayang sama lo. Papa lo meskipun menyimpan rahasia yang menyakitkan dan mendapat perlakuan kasar dari lo, tetep sayang sama lo. Arga, yang nggak pernah lo sayangi pun tetep sayang juga sama lo. Itu semua bukti kalo lo itu emang pantes buat disayangi. Lo nggak perlu ngelakuin apa pun buat bikin orang lain sayang sama lo atau ngelakuin sesuatu buat bikin orang lain benci sama lo.”“...”“Dan lo juga harus bisa membuka hati lo buat orang lain yang sayang sama lo. Sayangi mereka juga yang sayang sama lo, Van. Lo nggak bisa terus-terusan terpuruk dalam kesedihan dan rasa bersalah, karena apa yang dibilang Papa lo itu bener. Kewajiban orangtua adalah melindungi anaknya, bahkan mempertaruhkan nyawanya demi anak yang mereka

  • Janji Amanda   72. Takut Kehilangan

    Awalnya Amanda mau bilang ‘nggak mau’, tapi setelah dipikir-pikir nggak ada ruginya juga menerima tawaran Alvan ini. Toh semua itu kan permintaannya Aldy.Semua hal yang berhubungan dengan Aldy sudah pasti terbaik buat Amanda. Amanda selalu percaya sama cowok itu hingga sekarang. Meskipun Aldy sudah tidak ada, tapi Amanda tetap percaya pada Aldy.“Mau gue jagain lo?” tanya Alvan lagi dengan wajah lebih serius dari yang tadi.Kelihatannya kali ini cowok itu tidak main-main.Amanda berpikir sejenak untuk tetap imejnya kemudian mengangguk setelah mendapat ide. “Oke, deh. Gue mau lo jagain. Asal...”“Asal?”Wajah tegang Amanda pun berubah santai dan lebih kalem. “Asal lo nggak boleh sakit lagi.”Alvan terdiam. Wajahnya mulai terlihat melunak mendengar ucapan Amanda.“Gimana? Sanggup nggak lo?”“Sanggup.”Alvan mengangguk mantap. “Lagian gue juga nggak suka sakit-sakitan terus. Capek.”Amanda tersenyum senang plus lega. “Bagus, bagus. Itu yang namanya anak yang baik,” ujarnya sambil mengus

  • Janji Amanda   71. Menjagamu

    Deburan ombak pantai kembali menjadi pemandangan satu-satunya yang bisa dilihat Alvan dan Amanda sore ini. Sudah seminggu yang lalu Alvan keluar dari rumah sakit dan baru hari ini mereka bisa keluar berdua. Karena Alvan masih harus banyak istirahat, Amanda tidak berani ngajak-ngajak keluar.Selain itu kalau Amanda buru-buru ngajak Alvan pergi, pasti tuh cowok langsung mikir yang tidak-tidak karena sebenarnya Amanda memang sengaja menunggu Alvan sampai sembuh.Suasana sore hari di pantai yang tidak pernah berubah. Angin bertiup dengan kencangnya dan matahari semakin meredup karena hari sudah mulai sore.Belakangan ini angin memang sedang semangat-semangatnya bertiup kencang, seperti hari ini. Dan Amanda yang menguraikan rambut panjangnya pun kerepotan karena tiupan angin terus mengibar-ngibarkan rambutnya sampai berantakan tidak karuan.Amanda pun merogoh-rogoh saku celana sambil ngedumel sendirian dan kemudian mengikat rambutnya asal-asalan. Tidak apa-apa acak-acakan yang penting tida

  • Janji Amanda   70. Kebahagiaan Amanda

    Amanda membawa Alvan ke taman rumah sakit. Di taman itu mereka bisa menikmati pemandangan yang jauh lebih menyenangkan daripada di dalam ruang ICU, banyak tanaman bunga yang sedang mekar dengan indah.Buat Alvan juga sekalian nyari hiburan setelah seminggu lebih terkurung di dalam ruang ICU yang pengap dan menakutkan itu.“Apa lo sering dateng ke sini?” tanya Alvan membuka percakapan karena sejak tadi mereka cuma diam-diaman tak jelas.“Hah?” Amanda sempat kaget dan linglung. “Kenapa emangnya lo pengen tahu?”“Ya jelas gue pengen tahu,” jawab Alvan jutek. “Kenapa emangnya kalo gue pengen tahu?” Alvan balik bertanya.Cowok itu memang paling bisa membalikkan pertanyaan dan membuat Amanda mati kutu seperti sekarang ini. “Iya. Gue sering ke sini. Kenapa emangnya?”“Mau ngapain lo sering dateng ke sini? Nyapu halaman apa bantuin tukang kebun buat motong rumput?”GRRRR ....'Nih cowok meskipun sakit begitu tetap saja berhasil membuat Amanda gondok. Sifat menyebalkannya masih tetap sama.'Da

  • Janji Amanda   69. Terima Kasih, Tuhan

    Setelah pulang sekolah, Amanda melakukan kegiatan rutinnya selama seminggu ini yaitu mengunjungi Alvan ke rumah sakit. Seperti hari biasanya juga Amanda datang dengan membawa buah-buahan segar berupa anggur merah kesukaan Alvan. Mama Alvan sempat cerita kalau Alvan paling suka sama anggur merah dan Amanda selalu datang membawakan yang segar dengan harapan saat cowok itu bangun akan merasa senang ada makanan kesukaannya.Dengan senyuman mengembang, Amanda berjalan sambil sesekali mengintip kantong plastik putih yang dibawanya. Di dalam kantong plastik itu terdapat satu kilogram anggur merah.Amanda membuka pintu ruang ICU dengan wajah ceria, karena dia sudah berjanji tidak akan menangis lagi saat mengunjungi Alvan seperti waktu pertama kali dia datang. Amanda sudah berhasil melakukannya selama beberapa hari ini.“Van, gue dateng.”Namun keceriaan Amanda sirna saat melihat ternyata ruangan itu kosong dan tempat tidurnya juga bersih tanpa ada Alvan di sana. Membuat Amanda bingung dan jug

  • Janji Amanda   68. Aku Kangen Kamu, Al

    Amanda pulang dari rumah sakit larut malam. Dia merasa capek banget dan juga ngantuk. Tubuhnya lemah karena terlalu lama menahan rasa kantuknya, bahkan tadi dia juga sempat tertidur sebentar di dalam taksi saat perjalanan pulang.Amanda tidak sanggup berjalan ke lantai dua untuk tidur di kamarnya, dan dia pun pasrah dengan menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Amanda tertidur dengan posisi miring dan memeluk bantal sofa.Belum sampai sepuluh menit Amanda tenggelam dalam alam tidurnya, dia sudah tiba di alam mimpinya.Amanda seperti berada di sebuah taman bunga yang indah banget dengan tanaman bunga mawar merah mengelilingi tempatnya berdiri saat ini. Amanda baru menyadari kalau dia memakai baju putih-putih dan saat dia menengadahkan kepalanya ke atas, dia melihat kabut tebal di atas kepalanya. Entah apa yang ada di atas kabut tebal itu.Langit? Bisa jadi.Karena dengan ketebalan seperti itu, tidak ada celah sedikit pun untuk Amanda bisa melihat apa yang ada di atas kabut tersebut.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status