Share

02. Sang Raja

Jasper penasaran karena sepertinya Agatha mengetahui sesuatu yang tidak pernah dia ketahui. Tentang saat-saat terakhir dalam kehidupan mendiang ayahnya. Misteri terbesar Kerajaan Almekia tentang segala sesuatu mengenai mendiang Paduka Raja.

"Bibi Agatha? Bibi tahu sesuatu tentang mendiang ayahanda raja?" Jasper balik bertanya kepada Agatha. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa memperoleh informasi guna mengungkap misteri sang raja.

Agata terdiam dan tertegun tanpa menjawab pertanyaan dari Jasper.

"Bagaimana kejadiannya sampai ayahanda raja wafat, Bi?" Jasper semakin mendesak pertanyaan, menuntut jawaban dari mulut Agatha.

Lagi-lagi Agatha hanya terdiam sambil memberikan tatapan nanar kebingungan kepada Jasper.

"Tolong ceritakan kepadaku, Bi ... Kumohon jawablah pertanyaanku!" Pinta Jasper sekali lagi dengan penuh harap kepada Agatha.

Seolah baru tersadar bahwa merupakan hal yang tabu untuk membicarakan tentang mendiang Raja di hadapan Jasper, Agatha buru-buru mengubah sikapnya. Dia menarik kedua tangan dari bahu Jasper, serta mengambil jarak untuk menjauh beberapa langkah.

"Tentu, Jez ... Tentu saja Bibi tahu tentang ayahmu. Beliau adalah raja yang sangat agung. Pahlawan besar kerajaan ini." Agatha menjawab dengan nada cepat dan kegugupan yang jelas-jelas tidak dapat ditutupi.

"Bagaimana Ayahanda bisa meninggal dunia, Bi?" Jasper tak mau kalah untuk terus bertanya menyelidik.

Tanpa menjawab pertanyaan itu, Agatha membalikkan tubuhnya dari hadapan Jasper. Dan tanpa dapat dicegah lagi, beranjak pergi meninggalkan ruang makan begitu saja.

Kini tinggallah Jasper dan Saphir yang masih kebingungan, duduk berhadapan di sana. Keduanya hanya bisa saling bertukar tatapan mata, dengan berbagai pertanyaan yang berkelebat di dalam benak masing-masing.

"Apakah aku tidak berhak mengetahui tentang Ayahku sendiri, Saphir?" Jasper bertanya frustasi kepada gadis itu. Sambil menghempaskan tubuh kembali di atas kursi yang tadi dia duduki.

Saphir yang biasanya selalu saja bisa menghibur sahabatnya itu, kali ini tak sanggup memberikan jawaban, dia seperti kehilangan kata-kata. Yang bisa dia lakukan hanya meraih sebelah tangan Jasper dan menggenggamnya dengan erat. Mencoba untuk sedikit memberikan dorongan dan kehangatan kepada pria itu dengan genggaman dari tangannya sendiri.

"Terima kasih ..." Jasper mencoba tersenyum untuk menghargai tindakan yang diberikan Saphir.

Saphir menjawab dengan senyuman dan anggukan untuknya.

"Sebaiknya kita lanjutkan makan siangnya." Kemudian dia mengajak untuk melanjutkan acara makan siang yang sempat tertunda.

Jasper hanya mengangguk sebagai jawaban, berusaha keras untuk melanjutkan menikmati hidangan yang telah susah payah disajikan oleh Agata untuk mereka dengan tanpa bersemangat.

Nafsu makan Jasper telah hilang entah kemana perginya. Meskipun perutnya masih lapar, namun entah mengapa mulutnya jadi susah untuk mau menelan makanan lezat itu.

***

Suasana malam hari ini sangat cerah, membuat Jasper terpanggil untuk berdiri di balkon kamarnya, yang berada di lantai tiga istana. Langit nun jauh di sana nampak gelap dan pekat, sang rembulan hanya menampakkan sebagian kecil cahaya yang berbentuk seperti sabit. Seolah memberi kesempatan pada ribuan bintang untuk ikut memamerkan kilauan cahaya mereka.

Suasana syahdu itu mampu membuat Jasper merenungi segala hal yang telah terjadi. Meruntut segala keanehan dan kejanggalan yang telah terjadi. Dan semua hal selalu berujung kepada suatu misteri besar kerajaan. Misteri tentang mendiang paduka raja Kerajaan Almekia.

"Selamat malam, Jasper." Sebuah sapaan bernada halus dan lembut menyadarkan Jasper dari lamunannya.

Jasper mengalihkan pandangan mata ke arah datangnya suara. Dan dia mendapati seorang wanita yang sangat cantik bagaikan dewi baru turun dari langit di sana. Wanita itu tampak bersinar dengan gaun sutra berwarna putih dan selendang merah yang dia kenakan. Warna yang sangat kontras dengan latar belakang, gelapnya langit malam bertabur bintang.

Anggun dan agung adalah kesan pertama yang diberikan dari kharisma wanita itu. Sehingga mampu membuat siapapun yang melihatnya untuk menahan napas sejenak. Wanita itu adalah Nefrit, Paduka Ratu yang agung dari Almekia Kingdom.

Nefrit adalah wanita tangguh yang telah membesarkan Jasper seorang diri, tanpa sosok dan figur seorang suami. Di tengah kesibukannya sebagai seorang ratu yang memimpin kerajaan, Nefrit mampu mencurahkan segala cinta dan perhatiannya yang tak terhingga kepada putra semata wayangnya.

“Selamat malam, Ibunda Ratu.” Jasper membungkukkan badan sedikit, untuk memberikan penghormatan kepada sang ratu walau sedikit terlambat.

Nefrit tersenyum simpul sebagai sambutan penghormatan itu. Kemudian mengambil tempat berdiri tepat di sebelah Jasper, ikut memandangi langit malam di kejauhan.

"Bulan dan bintang indah berkilauan, tapi mereka juga akan mati tak berdaya tanpa secercah cahaya dari sang surya." Nefrit tiba-tiba berkata sambil menerawang jauh ke arah langit malam. Seolah sedang berkata pada dirinya sendiri, bukan kepada Jasper.

Kalimat itu terdengar sangat puitis namun sama sekali tak dapat Jasper pahami maksudnya. Dia memang sudah mendapatkan pelajaran sastra ataupun ilmu pengetahuan alam, akan tetapi tetap saja bingung untuk menafsirkan perkataan beliau. Karena setahu Jasper bintang bahkan bisa bersinar sendiri tanpa matahari. Hanya bulan yang membutuhkan cahaya dari matahari untuk bisa bersinar.

Tanpa bisa memberikan jawaban, Jasper memandangi wajah ibundanya. Wajah yang terlihat sendu dan letih dibalik paras cantiknya.

"Apa ibunda ratu bahagia?" Jasper membatin tidak tega melihat ibundanya sendiri.

Banyak pihak yang menyayangkan keputusan Nefrit yang memilih hidup menjanda. Padahal dengan segala yang terdapat pada dirinya, tidak sedikit raja atau pangeran dari berbagai kerajaan lain yang berniat meminangnya sebagai istri. Namun Nefrit selalu menolak semuanya, beliau begitu setia kepada mendiang paduka raja yang sangat misterius.

Sangat misterius sampai-sampai Jasper, putra kandungnya tidak tahu segala tentang dirinya. Bagaimana wajah, nama, dan segala sesuatu tentang beliau. Serta bagaimana kejadian yang sampai bisa membuatnya meninggal dunia.

"Kejadian besar seperti apa yang bisa menyebabkan wafatnya seorang raja dari suatu kerajaan?"

Satu hal yang Jasper tahu hanyalah bahwa mendiang ayahandanya adalah seorang raja yang agung dan sangat hebat, pahlawan kerajaan Almekia. Semua orang di negeri ini berkata begitu. Tapi sehebat apakah beliau? Apa saja yang telah beliau lakukan? Bagaimana sepak terjang semasa hidupnya? Semua masih tetap menjadi sebuah misteri besar.

"Jasper, usiamu kini sudah hampir dua puluh tahun. Sudah waktunya bagimu untuk bisa mengemban tanggung jawab. Jangan terlalu banyak bermain-main dan melakukan kegiatan yang tidak perlu." Kali ini perkataan Nefrit jelas sekali ditujukan kepada Jasper. Dengan nada bicara yang sangat halus tanpa terkesan menuduh. Bahkan lebih jauh, melemparkan sebuah senyuman penuh kasih sayang kepadanya.

Mendapati teguran bernada lemah lembut seperti itu malah membuat Jasper semakin merasa bersalah. Merasa malu kepada dirinya sendiri yang sering bertindak tidak bertanggung jawab dan suka seenaknya. Dengan sering kabur dan menghindari pelajaran-pelajaran yang telah dipersipkan untuknya.

"Ibunda rasa sudah saatnya untuk kamu mendapatkan seorang mentor. Agar bisa dengan khusus mengawasi segala aktivitas serta jalannya pendidikan kamu agar lebih terarah."

Kedua bola Jasper melebar demi mendengar ucapan ibundanya kali ini.

‘Mentor? Artinya orang yang akan membimbing, dan semua kegiatan serta perasaan pribadiku dalam kegiatan setiap hari?’

'Yang benar saja!’

"Beberapa hari yang lalu paman Kunzite sempat menawarkan dirinya untuk bisa menjadi mentormu. Bagaimana menurutmu, Jez? Apa kau setuju?" Nefrit lanjut bertanya beberapa saat kemudian, karena

Jasper tak kunjung memberikan jawaban.

‘Apa? Paman Kunzite? Benar-benar gila!’

‘Bagaimana mungkin Paman Kunzite, seorang perdana menteri kerajaan sampai mau turun tangan sendiri untuk menjadi mentorku? Kalau sudah seperti ini tentunya aku tak punya pilihan untuk dapat menolaknya bukan?’ Jasper membatin dengan semakin dilema

Die-din

Karena aku masih baru di Goodnovel, tolong banget bantu kasih rate, masukkan pustaka dan sekalian ikuti author juga ... lebih happy lagi kalau dikasi komen, kritik dan saran untuk novel ini. Thank you 😘

| 1
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Die-din
nasib putra mahkota kerajaan ya
goodnovel comment avatar
Safrin Mahariyani
maunya bebas, malah dapat mentor yg ngawasin tiap hari... nasib.. nasib..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status