Opal bergegas membawa kembali hasil pemeriksaan DNA yang dia lakukan tadi ke ruangan kerjanya. Dia menghampiri Nefrit yang sudah menunggu dengan sangat gelisah. "Opal? Bagaimana hasilnya?" Nefrit berdiri dari kursinya untuk menyambut kedatangan Opal dengan tidak sabar. Sepertinya sangat penasaran juga dengan hasil dari tes DNA yang dimintanya tadi. Tanpa memberikan jawaban, Opal menyerahkan kertas hasil pemerikasaan itu kepadanya. Dengan tangan bergetar Nefrit menerima kertas itu. Opal dapat melihat dengan jelas reaksi kekagetan dari sang Ratu setelah membaca tulisan di kertas itu. Kedua matanya terbelalak, mulutnya ternganga dan kedua tangannya bergetar hebat. Sehingga kertas hasil pemeriksaan itu terlepas dari genggamannya, jatuh ke lantai di bawahnya. Nefrit menatap nanar dengan pandangan kosong lurus ke depan. Dengan air mata yang tiba-tiba berlinang deras membasahi kedua pipinya. Sang Ratu kerajaan Almekia menangis dalam diam. "Apa-apaan ini? Kenapa sang Ratu juga terlihat s
“Tunggu di sini!” Jasper memberikan perintah kepada Dextra dan Sinistra, kedua pengawal pribadinya. Sebelum masuk ke kamar Diamond dirawat di rumah sakit pusat Kerajaan Almekia. Kedua pria kembar itu mengangguk dan mengambil tempat di antara keempat prajurit lain yang menjaga kamar ini.Jasper pun masuk dan mengamati keadaan di sekeliling ruangan rawat inap itu, ada sedikit kejanggalan di sana. Kamar yang biasanya terlihat suram dengan nuansa serba putih khas rumah sakit, kini berubah total. Menjadi lebih hidup dan berwarna-warni, meriah sekali, penuh dengan pernak pernik serta segala aksesoris tahun baru.Personil yang hadir di kamar itu pun jauh lebih banyak jumlahnya dari pada hari-hari biasa. Seluruh anggota keluarga Diamond, Opal, Amethys dan ayah mereka, Topaz. Lalu aja juga Platina, serta tak ketinggalan Zircon yang memang tidak pernah mau beranjak. Mereka semua sudah bertekad untuk merayakan malam tahun baru bersama di kamar itu. Padahal sebagai pejabat dan bangsawan kerajaan,
"Gelap! Dingin! Sakit!""Kenapa sekujur tubuhku rasanya sangat sakit semua? Rasanya seperti ditusuk ribuan duri tajam. Perih, nyeri, ngilu semuanya bercampur menjadi satu ...""Aku di mana? Kenapa aku tidak bisa melihat apa-apa? Yang ada hanyalah kegelapan pekat tanpa secerca cahaya!"Diamond mencoba untuk menggerakkan tubuhnya. Mulai dari menggerakkan kepala, kemudian berlanjut dengan jemari tangan, jemari kaki, lengan dan kemudian kaki. Gerakan ringan yang terasa sangat menyakitkan, apalagi saat harus melakukan gerakan yang lebih banyak.Butuh waktu yang cukup lama baginya sampai bisa bangkit dan duduk. Kemudian terdiam sejenak sebelum akhirnya berdiri, dan mengamati keadaan di sekitarnya."Apakah ini neraka? Kenapa gelap sekali?"Dengan mengacuhkan segala rasa sakit di sekujur tubuhnya, Diamond berjalan perlahan menyusuri kegelapan. Meskipun dia tidak tahu ke arah mana akan berjalan. Diamond mengulurkan tangan ke depan tubuh untuk membimbing arah dan mencari tahu jika ada sesuatu be
"Bagaimana aku harus hidup tanpamu? ... Aku tidak sanggup, Diamond!" Kata-kata Amethys terdengar semakin memilukan dan mengusik hati Diamond. "Aku mencintaimu, Diamond ...""Aku juga mencintaimu, Amy. Sangat mencintaimu." Diamond memberikan jawaban dari lubuk hatinya terdalam. Meski dia tahu Amethys tidak akan dapat mendengarnya."Dan aku tahu bahwa kamu juga memiliki perasaan yang sama kepadaku." Diluar dugaan Diamond Amethys melanjutkan perkataannya. Seolah dapat membaca pikiran Diamond."Jadi ayo bangun, Diamond! Bangunlah! Kumohon bangunlah dan kita akan hidup berbahagia bersama-sama.”Diamond terperangah mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Amethys. Pengakuan atas perasaan gadis itu kepadanya. Hal yang sangat dia dambakan sejak beberapa tahun yang lalu. Amethys bahkan terang-terangan mengajaknya untuk hidup bersama? Bahkan dalam mimpi pun dia tidak berani membayangkan hal itu.Ingin sekali Diamond menjawab dan meneriakkan bahwa dia juga mencintai gadis itu, sangat mencin
Beberapa detik berlalu dalam kesunyian sampai akhirnya bunyi nyaring dari monitor penujuk detak jantung Diamond berhenti. Lalu disusul dengan garis naik turun di monitor penanda detak jantung Diamond yang mulai nampak. Awalnya hanya sedikit pergerakan naik turunnya, tapi lama-lama semakin kuat dan teratu."Syukurlah ..." Zircon membuang napas lega demi melihatnya. Berbagai ucapan lega dan kegembiraan juga langsung terdengar memenuhi ruangan.Tubuh pria itu rasanya lemas seketika dan jatuh terduduk di lantai saking leganya. Seolah beban berat ratusan ton terangkat seketika dari pundaknya.‘Terima kasih Tuhan, kau telah menyelamatkan Diamond.’ Zircon melakukan sujud syukur dengan mencium lantai sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.Semua yang hadir kemudian saling berpelukan haru, menangis dan mengucapkan puji syukur atas keselamatan Diamond. Hanya Opal, Topaz dan Amethys yang masih sibuk mengurusi Diamond yang masih terbaring di ranjangnya. 'Diamond memang baru saja terlepas
“Jez, ayo bangun! kau pikir sekarang sudah jam berapa?” Sebuah tepukan keras mendarat tepat di bahu Jasper. "Heeeemmm ..." Jasper hanya mengerang sebagai jawaban, kemudian kembali merapatkan selimut. Bahkan dia tak mau berusaha payah membuka matanya yang terasa sangat berat. “Astaga ini anak! Ayo bangun!” Kini ganti selimutnya ditarik dengan paksa. Perlahan Jasper membuka matanya. Menggosok-gosokan kedua telapak tangan ke mata untuk mencoba mengembalikan kesadaran yang masih berserakan. Dia mendapati Opal yang sudah berdiri dengan berkacak pinggang di sebelah ranjang. Rupanya dia yang telah mengganggu ketenangan tidurnya. “Apaan sih, Opal?” tanya Jasper padanya. “Kau pikir sekarang jam berapa? Sudah ayo cepat siap-siap!” Sahabatnya itu menarik tubuh Jasper dari ranjang dengan paksa dan menggiringnya ke kamar mandi. “Jangan lama-lama kau membersihkan diri, semuanya sudah menunggu. Ujianmu akan dilaksanakan 1 jam lagi.” Opal menutup pintu kamar mandi dengan debaman keras. Suara yan
“Maaf Opal, kau tidak boleh ikut masuk!” Jendral Euclase menarik lengan Opal, yang dengan santainya mengekor di belakang langkah Jasper dan Zircon.“Aku kan cuma ingin membantu persiapan mereka, Paman." Opal memberikan jawaban, yang langsung disambut dengan gelengan kepala oleh Euclase."Boleh ya, Bibi Nefrit?” Kerena gagal mendapatkan ijin Euclase, Opal beralih dengan merayu kepada Sang Ratu. Dengan nada suara manja yang terdengar sangat bertentangan dengan kepribadiannya. Tetapi ternyata cukup ampuh untuk membuat Nefrit mengangguk setuju."Terima kasih!" Opal membalas senang. Langsung menggiring kedua sahabatnya yang akan berduel ke hanggar Gear."Kamu akan memakai senjata apa, Jez?" Opal bertanya kepada Jasper."Aku memilih Twin Whip, Sun Sword, dan Fire Gun.” Jasper memilih senjata untuk Advandli, dan para mechanic di hanggar segera memasangkan persenjataan yang pilihnya pada Gear hitam itu. Cambuk ganda, pedang berukuran standart dan sepasang pistol laras pendek.“Lalu kau ingin Z
"Aaaarrrgh!" Jasper menjerit keras saat tubuhnya terguncang hebat karena Advandli menerima serangan langsung dari Fenrir. Serangan yang membuat Gear hitam itu terhempas jatuh dan mengalami korsleting dimana-mana. Namun hal itu belum cukup untuk membuat Jasper menyerah. Dia cepat-cepat bangkit dan menerbangkan Gearnya untuk sedikit mengulur tempo pertarungan. Jasper sesekali melakukan charge bahan bakar Gear. Dia sengaja berputar-putar menghindari tembakan dari Zircon, sambil sesekali melancarkan tembakan balasan. Memang bukan cara yang jantan, tapi Jasper sudah kehabisan ide menghadapi rentetan tembakan Zircon. Dan benar saja, setelah beberapa putaran waktu, peluru senapan Fenrir akhirnya habis."Dengan begini Fenrir sudah tidak bisa melakukan serangan jarak jauh." Jasper menghela napas lega. Saat melihat Gear biru Zircon membuang begitu saja kedua senapan di tangannya. Lalu Fenrir ganti mengambil pedang menggantung di pinggangnya yang sedari tadi tak pernah dipakai.Jasper kini meng