Share

Ambisi Pak Bram

Penulis: WAZA PENA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-27 10:49:58

Dinda menelan ludah, rasa gugup dan takut menyeruak. Dia tahu maksud Pak Bram, dan meskipun perasaan bersalah terus menghantui, dia merasa tak punya pilihan lain. Kehidupannya sudah terperangkap dalam permainan yang dikuasai oleh mertuanya. Tanpa banyak kata, dia mengangguk, mengeluarkan ponselnya, dan mulai mengetik pesan kepada suaminya.

"Sayang, aku harus lembur malam ini di rumah sakit. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Pulanglah duluan, jangan tunggu aku ya. I love you."

Setelah pesan itu terkirim, Dinda menatap layar ponselnya dengan perasaan hampa. Dia tahu betul bahwa ini bukanlah pertama kali dia berbohong kepada Leo, dan itu membuat dadanya semakin sesak. Namun, dia tetap menuruti perintah Pak Bram, yang kini tersenyum puas.

"Bagus," ujar Pak Bram, lalu dia mendekati Dinda, membelai rambutnya dengan lembut.

"Kita bisa menikmati waktu kita malam ini tanpa gangguan," imbuhnya.

Dinda hanya bisa menunduk, menahan perasaan campur aduk yang menguasai dirinya. Dia meras
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Tekad Untuk Menjauh

    Leo tahu, semakin lama dia membiarkan ini berlarut-larut, semakin besar risikonya untuk menghancurkan keluarganya. Dia tak ingin menyakiti Dinda, apalagi sekarang ketika istrinya sedang hamil. Oleh karena itu, Leo bertekad untuk memastikan Rudi bisa menjalin hubungan serius dengan Bu Mela. Hanya dengan begitu, dia bisa benar-benar lepas dari situasi yang menjeratnya ini.Beberapa hari setelah pertemuan pertama mereka, Leo kembali menghubungi Rudi. Dia mengajak Rudi untuk makan malam lagi di rumah bersama Bu Mela dan Dinda. Rudi setuju, dan malam itu pun diatur.Saat makan malam, Dinda yang sedang hamil besar tampak lebih berseri-seri. Leo memperhatikan bagaimana Rudi dan Bu Mela semakin akrab. Mereka berbincang tentang banyak hal, mulai dari hobi hingga masa lalu, dan Bu Mela tampak benar-benar tertarik pada Rudi.Sepanjang malam, Leo diam-diam memperhatikan reaksi Bu Mela. Meskipun dia masih bisa merasakan ketertarikan mertuanya padanya, Leo melihat bahwa perhatian Bu Mela perlahan m

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Rencana Leo

    Pagi harinya, Leo dan Dinda bangun dengan suasana hati yang cerah. Wajah Dinda tampak berseri-seri, meski perasaan bersalah masih menyelimutinya. Keduanya tidak sabar membayangkan masa depan dengan bayi yang akan lahir. Dinda berbicara penuh antusias tentang nama-nama yang mungkin mereka berikan pada anak mereka, dan Leo hanya mengikuti pembicaraan itu dengan senyuman di wajahnya, meski di dalam hatinya, rasa khawatir terus menghantui. "Bagaimana kalau kita mulai menyiapkan kamar untuk bayi?" ujar Dinda dengan penuh semangat, memandangi Leo yang sedang duduk di tepi tempat tidur.Leo tersenyum kecil, mencoba menutupi kegelisahan yang belum hilang. "Ya, itu ide yang bagus," jawabnya, meskipun pikirannya tidak sepenuhnya berada di sana. Kegembiraan di pagi itu sedikit ternoda oleh rasa takut yang terus muncul, bagaimana jika Bu Mela hamil?Selama sarapan, Bu Mela tampak lebih ceria dari biasanya. Dia melayani Dinda dengan penuh perhatian, mengingatkan menantunya untuk makan makanan s

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Dinda Hamil

    Semuanya tampak berjalan dengan lancar dalam kegelapan yang penuh rahasia. Bu Mela dan Leo saling terjerat dalam hubungan terlarang di rumah, sementara di tempat lain, Pak Bram dan Dinda juga menikmati malam mereka dengan cara yang sama. Keduanya, Bu Mela dan Pak Bram, merasakan kepuasan dari hubungan terlarang itu, seolah mendapatkan kendali penuh atas menantu mereka masing-masing. Mereka bermain di balik bayang-bayang, tanpa peduli pada konsekuensi dari tindakan mereka.Namun, di balik semua itu, baik Dinda maupun Leo merasa hati mereka semakin tertekan. Setiap momen keintiman yang mereka bagikan dengan mertua masing-masing terasa seperti luka baru yang menggali semakin dalam ke jiwa mereka. Dinda, meski terpaksa, mulai merasa seperti terjebak dalam lingkaran yang tak mungkin bisa ia hindari. Tatapan Pak Bram yang penuh hasrat, kata-kata manisnya, semua itu hanya membuat perasaan bersalahnya semakin besar.**Di rumah, Leo pun merasakan hal yang sama. Meski tubuhnya menikmati keint

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Terjebak Permainan Mertua

    Di dalam kamar yang remang-remang, Pak Bram menggandeng tangan Dinda dengan lembut, membawanya ke tempat tidur. Mereka duduk berdua di atas kasur, sementara suasana di sekeliling terasa begitu hening. Dinda hanya bisa menatap lurus ke depan, berusaha menyembunyikan kegugupannya, sementara perasaan bersalah terus menyelimutinya.Pak Bram mendekatkan diri, meraih dagu Dinda, dan memutar wajahnya agar mata mereka bertemu. Tatapannya penuh hasrat, tapi di balik itu, ada juga kecenderungan yang lebih dalam, keinginan untuk menguasai. "Dinda," bisiknya dengan lembut, suaranya terdengar penuh perhitungan. "kamu tahu aku sangat menyukaimu. Dari awal aku melihatmu, aku tahu kamu berbeda. Aku ingin kita lebih dari sekadar ini. Aku ingin membuatmu hamil."Ucapan itu kembali menghantam Dinda, kali ini lebih tajam dari sebelumnya. Dia mencoba menahan napas, tapi perasaan terkejut dan takut bercampur aduk dalam pikirannya. "Hamil?" ulangnya, suaranya hampir bergetar.Pak Bram mengangguk sambil

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Ambisi Pak Bram

    Dinda menelan ludah, rasa gugup dan takut menyeruak. Dia tahu maksud Pak Bram, dan meskipun perasaan bersalah terus menghantui, dia merasa tak punya pilihan lain. Kehidupannya sudah terperangkap dalam permainan yang dikuasai oleh mertuanya. Tanpa banyak kata, dia mengangguk, mengeluarkan ponselnya, dan mulai mengetik pesan kepada suaminya. "Sayang, aku harus lembur malam ini di rumah sakit. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Pulanglah duluan, jangan tunggu aku ya. I love you."Setelah pesan itu terkirim, Dinda menatap layar ponselnya dengan perasaan hampa. Dia tahu betul bahwa ini bukanlah pertama kali dia berbohong kepada Leo, dan itu membuat dadanya semakin sesak. Namun, dia tetap menuruti perintah Pak Bram, yang kini tersenyum puas. "Bagus," ujar Pak Bram, lalu dia mendekati Dinda, membelai rambutnya dengan lembut. "Kita bisa menikmati waktu kita malam ini tanpa gangguan," imbuhnya.Dinda hanya bisa menunduk, menahan perasaan campur aduk yang menguasai dirinya. Dia meras

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Gesekkan Panas

    Dalam situasi seperti itu, Dinda tidak bisa berbuat banyak lagi selain hanya pasrah dengan apa yang dikatakan oleh mertuanya itu. Dinda yang sedang merasakan sakit di area kewanitaannya, dia sangat berharap pak Bram tidak melakukannya, namun sepertinya hal itu sangat mustahil, karena pak Bram tampak begitu bernafsu menjamah tubuh Dinda. "Pak... Jangan sekarang yah, aku masih sakit, Pak... Jika bapak mau, aku bantuin aja yah," ucap Dinda dengan lirih, nada bicaranya terdengar memohon. "Apa kamu beneran sakit?" Pak Bram menatap Dinda dengan tajam, sementara nafsunya terus menggebu-gebu. "Iya, Pak. Aku serius, semalam aja aku gak melakukannya dengan mas Leo, aku masih merasa sakit di area itu," jawab Dinda meyakinkan mertuanya itu.Pak Bram tersenyum kecut, tapi dia merasa kasihan juga melihat Dinda yang sepertinya memang sedang tidak baik-baik saja, pak Bram tahu itu akibat permainannya kemarin yang begitu brutal. "Baiklah, Dinda. Tapi kamu harus memuaskanku dengan cara lain, aku in

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status