“A-aku harus angkat dulu—” katanya panik, suaranya serak.Bu Mela tak bicara, hanya mengangguk kecil sambil melangkah mundur satu langkah, memberi ruang, tapi matanya tetap terkunci pada Leo, seperti predator yang tahu mangsa tak akan jauh.Leo buru-buru meraih ponsel, melihat nama di layar, langsung menempelkan ke telinga sambil memunggungi Bu Mela. Percakapan singkat, cepat, dan satu arah. Wajahnya semakin pucat tiap detik.“Iya… iya, Pa… sekarang juga… aku langsung ke kantor, Pa… maaf…”Telepon mati.Leo menurunkan ponsel perlahan, napasnya berat. Dia tak langsung menoleh.Beberapa detik hening. Bu Mela yang memecahnya, suaranya santai tapi menusuk. “Ada urusan mendadak ya?”Leo mengangguk pelan, masih tak berani menatap.“Aku… harus segera ke kantor. Meeting penting.”Bu Mela mendekat lagi dari belakang, jari telunjuknya menyentuh bahu telanjang Leo hanya sekali, tapi cukup membuat anak itu menegang.“Pergi sana. Kerja yang bener,” bisiknya lembut di telinga Leo. “Tapi ingat, kamu
Last Updated : 2025-06-10 Read more