Share

Bab 478

Auteur: Nikki
Kaivan menoleh ke arah Aswin dengan mata penuh kekagetan. "Zaman sudah semaju ini. Tak disangka, masih ada orang sekolot kamu. Aku bahkan bukan anggota Keluarga Liangga, gimana dia bisa jadi ibuku?"

Kaivan bahkan tidak berniat untuk mengakui Aswin sebagai ayahnya, apalagi Tasya yang sama sekali tidak ada hubungan dengannya.

"Kamu!"

Aswin mengangkat tangannya untuk menampar Kaivan, tetapi Kaivan mencekal pergelangan tangannya.

"Pak Aswin, kamu nggak pernah besarkan aku sehari pun. Jadi, kamu nggak berhak ceramahi aku."

Lagi pula, Kaivan sudah mendapatkan informasi yang diinginkannya dari Aswin. Dia juga malas lanjut menemani mereka bersandiwara lagi. Setelah melepaskan tangan Aswin, Kaivan berbalik dan berjalan menuju pintu.

"Berhenti!" Suara Aswin yang marah terdengar dari belakangnya. "Kalau kamu keluar dari pintu itu, jangan salahkan aku nggak akui kamu sebagai anakku!"

Kaivan menoleh, lalu menyahut dengan ekspresi mengejek. "Bukannya kamu memang nggak pernah mengakuiku?"

Sejak
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Yani Suryani
Bu prisa dan kaivan keren tegas tapi aku rasa mulai saat ini kaivan semakin waspada akan mereka yg masih aku sayangkan kaivan bersama leysa yg selalu arogan gak tau aturan itu nanti bakal menghancurkan kaivan, dengan ketamakan leysa juga keluarganya
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 550 

    Adeline mendorong Petra keluar dari lift dan berkata, "Pantas saja hotel ini begitu mahal. Kurasa mereka menghabiskan semua uang mereka untuk bunga-bunga ini. Selain itu, dekorasi restorannya juga agak aneh." Adeline merasa dekorasi restoran ini terlalu mewah. Apa sebuah restoran saja perlu dihias sampai seheboh ini?"Ayo masuk." Adeline mendorong Petra masuk ke restoran. Begitu masuk, mereka melihat Henry duduk tak jauh dari sana. Selain Henry, ada juga Anita, Delon, Shinta, Carissa, dan yang lainnya.Adeline pun menghentikan langkahnya dan menatap Anita. "Nenek, apa yang Nenek lakukan di sini? Carissa ... kenapa kalian semua juga ada di sini tanpa beri tahu aku kalian mau datang?" Baru saja Adeline selesai berbicara, Petra yang sedari tadi duduk di kursi roda tiba-tiba berdiri. Dia mengeluarkan kotak cincin dari sakunya, lalu berlutut di depan Adeline."Adel, akhir-akhir ini, aku sudah banyak berpikir tentang di mana aku mau melamarmu, atau apa kamu akan setuju. Akhirnya, aku mera

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 549

    Petra melirik Henry, tetapi tidak berkomentar. Setelah menyelesaikan latihan pagi dan Henry hendak pergi, Petra memanggilnya. "Aku butuh bantuanmu." Mata Henry dipenuhi keterkejutan. "Paman, kamu butuh bantuanku?""Ini soal Adeline.""Ada apa?""Aku berencana melamarnya dan butuh kerja samamu." Henry pun terdiam. Selama lima menit berikutnya, Petra menjelaskan gagasannya secara garis besar. Pada akhirnya, dia menatap Henry dan berkata, "Aku nggak percaya sama orang lain. Tolong bantu aku urus hal-hal itu. Aku sudah siapkan prosedurnya. Nanti, aku akan mengirimkannya kepadamu. Persiapkan saja semuanya sesuai prosedur." Melihat Henry tetap diam, Petra menyipitkan matanya dan bertanya, "Ada apa? Jangan bilang kamu masih menyimpan perasaan untuk Adeline?""Nggak, nggak. Yang disukai Kak Adeline itu kamu. Mana mungkin aku berani punya perasaan lain terhadapnya? Jangan khawatir, Paman. Serahkan saja hal ini padaku. Aku akan urus semuanya!""Emm. Cuma itu saja. Kamu sudah boleh pergi.""

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 548

    Gerakan Adeline melipat pakaiannya terhenti dan dia terlihat agak malu. Dia tidak menyangka dirinya akan mengingkari ucapannya secepat ini. Sebenarnya selama sakit, amarah Adeline terhadap Petra sudah hampir sepenuhnya reda. Ditambah dengan melihat video Petra jatuh tadi, dia tak bisa diam lagi dan memutuskan untuk pergi ke ibu kota."Bi Winda, aku nggak nyangka kamu masih ingat ...." Winda tersenyum dan menyahut, "Nona, aku cuma bercanda. Kamu kemasi dulu barang-barangmu, aku akan beri tahu Nyonya.""Oke." Keesokan paginya, Adeline naik penerbangan pertama ke ibu kota. Ketika tiba di rumah sakit, Petra sedang tidak berada di dalam kamar. Adeline mendapat kabar dari perawat bahwa Petra sedang menjalani rehabilitasi. Setelah mengetahui di mana Petra berada, Adeline langsung pergi ke sana.Di ruang rehabilitasi.Tubuh Petra sudah dibasahi keringat. Tangannya mencengkeram pagar dan tubuhnya bergerak ke depan secara perlahan. Dia mencoba melangkah, tetapi kakinya terasa sangat berat se

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 547

    "Kalau nggak khawatir, kamu nggak akan mengecek ponsel setiap hari dan menunggu pesan. Kamu bahkan melamun waktu makan," ucap Anita.Adeline pun terdiam.Melihat ekspresi Adeline yang berubah, Anita menghela napas. "Adel, kalau kamu benar-benar khawatir, belilah tiket pesawat ke ibu kota. Aku nggak akan menghentikanmu." Setelah hening sejenak, Adeline menatap Anita dan berujar, "Nenek, aku nggak mau maafkan dia secepat itu. Dia sudah tega bohongi aku, juga buat aku menunggu di luar vila Keluarga Suryata selama seminggu penuh.""Kamu rela tunggu di luar vila Keluarga Suryata selama seminggu penuh bukannya karena dia rela pertaruhkan nyawanya untuk melindungimu dalam kecelakaan itu? Perasaannya padamu tulus. Lagian, kamu juga sudah bilang bahwa dia awalnya mau tunggu sampai pulih dulu sebelum datang ke Kota Senara untuk temui kamu, bukan karena mau sakiti kamu. Dari sudut pandangnya, dia juga nggak salah." Adeline sedikit kesal. "Nenek, kenapa Nenek berpihak sama orang luar? Apa Nenek

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 546

    Adeline menunduk dan menyahut dengan pelan, "Aku mengerti." Seusai berbicara, Adeline berbalik dan hendak keluar dari mobil."Adel ... jangan pergi!" Petra mengulurkan tangan dan memeluk Adeline dengan erat. Suaranya dipenuhi kepanikan. "Maaf, aku tahu pemikiranku sebelumnya terlalu bodoh. Aku juga sudah menyakitimu. Apa yang bisa kulakukan supaya kamu maafkan aku? Aku akan terima hukuman apa pun selama kamu bersedia maafkan aku.""Lepaskan aku dulu.""Nggak. Kalau aku melepaskanmu, kamu pasti akan pergi, juga marah padaku. Kamu mungkin nggak akan pernah temui aku lagi." Adeline merasa marah sekaligus geli. Ketika membohonginya, kenapa Petra tidak terpikirkan bahwa dia akan marah? Petra tahu dia berdiri di luar vila Keluarga Suryata setiap hari, tetapi tetap tidak bergeming. Pada saat itu, kenapa Petra tidak merasa dia akan marah?"Petra, apa kamu senang setelah mempermainkanku?" Saat kata-kata itu keluar dari mulutnya, Adeline bisa dengan jelas merasakan lengan yang memeluknya tib

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 545

    Anton mengangguk. "Oke. Kalau sudah benar-benar nggak sanggup bertahan, kamu harus pergi. Kesehatanmu paling penting.""Aku tahu, terima kasih atas perhatianmu." Setelah kembali ke vila, Anton menghampiri Kamala. "Nyonya, Nona Adeline menolak untuk pergi." Kamala tersenyum dan menyahut, "Aku mau tahu keinginan Adeline untuk bertemu dengannya lebih kuat, atau keengganannya untuk bertemu Adeline lebih kuat." Hujan turun makin deras. Sebuah aliran air kecil pun terbentuk di pinggir jalan depan vila.Adeline telah berdiri di tengah hujan selama lebih dari satu jam. Pakaiannya yang basah kuyup menempel di tubuhnya. Dia yang kedinginan dan lapar hampir tak mampu lanjut berdiri. Wajahnya pucat, sedangkan tubuhnya mulai goyah, seolah-olah dia akan pingsan kapan saja.Petra duduk di dalam mobil dan mengawasi Adeline di tengah hujan. Tubuhnya menegang, sedangkan jari-jarinya mencengkeram gagang pintu dengan erat.Sopir itu juga tak kuasa menahan diri dan berkata, "Pak Petra, Nona Adeline suda

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status