LOGINSetelah menjalin hubungan selama delapan tahun, Adeline yang dulunya merupakan cinta pertama Kaivan berubah menjadi seseorang yang tak sabar ingin dia singkirkan. Sementara itu, Adeline yang telah berusaha keras selama tiga tahun hingga rasa cinta terakhirnya terkikis habis pun akhirnya menyerah dan berpaling. Di hari perpisahan, Kaivan mencibir, "Adeline, kutunggu kamu mohon untuk kembali bersamaku." Namun, setelah penantian yang begitu lama, yang didapatkan Kaivan malah adalah kabar pernikahan Adeline. Dia pun murka dan menelepon Adeline. "Kamu masih mau ngambek sampai kapan?" Suara berat seorang pria terdengar dari ujung telepon. "Pak Kaivan, tunanganku lagi mandi dan nggak bisa jawab teleponmu." Kaivan tersenyum sinis dan langsung menutup telepon. Dia mengira ini hanyalah trik Adeline untuk jual mahal. Baru pada hari pernikahan Adeline, ketika dia melihat Adeline mengenakan gaun pengantin, memegang buket bunga, dan berjalan menuju pria lain di ujung altar, Kaivan baru menyadari bahwa Adeline benar-benar tidak menginginkannya lagi. Dia bergegas menghampiri Adeline seperti orang gila dan berujar, "Adel, aku tahu aku salah. Jangan nikah sama orang lain, ya?" Adeline mengangkat gaunnya dan berjalan melewati Kaivan. "Pak Kaivan, bukannya kamu bilang kamu dan Lesya barulah pasangan yang serasi? Buat apa kamu berlutut dan mohon padaku di hari pernikahanku?"
View MoreAdeline berdiri dan membuka pintu. Petra berdiri di luar pintu diikuti oleh dua perawat pendamping. "Kamu ngapain ....""Aku sudah carikan dua perawat pendamping untuk Nenek. Ke depannya, kamu boleh datang kunjungi Nenek di malam hari. Untuk selebihnya, biarkan saja perawat pendamping ini yang jaga Nenek." "Nggak usah. Biar aku saja."Orang yang mencelakai Anita belum ditemukan. Dia tidak tenang apabila harus meninggalkan Anita dengan orang lain, apalagi orang asing."Kalau kamu lanjut bolak-balik antara firma hukum dan rumah sakit, tubuhmu nggak akan tahan. Lagian, kamu mungkin juga harus ketemu sama klien di siang hari. Aku nggak mau kamu kecapekan.""Nggak apa-apa. Lagian, situasi seperti ini nggak akan berlanjut lama kok. Paling lama juga cuma seminggu."Dalam seminggu, Adeline harus menemukan orang yang mencelakai Anita. Setelah itu, dia akan membiarkan orang lain merawat Anita. Petra mengerutkan kening dan berujar, "Jangan khawatir, kedua perawat pendamping ini sudah sering me
Adeline mengangguk. "Oke."Setelah Petra pergi, Adeline menoleh ke arah Winda dan bertanya, "Bi Winda, siapa saja pembantu di rumah tua yang tahu kamu selalu siapkan obat Nenek sesuai jumlah hari setiap bulannya?""Nona, aku sudah pikirkan hal ini dalam perjalanan kemari. Orang yang tahu soal ini seharusnya cuma kepala pelayan, Bi Juwita dan Jenny yang bekerja di dapur, sama kakak beradik bernama Enny dan Endah yang merawat Nyonya."Adeline mengerutkan kening. "Dari kelima orang ini, menurutmu siapa yang paling mencurigakan?"Winda menggeleng. "Aku juga nggak tahu .... Di antara mereka, yang paling terakhir masuk kerja itu Jenny. Tapi, dia juga sudah kerja di rumah tua selama delapan tahun. Menurut logika, mereka nggak mungkin celakai Nyonya ...."Biasanya, Anita bersikap sangat baik kepada semua orang. Jadi, tidak ada orang yang punya alasan untuk mencelakai Anita. "Baiklah, aku mengerti. Jangan beri tahu siapa pun soal obat Nenek yang lebih sebutir. Aku akan selidiki orang-orang ini
Begitu masuk ke kamar mandi, Adeline melihat dua cangkir di atas rak. Yang satu berwarna biru dan yang satu lagi berwarna merah muda. Yang berwarna merah muda terlihat baru. Sikat gigi di dalamnya juga berwarna merah muda dan masih belum dibuka. Perlengkapan menyikat gigi itu terlihat seperti barang pasangan.Adeline pun tersenyum saat mengambil cangkir itu. Sepuluh menit kemudian, dia kembali ke pintu kamar Anita.Petra sedang menunduk sambil mengetik. Begitu mendengar suara langkah kaki, dia langsung mendongak. "Sudah selesai?""Emm."Adeline duduk di sebelah Petra. Petra membuka kotak makan itu dan menyodorkannya kepada Adeline. "Ayo sarapan dulu."Petra menyiapkan bubur daging dengan telur pitan dan sup pangsit. Keduanya adalah makanan favorit Adeline.Seusai sarapan, Adeline hendak pergi mencuci kotak makan itu. Namun, Petra menghentikannya.Petra mengambil kotak makan itu dari tangan Adeline, lalu meletakkannya di samping dan berkata dengan pelan, "Aku akan bawa ke kantor dan men
Adeline merasa masalah ini tidak sesederhana itu."Aku. Nona, kamu ... curiga padaku?"Menatap mata Winda yang penuh keterkejutan dan rasa sakit hati, Adeline segera menjawab, "Bi Winda, aku tentu saja nggak akan curiga padamu. Kamu sudah kerja untuk Nenek begitu lama dan aku juga menganggapmu sebagai keluargaku.""Aku curiga ada yang menukar obat Nenek waktu kalian lengah. Kalau Nenek makan obat darah tingginya dengan teratur setiap hari, mana mungkin tekanan darahnya tiba-tiba meningkat hingga dia mengalami strok?"Winda mengerutkan kening. "Aku akan pulang sekarang juga, lalu bawa obat Nyonya kemari untuk diperiksa."Adeline menghentikannya. "Bi Winda, nggak ada gunanya kamu pulang dan bawa obatnya kemari sekarang. Sudah belasan jam berlalu sejak Nenek terkena strok. Kalau memang ada yang salah dengan obatnya, orang itu punya banyak waktu untuk menukarnya kembali.""Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan ...."Winda terlihat panik. Jika benar-benar ada orang di rumah tua yang ing
Langkah Adeline pun terhenti. Dia menatap Shinta dan Delon yang berdiri di depan pintu kamar rawat inap dengan ekspresi datar. "Kita bicarakan saja lagi waktu dia sadar. Kalau dia benar-benar lumpuh dan nggak bisa bicara lagi, dia juga nggak akan bisa tulis surat wasiat."Shinta merendahkan suaranya. "Justru bagus kalau dia benar-benar lumpuh dan nggak bisa bicara lagi. Dengan begitu, kita tinggal cari pengacara dan buat surat wasiat, 'kan?"Lagi pula, yang dibutuhkan hanyalah sidik jari Anita. Setelah itu, dia bisa mengalihkan semua saham Grup Thomas di tangan Anita kepada Amanda. Dengan begitu, Amanda sudah bisa menjadi presdir sah Grup Thomas.Selama Amanda memegang cukup banyak saham, para pemegang saham lain juga tidak akan bisa melakukan apa-apa meskipun tidak terima. Sebelum Delon sempat mengatakan apa-apa, terdengar sebuah suara sinis dari samping. "Nenek masih nggak sadarkan diri, tapi kalian sudah incar hartanya?"Kedua orang itu pun terkejut dan menoleh. Saat melihat Adel
"Gimana keadaan nenekku?""Masih belum jelas. Dia harus dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Karena kamu itu anggota keluarga, naiklah ke ambulans."Adeline mengangguk dengan panik, lalu naik ke ambulans.Dalam perjalanan ke rumah sakit, staf paramedis tidak berhenti memberikan oksigen kepada Anita, juga memantau detak jantung serta tekanan darahnya. Jantungnya sempat berhenti berdetak beberapa kali, tetapi berhasil dikembalikan. Hati Adeline juga seperti tidak berhenti ditarik-tarik saking tegangnya ....Setibanya di rumah sakit, Anita langsung didorong ke ruang operasi. Adeline bahkan tidak tahu bagaimana dirinya menandatangani dokumen itu. Dia hanya merasa waktu berlalu sangat lambat. Dia menatap lampu di depan ruang operasi dan berharap lampu itu segera padam, tetapi juga takut lampu itu dipadamkan.Tak lama kemudian, Winda tiba di depan pintu ruang operasi. Melihat wajah Adeline yang pucat dan dipenuhi kesedihan, Winda merasa iba terhadapnya dan menghampi






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments