"Tak apa, bukankah ini yang dinamakan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan dan saling membutuhkan, untukmu... aku akan melakukannya,'***"Apa ponselmu itu begitu penting, sampai kau senyum-senyum sendiri," Tanya Angga. Aisyah terkesiap, "Ma-maaf, Pak, saya hanya sedang membalas pesan ibu," Dusta Aisyah. "Pesan apa sampai membuatku tersenyum seperti itu?" "Hmm... Alhamdulillah Risol hari ini habis, Pak," Lirih Aisyah. "Ooo..." Sebastian hanya geleng-geleng kepala, 'Dasar nih, Bos. Malu-malu kucing, bilang aja cemburu sama HP,' Dalam diam Angga menyembunyikan debar di hatinya.---Aisyah memperhatikan poin-poin penting dari hasil pertemuan hari ini, gadis itu mengusap wajahnya gelisah."Ya Allah, begini rasanya jadi sekretaris, harus jeli rupanya, semangat Aisyah kita ulang lagi dari awal." Lirik Aisyah menyemangati diri sendiri. "Desain furniture sudah... perjanjian kerjasama sudah... harga sudah... pesanan sudah... Alhamdulillah sudah beres." Aisyah meletakkan penanya d
Sebagai lelaki sejati, dia tak ingin melihat wanita yang dia cinta tersakiti, apalagi sampai menangis, menjaga hati wanita sangatlah tak mudah, butuh kehati-hatian, karena hati wanita lembut, meski diluar nampak ceria tapi jika di cuekin tetap saja hatinya sedikit sakit.***"Bismillah... Semoga ini menjadi awal yang baik," Guman Angga. Malam ini, Sebastian pun mendampingi Angga, sebagai Asisten pribadinya Sebastian tak ingin terjadi hal-hal yang tak di inginkan. Sebastian berhenti tepat di lobi Rayyan Mall, disana Mita dan Aisyah sudah menunggu. Dengan gugup Aisyah memandang Angga yang keluar dari mobil, kedua mata nya bersitatap dengan Angga, dan..."Ya Tuhan... Betapa indah ciptaanmu, wanita yang begitu memikat hati, dia... seperti bidadari." Batin Angga terpesona.Hanya beberapa detik, Angga memperhatikan Aisyah, kemudian menunduk, begitu juga dengan Aisyah, gadis itu berjalan berlahan dengan pandangan mata tetap di bawah, Aisyah melangkah dengan ragu, malam ini dia bukan hanya
Angga menghela nafas sekali lagi. Entah kenapa di depan Aisyah dia selalu saja lemah, lelaki itu tak bisa melihat wajah Aisyah yang sedih. Angga pun menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya kembali, kali ini dia tak ingin banyak bicara, karena Angga tahu, apa yang di lakukannya malam ini salah, seharusnya Angga ingat waktu, karena Aisyah adalah wanita baik-baik yang tak pernah keluar malam.Sedangkan Aisyah malah merasa bersalah pada atasannya, tadi dia begitu kesal, namun mendengar Angga mengucapkan kata 'Maaf' hatinya tercubit."Maaf..." Lirih Aisyah, gadis itu menunduk sambil memilin jilbabnya. Hening...Ada yang teremas di dalam sana, Nyeri hati bagai ditusuk pisau saat melihat Aisyah menunduk dengan wajah lesu, sekali lagi Angga menghela nafas panjang, dia sadar bahwa dirinya yang harus menurunkan ego. 'Benar kata Om Reno, aku masih sangat miskin tentang wanita.'---"Langsung tidur ya, jangan lupa cuci tangan, cuci muka dan gosok gigi." Pesan Angga.Suaranya terdengar lebih
"Mereka tak memikirkan berkahnya hasil kerja keras, tapi mereka hanya memikirkan kesenangan duniawi saja, sehingga melakukan korupsi. Padahal, hasil yang sedikit bisa membawa kebahagiaan dari pada harta yang melimpah tapi dari hasil korupsi"***Aisyah muram karena dia bingung untuk membayar uang sekolah adik-adiknya apalagi Azalea akan ujian praktek tentu membutuhkan biaya yang banyak, selain itu Aisyah tak ingin terlalu dekat dengan Angga, dia harus menjaga hati.Serba salah memang, tapi hanya itu yang dapat Aisyah lakukan, agar dia tak kecewa dengan perasaannya, Aisyah takut jika rasanya bertepuk sebelah tangan.Aisyah membaringkan tubuhnya diatas kasur, sebelumnya dia sudah cuci kaki dan gosok gigi, kemudian tersenyum karena dia mau mengikuti perintah Angga.---Angga baru saja ingin menghempaskan tubuhnya di atas kasur, sudah beberapa malam ini dia tak bisa tidur, banyak sekali pikiran yang mengganjal di kepalanya. Perusahaan yang akan dia buka di Surabaya butuh pengawasan yang
"Aku tahu, mungkin aku pecundang karena tak bisa mengutarakan cinta ini, tapi hatiku tetap berlabuh padamu, wanita yang sudah menarik seluruh perhatianku, rasaku sudah tak dapat di takar dengan apapun, semakin hari dia semakin bertambah, seiring angin berhembus, kau... tetap merajai hatiku"***"Seperti kasus 271 Triliun itu ya, om?" Tanya Sebastian terkekeh. "Yups, hidupnya bergelimang harta, sayangnya sumber uangnya dari uang haram," Angga terdiam, dia pun mulai memikirkan beberapa orang yang masuk dalam kategori 'Buncit' meski dia geli sendiri dengan pikirannya, tapi ada benarnya juga. "Tak mungkin dia pelakunya," Lirih Angga yang di dengar Sebastian. "Siapa?" Angga menggeleng. Tapi Sebastian masih memperhatikan wajah Angga yang gusar."Kalau kau belum mau mengatakan juga tak apa, Bro. Kadang... orang yang kita anggap baik malah menusuk dari belakang." Ujar Sebastian. Reno pun memandang Angga dengan tajam, "Apa kau mencurigai seseorang?" Angga mengangguk. "Tapi, aku belum ya
"Aku akan meresmikan pertungan kita, dan bagiku kau adalah pasangan hidupku, sudah lama aku memintamu pada sang pemilik cinta, sampai pada akhirnya kau berada di hadapanku. Jadi, kali ini aku tak akan melepaskanmu dan tak akan membiarkanmu jauh dari depan mataku. Kau... Akan selalu ada di sampingmu, menjadi tunanganku, menjadi calon istriku, dan menjadi calon ibu dari anak-anakku." ***'Kenapa dia senyum-senyum sendiri? Apa dia sedang berbalas pesan dengan Naufal? ini tak bisa dibiarkan.' Batin Angga memanas.Tanpa mendengar cerita dari Sebastian, Angga langsung menutup Telpon Sebastian, lelaki itu menekan tombol interkom dan memanggil Aisyah."Aisyah, silahkan masuk, dan... Bawa coklat dingin ke ruangan saya." Titah Angga dingin. Mendengar namanya di panggil, Aisyah pun meletakkan ponsel di atas meja, dengan sigap Aisyah ke pantry di lantai tujuh, membuat coklat dingin kesukaan Angga.Angga menarik nafas panjang-panjang untuk menenangkan hatinya, tetap saja ada yang terbakar disana
"Maukah kau menjadikanku imammu? menjadi ibu dari anak-anakku, kita kan menjalani hidup berdua, bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga."***"Hmm... Maaf, Pak. Aku bisa jalan sendiri, tak perlu di gandeng." Kata Aisyah.Langkah Angga terhenti, dan memandang tangannya, benar saja sedari tadi Angga tak melepaskan tangan Aisyah."Maaf." Ucap Angga melepaskan genggamannya.Lelaki itu kembali jalan lalu tersenyum sedikit, sentuhan tangan tadi membuat jantung dan hatinya tak aman, ada getaran aneh yang selalu muncul saat Angga berada di sisi Aisyah.Begitu juga dengan Aisyah, gadis itu menunduk saat keduanya sudah berada di dalam lift. Dia tak berani mengangkat wajah, ada rona merah disana, yang mungkin saja terlambat datang.'Ya Tuhan... mimpi apa aku kemarin?' Batin Aisyah,Keduanya membisu di dalam lift, sampai akhirnya sampai di basement, Angga menuju parkir khusus CEO, lalu menekan kunci mobil dia membuka pintu untuk Aisyah, melihat hanya terdiam dia pun memberi kode dengan matan
"Rupanya orang terdekat bisa menjadi pisau belati di belakang, dia orang kepercayaan tapi dia juga yang menikam Angga dari belakang. sungguh di luar dugaan."***Aisyah melirik Angga yang begitu santai menikmati es krimnya, dia menyunggingkan senyum. Betapa dirinya beruntung dicintai oleh lelaki seperti Angga, Aisyah bertanya-tanya apa dia juga akan mencintainya? Aisyah merasa ini terlalu cepat dan membuatnya ragu. Namun, Aisyah dapat meresakan binar kebahagiaan dari wajah atasannya itu. 'Jika wajah bapak seperti ini terus, siapa yang tak meleleh melihatnya?' Batin Aisyah.Aisyah terdiam membeku, saat tiba-tiba Angga menoleh dan mendekatkan wajahnya, kedua mata Aisyah mengerjap, membuat Angga menarik senyuman, gadis di hadapannya saat ini sangat menggemaskan."Sudah waktunya pulang, apa kamu masih mau disini?" Tanya Angga dingin.Nada bicara nya tak selembut tadi, Angga kembali ke setelan awal dan membuat Aisyah mencebik. "Dasar kulkas sepuluh pintu!." Umpat Aisyah.Namun, Aisyah b