Share

02. Calon Propesor

Author: Flutterby
last update Last Updated: 2024-02-08 11:55:38

"Sekar gak mau! Kalian semua penculik!" Sekar merengek saat mereka mulai menggotongnya lagi. Bibirnya cemberut. Wajahnya sudah semasam air cuka.

"Nanti Sekar laporin ke pamannya Sekar!" Sekar menggeliat. Menarik-narik tangan dan kakinya agar terlepas dari cengkeraman mereka.

"Diem aja sih, Kar!" John mendelik.

Sekar membuang muka. "Ini penindasan terhadap anak kecil! Nanti Sekar gak mau sini lagi."

Rombongan itu terkekeh saja. Satu pemuda lagi yang tidak kebagian tugas dengan inisiatif sendiri meraih kunci motor scoopy biru muda Sekar di atas meja dan berjalan setengah berlari mendahului mereka menuju parkiran rumah itu. Dia memanaskan motor itu di depan gerbang.

Komplotan itu mendudukkan Sekar di atas motornya. Kayden menepuk-nepuk kepala Sekar. Dia menjawil ujung bibir gadis itu yang masih saja cemberut. "Senyum dong~"

"Huh!" Sekar membuang wajah ke samping dan melipat tangan di dada.

Kayden menepuk lagi kepala gadis itu kemudian menyampirkan ransel bunga-bunga ke bahu Sekar. "Ingat jangan nakal di sekolah. Jangan godain cowok ganteng. Jangan bikin ulah. Sama jangan berurus-"

"Jangan berurusan sama Shaka. Kalo Sekar papasan sama dia di koridor, wajib puter balik. Ck. Itu mulu tiap hari!" Sekar berdecak dan memutar mata jengah.

Kayden mengangguk puas. "Bagus. Pokoknya kalo lo di-"

"Bang~" Sekar merengek, "Kalo masih lama mending Sekar balik tidur lagi."

Kayden terkekeh. Tangannya menepuk puncak kepala gadis itu. "Yaudah sana berangkat. Hati-hati."

"Hati-hati kesayangan abang~" lima orang lelaki di samping Kayden kompak bersuara. Senyum manis terpatri di bibir masing-masing.

Sekar membuang muka. Suaranya ketus membalas mereka. "Sekar gak sayang tuh!" Sekar lalu melajukan motornya keluar dari gerbang rumah itu.

***

Sekar menurunkan laju kendaraannya saat gerbang SMA Garuda sudah berada di depannya. Sekar menghela nafas berat dan mulai memasuki area sekolah itu. Dia mengarahkan motornya ke parkiran khusus sepeda motor. Matanya langsung bertatapan dengan seseorang.

Sekar mengeratkan genggaman tangannya. Dia berusaha untuk menghindari tatapan pemuda itu. Matanya menatap sekeliling mencari tempat kosong.

"Parkir di sini aja." Pemuda itu menepuk jok motornya sendiri. Sekar menoleh. Di samping motor besar pemuda itu memang ada space kosong yang muat untuk motornya. Letaknya yang di bawah pohon kedondong yang rindang membuat motornya tidak akan kepanasan.

Wajah Kayden tiba-tiba terlintas di benaknya. Sekar menggeleng kemudian menolehkan kepalanya ke sekitar lagi.

Pemuda itu berdecak tidak puas. "Di sini aja. Lo gak bisa parkir lagi di lain. Udah penuh semua. Lo liat sendiri, kan?"

Sekar menggigit bibirnya. Dia menghembuskan nafas berat sebelum mengarahkan motornya ke sebelah motor besar pemuda itu. Matanya berusaha untuk tidak menoleh ke mana-mana. Pemuda itu terkekeh melihatnya.

"Kok tumben lo telat datang hari ini?" Suara pemuda itu menanyai Sekar.

Sekar hanya memandang cowok itu sekilas sebelum menundukkan pandangan. "Thanks." setelah itu Sekar pergi menuju kelasnya di lantai tiga.

Pemuda itu menatap punggung gadis itu dan berdecak tidak puas. Dia lalu memperhatikan wajahnya di spion, "masih yang paling ganteng muka gue. Kenapa dia liat gue kayak liat hantu?"

***

Sekar menarik nafas dalam sebelum memasuki kelasnya yang sudah mulai ramai. Mereka saling melempar canda dengan teman masing-masing. Sekar kembali menghela nafas dan mengepalkan tangannya. Dia melewati meja-meja murid sampai akhirnya berhenti di kursi paling belakang dan duduk di sana. Sekar merasakan beberapa tatapan yang mengarah padanya tapi Sekar mengabaikannya.

Dia memasukkan tasnya ke dalam laci dan merebahkan kepalanya ke atas meja dengan lengan kiri sebagai bantal. Sekar lalu memejamkan matanya. Tanpa sadar sebutir cairan bening keluar dari sudut matanya. "Manda, Oci... Gue kangen kalian."

Cairan bening itu kembali jatuh dan semakin deras. Sekar menelungkupkan kepalanya dan menggigit bibirnya kuat-kuat. Dia tidak ingin ketahuan nangis di kelas.

***

"Aaa..." Sekar berjengit kaget saat merasakan dingin di sebelah pipinya. Dia segera memiringkan tubuhnya.

Pemuda itu terkekeh. "Bengong aja lo!" Dia lalu menyodorkan sebotol minuman dingin ke depan gadis itu. "Tadi kenapa lo langsung ninggalin gue di parkiran? Padahal gue udah nunggu lo dari lama tau."

Sekar melotot melihat wajah di depannya. Kata-kata Kayden tadi pagi langsung berseliweran seperti hantu di kepalanya. 'Jauhi Shaka... Jauhi Shaka....'

Sekar tanpa sadar berdiri. Dia membereskan tiga novelnya yang berserakan kemudian pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.

Shaka melongo melihat punggung gadis itu yang sudah menghilang di balik tembok. "Muka gue beneran gak ganteng lagi, kah? Kenapa doi liat gue kayak abis liat setan?" Shaka menggeram frustrasi sambil mengacak rambutnya sendiri. "Susah banget narik perhatian lo!"

***

"Jiahh dianggurin!" Seorang pemuda langsung terdengar begitu Shaka tiba di rooftop sekolah mereka di lantai delapan.

Shaka mendelik kemudian menghampiri empat orang itu yang tengah bersantai di samping pagar pembatas. Shaka menjauhkan sebelah kaki yang nangkring di atas kursi sebelum duduk di sana. Dia menatap sebuah pintu yang terkunci dari luar di depannya. Satu-satunya ruangan di atap gedung sekolah mereka.

"Gak ngumpul di sana aja lu, gitaran kek?" Shaka menunjuk ruangan itu dengan dagunya.

"Kalo di dalem mah gak bisa liat lu ditinggalin cewek." Ricko, yang tadi kakinya disingkirkan Shaka melemparinya dengan kulit kacang.

"Pertama kali gak sih liat Shaka dianggurin cewek." Vernon terkekeh. Dia merampas bungkus kacang di tangan Ricko.

Bara mengangguk semangat yang diikuti Devan. Keempatnya menatap Shaka miris. "Pelet lu kagak manjur-manjur amat ternyata!" Bara terkekeh kemudian mengambil botol minuman dingin di tangan Shaka yang masih tersegel. Dia meminumnya dengan rakus.

"Setan. Padahal gue juga haus!" Vernon menggeplak kepala Bara.

Bara terkekeh. "Lo kalah cepet ... Tapi rasanya biasa aja, cuma jus mangga biasa. Tapi ada aroma-aroma penolak-"

Shaka menggeplak kepala Bara yang tengah membaui jus mangganya hingga botol itu tumpah dan sebagian cairan oranye itu membasahi wajah dan seragam Bara. Bara menatap masam Shaka kemudian menyeka wajahnya dengan tangan.

Gantian Shaka yang terkekeh. Dia kemudian menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi. Matanya menatap ke hamparan rumput hijau taman samping sekolah yang hening.

Mata Shaka tertuju pada kursi di bawah pohon yang tadi dia duduki bersama Sekar. Senyumnya tersungging. "Cuma masalah waktu aja. Gak ada sejarahnya gue gak bisa naklukin cewek."

"Udah dua minggu lo ngincer tuh cewek. Mana sampe pura-pura ketabrak doi." Ricko terkekeh. "Empat kali." Tambah Devan. Cowok yang dari tadi bungkam itu akhirnya bersuara.

Shaka menatapnya sebal. "Calon propesor diem aja!"

Bara ngakak. "Devan sekalinya ngomong langsung bongkar aib orang."

Vernon mengangguk setuju. "Iya. Padahal gue sama Bara cuma pernah liat dua kali. Yang pertama pas abis upacara. Pak bos sampe kejengkang. Alami bener jatohnya." Vernon tersenyum miring sembari melirik Shaka dengan ekor mata.

"Yang kedua pas itu kan, ngerapihin bola mau dibalikin ke gudang. Lah tumben-tumbenan dia mau. Biasa juga kita-kita yang disuruh." Tambah Bara.

"Eh tapi zonk. Cewek incerannya malah minta tolong tante Cecil buat bantu. Lu kagak digrepe si tante kan di gudang?" Timpal Vernon.

"Rezeki kagak ke mana kata Cecil mah." Ricko terkekeh. Shaka menatap sebal mereka semua.

"Eh tapi yang dua lagi kapan, Van?" Vernon mencondongkan kepala. Lagaknya sudah seperti ibu-ibu saat mencari gosip terpanas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    177. Tamat

    Dimas terkekeh dan menyingkirkan telunjuk Dewo yang menunjuk ke arahnya. "Jangan bilang kau juga tidak tau bahwa Sekar ke Paris dua bulan yang lalu." Mata Dewo berkilat kaget sekilas. Setelahnya dia berusaha terlihat normal. Tapi Dimas menyadari reaksi awalnya. Pria itu tersenyum sinis. Dia membuka galeri di ponselnya dengan menunjukkan rekaman singkat seorang gadis yang nampak mengerucutkan bibirnya. "Ayah Dimas." Ucap gadis dalam video. Mata Kayden dan Gio berkilat mendengar suara itu. Dan mereka bisa membayangkan wajah masam Sekar yang melakukannya di bawah paksaan orang lain. Dimas menjauhkan ponselnya saat tangan Dewo ingin menjangkaunya. Dewo naik pitam melihatnya. "Kau tidak bisa memaksa anak gadis orang lain untuk memanggilmu ayah." "Kenapa tidak bisa! Lagipula dia terlihat senang-senang saja, tidak ada ketegangan. Asal kau tau saat itu dia sedang meminta ditraktir makan di restoran favoritnya, padahal sepanjang jalan dia sudah memalakku untuk membayar semua street food

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    176. Pura-pura Tuli

    "Kar~" Suara Kayden parau. Dia langsung memeluk Sekar erat-erat. Gio ikut memeluk kedua orang itu. "Lo harus secepatnya ingat gue, Kar. Gue sama Gio nunggu lo. Kita selalu nunggu lo." Kayden menepuk-nepuk pucuk kepala Sekar. Dia tidak peduli lagi meski pandangannya sudah kabur karena air mata. Gio ikut mengusap bahu Sekar. "Lo harus sehat-sehat di sana. Harus pinter jaga diri. Gak ada gue sama Kayden lagi yang bisa jagain lo." Gio mengusap air matanya. Sekar menatap dua orang itu yang sama sama menangis. Hati Sekar campur aduk. Matanya ikut panas dan akhirnya menjatuhkan bulir-bulir bening. "Cepat pulang. Abang-abang lo nunggu di sini." Kayden mengusap air mata di wajah Sekar dengan hati-hati. Dia lalu mengecup kening gadis itu. Juga dua kelopak matanya. "Gue selalu nunggu lo di sini. Baik-baik di sana, ya~" pintanya. Sekar mengangguk tanpa sadar. Hatiny

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    175. Ayah Dimas

    "Karena abang pencopet." Sekar menampakkan raut kagetnya. Petra mengusap lagi air matanya. "Karena bang Pepet udah mencopet hati Sekar." Petra berusaha tersenyum. Sekar ikut tersenyum. "Bang Pepet lucu." Petra menganggukkan kepalanya. Tangisnya semakin hebat. "Kalo aku kamu ingat? Pokoknya harus ingat." Sean maju. Belum apa-apa matanya sudah berembun. "Bang Sean, kan?" Sekar tersenyum. "Gak pakai abang. Kamu biasanya manggil aku Sean aja. Gak ada abangnya." Sean mengusap air matanya. Sekar mengernyit. "Bang Sean kan seumuran bang Kayden? Kenapa Sekar gak panggil abang kayak yang lain?" Sekar menoleh pada Kayden yang dari tadi hanya diam. Mata pemuda itu paling sembab. "Bang Kayden," panggil Sekar karena Kayden hanya diam saja. "Kita semua bahkan gatau k

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    174. Bintang PD

    "Besok saya ingin membawa Sekar pulang berobat di Paris." "Om?" Shaka membeku. Dia takut salah mendengar sebelumnya. "Shaka gak salah denger, kan, om? Om gak mungkin mau bawa Sekar ke Paris, kan?" Keheningan di seberang sana sudah menjawab pertanyaan Shaka. Pemuda itu tanpa sadar mundur selangkah. Dia memegangi tembok di sebelahnya. "Om, Shaka yakin Sekar masih bisa disembuhkan di Indonesia. Shaka akan cari rumah sakit yang lebih baik lagi. Dokter yang lebih hebat lagi. Sekar tidak harus dibawa ke Paris, om. Lagipula Sekar baru siuman, om." Louis menghela nafas berat. "Shaka, dengarkan saya. Saya melakukan ini demi kebaikan Sekar. Saya tau pengobatan di Indonesia juga baik. Banyak rumah sakit maju dan dokter yang ahli di bidangnya. Tapi ini sudah dua minggu sejak Sekar siuman. Kesehatannya tidak memiliki banyak kemajuan." Shaka terdiam. Dia ingin menyangkal kata-kata Louis tapi tidak ada suara yang terucap. Dia juga terbayang saat Sekar merintih kesakitan merasakan semua luka

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    173. Membawa Sekar Pulang

    "Kagak ada nanti. Gue gak izinin lo nemuin Sekar sampai kapan pun!" Kayden memotong ucapan John. Kakinya kembali hendak menerjang ke depan. "Kay! Kay!" John berdiri di depan Kayden untuk menghalangi. Dia memegangi bahu Kayden dan memaksa pemuda itu untuk memasuki ruang rawat Sekar bersamanya. Gio memandang pintu ruang rawat Sekar yang sudah tertutup dari dalam. Pemuda itu lalu berjalan mendekati Bagas. Matanya menatap dari pucuk kepala hingga ujung kaki Bagas. Sudah berapa tahun mereka tidak bertemu. Jika bukan karena suara Bagas yang tidak berubah, Gio tidak akan mengenali wajah di balik cambang tebal itu. "Lo sebaiknya pulang, bang. Kayden gak akan ngizinin lo liat Sekar buat sekarang. Cowok itu keras kepala." "Gue tau semua ini terjadi karena gue. Gue nyesel, Yo." "Lo ninggalin banyak masalah buat kita semua di Indo, bang." Gio tersenyum miris. "Gue dan yang lain gak pernah berenti nyari lo selama ini, tapi semuanya sia-sia. Lo gak bisa ditemuin di manapun. Lo emang niat ba

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    172. Bagas

    Oda mengangguk. "Saya juga tidak berniat melepaskan bajin-gan itu begitu saja dan menyerahkannya ke polisi. Masalahnya Shaka sudah menyerang tempat persembunyian mereka sendirian dan hampir membakar seluruh bagian rumah itu dan telah menarik perhatian warga sekitar. Orang-orangku juga mengatakan Daniel beserta anak buahnya sudah tidak terlihat di sana. Mereka pasti sudah kabur duluan saat mengetahui Sekar tertabrak. Sekarang polisi sudah terlanjur tau." "Masalah itu biar nanti Kayden yang ke kantor polisi. Kita pasti bisa nemuin Daniel, bang. Sean sama yang lain udah turun nyari mereka. Beberapa geng motor lain yang deket sama Fonza juga ikut turun tangan." "Gue juga udah nyuruh Jovi sama anak-anak buat ikut nyari keberadaan Daniel, Kay." Gio yang sedari awal diam juga ikut bersuara. Kayden memperhatikan wajah Gio yang sembab dan mengangguk. "Thanks." Katanya pelan. "Tapi saya sangsi keberadaan orang itu mudah ditemukan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status