Share

Jatuh Cinta Pada Adik Musuh
Jatuh Cinta Pada Adik Musuh
Penulis: Flutterby

01. Si Kumis Tipis

"Aarghhh... Tolooong...."

"Tolooong... Siapa pun tolong."

Di suatu pagi yang cerah terdengar jeritan seorang perempuan muda. Dari dalam rumah berlantai dua itu tampak gerombolan pria menggotong gadis itu menuruni tangga. Empat orang masing-masing memegangi kaki dan tangan gadis itu sedangkan dua orang lagi berada di belakang mereka dengan tangan terlipat di dada.

Beberapa orang hanya berani melihat mereka dari samping dan memberikan jalan. Tidak ada yang berani menolong gadis itu.

"Tolooong!" Gadis itu berteriak lagi dengan suaranya yang hampir habis. Air matanya menggenang.

"Diam." Pemuda yang memegangi tangan sang gadis melototinya. Sekar, gadis itu, merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia meringis kala pemuda itu mencengkeram tangannya lebih erat. "Tangan Sekar sakit." Sekar mencicit. Air matanya tak sengaja menetes.

"Jangan sampe luka. Dia berharga." Salah satu dari dua lelaki yang berjalan di belakang mereka mengingatkan. 

Pemuda yang memegangi tangan kiri Sekar mendelik tapi tangannya tak urung mengendur juga.

Sekar menggeliatkan tubuhnya. Dia menarik tangan dan menendang-nendangkan kakinya. "Leppaaas!"

"Diem kalo gak mau jatoh!" Orang yang memegangi tangan Sekar melototinya sekali lagi. Tangannya mencengkeram erat sebelum detik berikutnya kembali mengendur.

Sekar bungkam. Bibirnya bergetar. Mata gadis itu kembali berembun. Dia sekuat tenaga menahan butiran bening yang ingin merangsek keluar dari sudut matanya. Dia sedang lelap-lelapnya tidur saat beberapa orang dengan paksa membuka kamarnya dan membawanya entah ke mana.

Dua orang di belakang empat orang yang menggotong Sekar tertawa jahat. "Bawa ke belakang!"

Sekar melotot karena perintah orang itu. Apalagi saat komplotan penjahat itu sudah berbelok ke arah bagian belakang rumah. Sekar menggelengkan kepalanya. Dia semakin liar menggerakkan tangan dan kakinya. "Sekar gak mau. Kalian orang-orang jahat. Lepasin Sekar! Ibuuu, anak ibu mau diculik huaaa~"

Sekar terus menggerakkan kaki dan tangannya. Namun tidak peduli sekuat apapun dia berusaha, tenaganya tidak ada apa-apanya untuk empat orang itu.

"Hahaha lo gak akan bisa selamat kali ini! Gak akan ada yang nolongin lo!" Orang yang memegangi kaki kirinya tersenyum menyeringai. Kumisnya yang tipis di atas bibir bergetar. Sekar merinding melihatnya.

"Ibu! Ibu! Sekar gak mau sama penculik jelek huaaa~"

"Nah udah sampe nih." Ketua dari komplotan itu mendekati Sekar yang sudah diturunkan meski tangannya masih dipegangi. Orang itu menyeringai ke arah Sekar.

Sekar refleks menjauhkan kepalanya saat orang itu ingin menyentuhnya. Pemuda itu terkekeh kemudian menepuk-nepuk kepala Sekar. "Kali ini lo harus terima hukuman lo!"

"Lempar!" perintahnya kemudian.

"Sekar ga-"

Byurr

Tubuh Sekar dilemparkan ke tengah kolam renang yang di depannya. Punggungnya terasa panas karena lemparan itu dan sedetik kemudian berganti rasa dingin air kolam yang menusuk sampai ke tulang.

Terdengar tawa dari komplotan itu. Sekar menggigil kedinginan di tengah kolam renang. Giginya bergemelatuk. Sekar menatap mereka di atas yang sedang menertawakannya. Semuanya penghianat. Sekar mengepalkan tangannya di dalam air.

Ketua dari orang-orang di pinggir kolam itu berjongkok dan menjulurkan tangannya ke arah Sekar saat Sekar berenang ke tepian. Bibirnya menyunggingkan senyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.

"Gak usah sok baik!" Sekar menepis tangan pemuda itu.

Sekar berdiri dengan pongah setelah berhasil keluar dari kolam renang. Dia mengangkat dagunya dengan bangga meskipun giginya terus bergemelatukan. Kaos kebesaran dan celana training hitamnya basah meneteskan air hingga membasahi lantai.

"Sekar gak mau!" Sekar kembali menjauhkan tangan pemuda itu yang ingin menyampirkan handuk ke bahu gadis itu.

"Nanti lo sakit, Kar." Suara pemuda itu begitu lembut. Sekali lagi dia ingin menyampirkan handuk tapi lagi-lagi Sekar menjauhkan tangannya.

"Hati Sekar udah sakit karena bang Kay!" Sekar cemberut. Bibirnya sudah monyong-monyong

Enam pemuda itu terkekeh saja. Hati Sekar dongkol melihatnya.

Sekar melengos kemudian berjalan ke kamarnya di lantai dua dengan pakaian yang basah. Biarkan saja lantainya kotor. Anggap saja balasan untuk mereka.

***

Setengah jam kemudian Sekar turun dengan seragam sekolahnya yang berwarna hitam dengan aksen kotak-kotak untuk bawahannya sedang atasan gadis itu mengenakan vest maroon yang melapisi seragam putihnya. Dia mengangkat dagu tinggi-tinggi saat melewati enam pemuda yang mengenakan seragam putih dengan bawahan berwarna abu-abu.

Pemuda ketua itu tersenyum manis dan menarik kursi tepat di sampingnya. "Sarapan. Gue beli nasi uduk tadi di depan."

Sekar melototinya tapi detik berikutnya dia sudah duduk di sebelah pemuda itu.

"Gue yang beli." Pemuda berkumis tipis yang duduk di seberang Sekar berdesis. Dia mengambilkan satu bungkus nasi dari dalam plastik ke atas piring dan menyodorkannya pada Sekar.

"tapi duit gue!" Si pemuda ketua menatap sebal si kumis tipis. Si kumis tipis menggaruk kepalanya malu. Dia lalu menyodorkan sendok dan garpu untuk Sekar. "Ini, Cintah~"

Sekar mencebikkan bibir kesal sambil menerimanya. "Besok kumis bang Jono Sekar cukur sampai habis!"

Sekar mulai memakan nasi uduknya dengan ganas. Bunyi sendoknya terdengar nyaring bergesekan dengan piring.

"Apa?" Sekar melototi enam pemuda itu yang dari tadi memperhatikannya.

Pemuda ketua terkekeh. Dia gemas melihat gadis itu. Dia lalu menambahkan ayam goreng miliknya ke piring Sekar.

Sekar menancapkan garpu ke paha ayam pemberian orang itu dan menyobek-nyobek daging itu dengan ganas sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Sekar mengunyah daging ayamnya sambil terus memandangi pemuda itu. Dalam bayangannya pemuda itulah yang sedang dia telan bulat-bulat.

Pemuda itu menggeleng kemudian menepuk puncak kepala Sekar. Dia lalu memindahkan tahu dan tempe goreng miliknya, tapi Sekar menggeleng.

"Mau ayam lagi." Sekar melirik daging ayam di piring si kumis tipis di depannya. Sedetik kemudian garpunya sudah bersilaturahim ke piring pemuda itu dan berhasil pulang memboyong sepotong paha ayam. Wajah Sekar masih galak, tapi dalam hati dia sudah bersorak karena sudah dapat dua ayam goreng ekstra.

Mata si kumis tipis berkedut. Kumis tipisnya juga naik sebelah. Dia memandangi ayam gorengnya yang sudah berpindah piring dengan sedih.

"Apa? Gak ikhlas?" Sekar melototinya.

Si kumis tipis menggeleng dan memaksakan senyum. Bulu kuduknya meremang. Hawanya seperti sedang dipelototi mamaknya di rumah.

"G-gue tambahin." Si kumis tipis tergagap sambil memanjangkan tangan menjangkau sesuatu di atas piring pemuda  yang duduk bersebelahan dengannya. Pemuda itu melongo melihat ayam gorengnya dicuri di bawah hidungnya sendiri. 'Ayam gorengnya yang nikmat.'

Sekar tersenyum lebar melihat tiga paha besar ayam yang menumpuk di piringnya. Yes, tiga ayam goreng ekstra. Mata Sekar berbinar. Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan sembari menikmati sarapannya. Sekar makan dengan khusyuk mengabaikan tatapan enam pemuda itu yang menatapnya berbeda-beda.

"Aak..." Sekar bersendawa dan mendorong piringnya yang telah kosong ke samping. Dia kemudian mengelus perutnya yang sedikit buncit pagi ini dengan hati puas. Senyumnya secerah matahari di hari itu.

"Aduh lupa!" Sekar menepuk dahinya. "Bang Kay sama yang lain berangkat duluan aja deh. Sekar lupa ada buku tugas yang belum disiapin. Sekar ke atas du-" ucapan dan langkah Sekar terhenti karena ada seseorang yang menahan kerah belakang seragamnya. Sekar melihat si pemuda ketua lah pelakunya.

"Bang Kay~" Sekar menatap melas pemuda itu.

"Lo kagak ada tugas. Sean yang bantu beresin buku lo tadi."

Sekar bungkam. Ia tak bisa berkata-kata untuk menyanggah ucapan Kayden. Dia hanya bisa kembali duduk di samping pemuda itu.

Si kumis tipis terbahak-bahak dari tempatnya. "Kicep kan lo kalo udah berhadapan sama Sean. Sok-sok mau ngibulin sih!"

Sekar mencebik kesal. Mulutnya sudah terbuka untuk membalas tapi begitu tatapannya bersirobok dengan Sean, Sekar langsung menundukkan kepala. Dia menelan kembali kata-katanya yang sudah di ujung lidah.

Kayden terkekeh. Dia lalu mengangkat dagu dan mereka berlima sudah tahu apa yang harus dilakukan. John dan satu pemuda lagi dengan semangat langsung memegangi masing-masing tangan Sekar. Mereka masih tidak ikhlas perihal ayam goreng mereka yang raib di depan mata. Sementara Sean dan seorang lagi memegangi kaki Sekar. Sekar kembali digotong persis saat dilempar ke kolam renang tadi pagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status