Tiffany memelototi Bondan. “Cepat ngomong! Kamu janji sama dia, jangan celakai aku!”Bondan terdiam membisu.Bondan tahu dia tidak berharap Tiffany bisa sehidup semati bersamanya. Namun, dia sungguh kaget dengan ucapan Tiffany tadi. Sebelumnya hubungan mereka berdua boleh dikatakan cukup bagus. Dia bahkan mengira Tiffany mulai menyukainya!“Heh!” Bondan tersenyum sinis, lalu berkata sembari menatap Valencia, “Oke, aku nggak suka sama dia. Aku akan putus sama dia dan kembali bersamamu, oke? Letakkan bom itu!”“Apa kamu serius?” Terlintas kilauan di mata Valencia.“Serius!” jawab Tiffany dengan segera, “Saat dia bersamaku, dia sering mengungkit namamu. Dia bilang kamu adalah satu-satunya wanita yang dia cintai. Dia bilang dia bisa bersamaku juga karena dipaksa keluarganya!”Bondan kembali menatap Tiffany dengan kaget.Akhirnya tampak senyuman di wajah Valencia. Senyuman yang dipadukan dengan darah merah itu terlihat semakin mengerikan.Valencia menatap Bondan dengan tersenyum lebar. “Aku
“Ahh!”Tiba-tiba wanita di belakang Tere menjerit, “Aku nggak mau mati! Aku nggak mau mati di sini!”Setelah menjerit, si wanita pun berusaha untuk melarikan diri. Namun, langkahnya dihentikan oleh suara jerit Valencia. “Jangan bergerak! Kalau nggak, aku akan ledakan bom ini!”Si wanita berhenti di tempat. Dia juga tidak berani untuk bergerak lagi.Suasana di dalam ruangan sangatlah hening. Semua orang sedang berpikir bagaimana cara untuk melarikan diri. Mereka semua juga tidak berani bertindak gegabah. Mereka takut gerakan mereka akan memancing emosi wanita gila di hadapannya dan bom pun akan diledakkan.Semua orang merasa takut terus menatap bom di tangan si wanita.“Dua, tiga, empat ….” Valencia kembali berhitung.Reza membawa Sonia ke ujung balkon. Sonia berusaha meronta, tetapi dia tidak berhasil melepaskan tangannya. Tiba-tiba Sonia menjerit, “Aku bantu kamu untuk bunuh dia!”Suara wanita muda itu bagai sebongkah batu yang jatuh ke dalam air danau, mengacaukan keheningan dan meni
Setelah Sonia berdiri, dia segera memalingkan kepalanya untuk melihat Reza. Kebetulan Reza juga sedang menatapnya. Bondan, Yusa, dan yang lain menyerbu ke sisi Reza, menghalangi pandangan Sonia. Dia spontan bersama Frida bergerak ke belakang.Ledakan itu menghebohkan Nine Street Mansion. Klub menjadi kacau dalam seketika.Saat ini Valencia sudah berhasil ditahan. Sepertinya dia masih tidak tahu kesalahan besar apa yang baru dia lakukan. Dia masih bisa menjerit dengan arogan.“Bondan! Kamu bilang kamu cinta sama aku. Kamu bunuh dia! Setelah kamu bunuh dia, nggak akan ada lagi yang memaksamu! Kita bisa bersama!”…Tiffany dilindungi Tere dan yang lainnya. Mereka semua terbengong melihat sosok Valencia yang gila. Bondan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, dia ingin sekali menampar Valencia!Tak lama kemudian, polisi pun sudah datang. Setelah pihak kepolisian mengetahui kronologis kejadian, mereka pun menangkap Valencia. Selain itu, mereka juga meminta Bondan ke kantor polisi untuk
Di rumah sakit.Reza sedang telungkup di atas ranjang rumah sakit. Setelah pakaian dibuka, dokter mulai membersihkan lukanya.“Kak Reza, gimana keadaanmu?” Johan adalah orang terakhir yang tiba di rumah sakit. Begitu memasuki ruangan UGD, dia langsung bertanya.Reza spontan melihat ke belakang Johan, tetapi tidak ada yang masuk lagi. Tiba-tiba dokter menyeka luka dengan antiseptik, rasa sakit seketika terasa sangat menyayat hati. Si lelaki mengerutkan keningnya spontan menunduk.Jason berkata dengan datar, “Lukanya sedang dibersihkan. Nanti dia masih harus melakukan beberapa jenis pemeriksaan lagi.”“Oh!” Johan menatap ke dalam ruangan dengan cemas.Semua yang tidak pergi ke kantor polisi pergi ke rumah sakit. Mereka semua sedang duduk di luar ruang tunggu. Jason menyuruh Yusa dan yang lain untuk pulang. Yusa dan yang lain masih merasa trauma. Dia berkata dengan suara serius, “Untung ada Kak Reza dan Nona Sonia hari ini. Kalau ada kabar selanjutnya mengenai kondisi Kak Reza, tolong be
Selama satu tahun ini, Sonia pun sedang mengonsumsi obat. Dia dilarang makan yang terlalu pedas. Jadi, Kelly sengaja memasak yang lebih polos.Selesai makan, Sonia bermain dengan Yana. Saat Yana sudah mengantuk, Sonia baru kembali ke rumahnya.Sonia mandi, mengganti pakaiannya, lalu lanjut membaca bacaannya.Saat hampir jam sepuluh, Sonia bersiap-siap untuk tidur. Tiba-tiba dia menerima panggilan dari Tandy. Suaranya terdengar agak tergesa-gesa.“Bu Sonia!”Sonia segera berdiri. “Tandy, ada apa?”“Paman Reza demam. Di rumah lagi nggak ada orang. Apa kamu bisa kemari?”Sonia spontan mengerutkan keningnya. “Bukankah dia lagi di rumah sakit?”“Paman sudah pulang dari siang. Padahal tadi dia baik-baik saja, ini barusan aku ke kamarnya. Aku panggil-panggil, tapi dia nggak bergerak. Ternyata dia lagi demam.”Sonia membalas dengan sangat cepat, “Di mana dokter pribadi kalian? Cepat telepon dokter.”“Dokter lagi di sini, tapi Paman Reza nggak mau makan obat.”Raut wajah Sonia menjadi muram. “M
Saat ini, Jason sedang mengendarai mobil ke Kediaman Herdian.Begitu pintu dibuka, Tandy segera keluar untuk menyambutnya. Namun, dia merasa terkejut. “Paman Jason!”“Sonia yang suruh aku ke sini. Gimana kondisi pamanmu?” Jason menepuk-nepuk pundak Tandy berusaha untuk menenangkannya.Tandy menjawab, “Paman masih nggak mau makan obat.”Dokter pribadi juga sudah datang. Dia menunjukkan ekspresi serbasalah. “Ini pertama kalinya aku melihat Tuan Reza begitu keras kepala.”“Tidak apa-apa, biar aku saja.” Jason tersenyum lembut, lalu melangkahkan kakinya ke dalam kamar.Saat ini, hanya dinyalakan satu lampu di atas nakas. Reza telungkup di atas ranjang, memamerkan punggung yang kekar. Ketika mendengar suara langkah kaki, dia memalingkan kepala untuk melihat. Keningnya spontan dikerutkan. Kemudian, dia kembali menunduk.Raut wajahnya terlihat merona. Dapat diketahui bahwa Reza sedang demam tinggi. Tatapan yang biasanya tajam itu kelihatan agak capek.“Apa kamu merasa kecewa?” tanya Jason den
Jason menunggu sekitar satu jam. Setelah melihat Reza tidur dengan lelap, dia mengukur suhu badan Reza, baru meninggalkan rumah setelah demamnya turun.Tandy dan dokter pribadi masih menunggu di luar sana. Setelah mengetahui demam Reza sudah turun, mereka pun menghela napas panjang.Sekarang sudah larut malam. Jason menyuruh sopir untuk mengantar dokter pulang, lalu menyuruh Tandy untuk tidur.Mereka berdua berjalan keluar rumah. Jason bertanya, “Kenapa cuma kalian berdua di rumah?”Tandy menjawab, “Kakek pergi rapat di ibu kota. Jadi, Kakek bawa Nenek ke sana. Orang tuaku juga lagi dinas, sedangkan kakakku ada kegiatan di sekolah. Jadi, dia tinggal di sekolah.”“Pamanmu sudah baik-baik saja. Kamu tidak usah mengkhawatirkannya,” ucap Jason dengan tersenyum.“Kamu bisa hubungi aku kalau ada apa-apa.”“Emm!”Setelah mengantar kepergian Jason, Tandy kembali ke lantai tiga untuk melihat Reza sekilas. Menyadari Reza sedang tidur dengan lelap, Tandy baru kembali ke kamarnya.Tandy berpikir s
Tiga hari kemudian, Thalia baru kembali bekerja di lokasi syuting. Sementara, paparazi menemukan Reza juga telah kembali bekerja di perusahaan. Semuanya membuktikan bahwa mereka sedang bersama selama beberapa hari ini.Sonia pergi ke ruang rias untuk membereskan busana. Di balik sebuah tirai, Thalia dan Liana sedang mengobrol.“Thalia, sudah lama aku nggak ketemu sama kamu. Aku kangen banget sama kamu,” bicara Liana dengan nada menjilat.Thalia pun tersenyum lembut. “Beberapa hari ini aku ada sedikit masalah. Jadinya mengganggu jadwal syuting. Maaf, ya.”“Nggak ada yang salahin kamu, kok!” balas Liana, “Kenapa kamu masih rahasiain aku, ayo cepat jujur! Beberapa hari ini, kamu lagi temani Tuan Reza, ‘kan?”Thalia melirik tirai biru sekilas, lalu membalas dengan nada manja, “Aku juga nggak berdaya. Kalau aku nggak temani dia, dia nggak mau makan obat. Dia seperti anak-anak saja!”Liana menutup bibirnya. “Kurasa Tuan Reza sengaja cari alasan biar kamu bisa temani dia. Masa kamu nggak nger
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin