LOGINSetelah memasuki rumah, Julia meletakkan kanvasnya. Setelah itu, dia menuangkan segelas air sembari bertanya, “Apa tidurmu nyenyak semalam?”“Nyenyak sekali!”“Udara di sini bagus sekali. Tinggal beberapa hari di sini bagus buat kesehatanmu.”“Iya.” Theresia mengangguk, kemudian bertanya, “Kapan kamu mulai ngajar? Aku mau dengar.”Julia melihat jam tangannya sekilas. “Sekitar sepuluh menit lagi. Ayo, kita ke sana sekarang.”“Oke!”Mereka berdua berjalan ke perpustakaan. Setelah masuk ke dalam, Julia pergi mengambil bahan pelajaran di samping ruangan, sedangkan Theresia duluan memasuki kelas.Baru saja berjalan ke sisi pintu masuk, Lovin berlari menghampirinya dengan membawa semangkuk buah stroberi di tangannya. Dia menyerahkan mangkuk kepada Theresia. “Buah ini dikasih seorang orang tua murid. Sudah dicuci juga.”Theresia menerimanya. “Terima kasih!”“Jangan sungkan!” Lovin tersenyum hangat. “Apa kamu datang untuk dengar kelas Bu Julia? Cepat masuk sana. Sudah mau dimulai.”“Emm.” Ther
Tiba-tiba ponsel yang diletakkan di atas nakas menyala. Theresia mengambilnya, ternyata ada pesan masuk dari Roger.Nama yang tertera di atas layar ponsel bagai seember air dingin yang disiramkan dari atas kepalanya. Pikirannya seketika menjadi sadar. Dia mulai membuka ponselnya.[ Roger: Apa harimu menyenangkan bersama teman? Seharian ini aku sangat merindukanmu. ]Theresia duduk bersandar sembari memeluk bantal. Dia mengetik dengan perlahan. [ Sangat menyenangkan. ][ Roger: Sebenarnya aku ingin sekali pergi bersamamu. Tadinya aku berencana pergi mencarimu setelah mengatur pekerjaanku, tapi belakangan ini kondisi Nenek tidak terlalu bagus. Aku tidak bisa pergi pada saat seperti ini. ][ Theresia: Aku mengerti. Nenek Riana sangat membutuhkanmu. Kamu temani Nenek saja. ][ Roger: Terima kasih atas pengertianmu. ][ Theresia: Sudah seharusnya. ][ Roger: Kenapa sungkan sekali? ]Theresia mengirim sebuah emotikon tersenyum. [ Tadi aku setir lama sekali. Aku merasa agak capek. Kamu juga c
Jantung Theresia berdegup kencang. Dia menunduk untuk melihat kotak P3K. Rambutnya menutup wajah sampingnya. Dia berkata dengan suara pelan, “Ini juga bukan pertama kalinya kamu terluka. Kenapa kamu bisa nggak tahu mesti berbuat apa?”Terlintas tatapan muram di dalam mata dingin dan tegas Morgan. “Ini pertama kalinya aku terluka separah ini.”Theresia memiringkan sedikit wajahnya. Tatapannya kelihatan berkilauan. Dia juga tidak ingin dilihat oleh Morgan.Morgan melepaskan tangan Theresia. “Aku tidak mengganti obat di rumah karena takut ketahuan Kakek. Aku takut dia akan khawatir. Aku bukan sengaja.”Morgan tergolong sedang menjelaskan kepada Theresia. Hati Theresia spontan menjadi lembut. Dia membalikkan tubuhnya, lalu mengangkat tangannya untuk melepaskan perban di lengan Morgan.Ketika melihat luka itu, kening Theresia spontan berkerut. “Kalau kamu begini lagi, aku benar-benar nggak akan peduliin kamu lagi. Lagi pula, luka ada di tubuhmu. Kalau parah, kamu juga yang sakit.”Morgan me
Di bawah pemandangan malam, raut wajah si pria kelihatan mendalam. “Aku bukan antar kamu!”Tiba-tiba Theresia teringat saat dia datang tadi, pelayan sedang membereskan kamar lantai satu. Dia pun langsung menunjukkan ekspresi canggung. Dia benar-benar sudah berpikir kebanyakan!Untung saja, langit sudah malam. Theresia tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan ke dalam vila. Senyumannya jelek sekali!Pria itu menyindir dalam hati. Betapa inginnya dia maju untuk menarik turun ujung bibir Theresia.Saat mereka berdua memasuki vila, pelayan wanita muda berjalan keluar dari dapur. “Nona Theresia, Tuan Morgan, kamar sudah dibersihkan. Kalau perlu sesuatu atau perlu makanan, kalian bisa cari aku.”Theresia berkata, “Baik, terima kasih, sementara ini nggak butuh apa-apa.”Theresia terdiam sejenak, lalu memalingkan kepalanya bertanya pada Morgan yang berjalan di belakangnya, “Apa Tuan Morgan butuh sesuatu?”Morgan menatapnya. “Aku butuh orang untuk bantu aku oles obat.”Theresia berka
Ketika Theresia mendengar percakapan mereka berdua, dia samar-samar merasa masalah Morgan melihat tanda lahirnya ada hubungannya dengan masalah Julia mencari anggota keluarganya.Pada saat ini, ponsel Julia berdering. Dia melirik sekilas, lalu pergi mengangkatnya di samping.Sepertinya Theresia kedengaran suara pria dari ujung telepon. Dia sedang berbicara dengan bahasa Cendania yang tidak luwes. Di depan meja sana, hanya tersisa Theresia dan Morgan yang sedang duduk saling berhadapan.Morgan menatapnya, lalu berkata dengan suara datar, “Sebelumnya Bibi Julia pernah melahirkan seorang anak perempuan, kemudian anak itu hilang dan tidak ditemukan sampai sekarang. Sebelumnya sewaktu di Hondura, Sonia bertemu dengan seorang anak perempuan, usia dan tanda di tubuhnya mirip dengan anak perempuannya Bibi Julia.”“Hallie?” tanya Theresia. Orang yang ditemui mereka di Hondura hanyalah Hallie. Pantas saja Sonia membawa Hallie kembali ke Kota Jembara.“Iya!” Morgan mengangguk.Theresia tidak men
Jane segera berkata, “Semua salahku. Aku benar-benar nggak tahu. Jangan salahkan aku yang nggak tahu apa-apa, ya. Biar aku minum sendiri saja!”Jane adalah tipe gadis blak-blakan. Dia menuangkan alkohol kepada Morgan, lalu menuangkan segelas jus buah untuk Morgan. Kali ini, Morgan meminum jus buah itu.Tiba-tiba Jane memalingkan kepalanya menunjukkan ekspresi kemenangan kepada orang lain. Dia memalingkan kepalanya lagi kepada Morgan, kemudian berkata dengan penuh antusias, “Berhubung kamu sudah minum jus yang aku tuang, mulai sekarang kita sudah berteman, ya.”Morgan mengiakan dengan mengangguk. “Oke.”Julia berkata dengan tersenyum, “Apa gramofonnya sudah selesai diperbaiki? Apa sudah bisa dengar sekarang?”Lovin segera berdiri. “Biar aku pindah kemari.”Lovin pergi mengendarai mobil. Tidak lama kemudian, dia pun telah kembali. Dia dan Riki memindahkan satu meja kemari, lalu meletakkan gramofon di atas meja. Piringan hitam yang dibawa Julia diletakkan di atas.Suara yang jernih dan in







