Reza malah datang untuk membantu Sonia!Tetiba Omar kepikiran dengan apa yang dikatakan Sonia tadi. Keringat dingin seketika membaluti belakang punggung Omar!Reza melihat ke sisi produser dan sutradara. “Apa perlu aku menjelaskan lagi?”Omar yang gugup itu segera menggeleng. “Semua ini kelalaian kami dalam bekerja. Kami malah sudah merepotkan Pak Reza dan Bu Sonia.”Usai berbicara, Omar segera bersikap hormat kepada Sonia. “Maaf sekali! Aku benar-benar minta maaf!” Bahkan, Bomin juga datang untuk minta maaf.Sonia sungguh merasa gusar. Dia malas meladeni orang-orang ini lagi, langsung berjalan pergi.Reza segera mengikuti langkahnya.Begitu Sonia keluar ruangan, Cindy dan Stella spontan melihat ke sisinya.“Sonia!” panggil Cindy dengan gugup.Sonia membalas, “Masalah sudah diatasi. Kamu bisa lanjut bekerja sama dengan Pak Venick. Seterusnya, nggak bakal ada yang berani persulit kalian lagi.”Cindy terlihat sangat syok. Selain syok, dia juga merasa salut terhadap Sonia. “Serius? Sonia,
Gina berkata dengan terisak-isak, “Aku lagi syuting film Pak Teddy. Kalau aku mundur sekarang, Pak Teddy mesti cari penggantiku dan syuting ulang. Pekerjaan Sonia juga bakal bertambah. Nanti setelah aku selesai syuting, aku akan tinggalkan Jembara. Aku janji selama syuting, aku nggak bakal cari masalah dengan Sonia lagi. Lagi pula, kalau aku pergi sekarang, bisa jadi Sonia merasa aku lagi merasa bersalah. Nanti salah paham malah akan semakin dalam lagi!”Reza memejamkan matanya. Dia berusaha untuk menahan amarahnya. “Jangan salahkan aku kalau kamu berani menyinggungnya lagi!”Suara Gina terdengar gemetar. “Aku mengerti!”…Saat kembali ke Kota Jembara, hari pun sudah sore. Sonia mengurung dirinya di ruang baca untuk melukis desainnya. Beberapa jam sudah berlalu. Ketika Sonia keluar, dia melihat langit sudah gelap. Lampu di dalam ruang tamu tidak dinyalakan. Saat ini, Reza sedang duduk sendirian di sofa.Sewaktu menyadari Sonia berjalan keluar, Reza langsung menyalakan lampu. Tatapan k
Terlukis kesinisan di dalam tatapan Sonia. “Gimana menurutmu? Apa yang kamu pikirkan?”Amelia mengerutkan keningnya. “Saat dia bilang orang yang dia cintai itu aku. Aku hampir saja luluh. Gimanapun, aku benar-benar sangat mencintainya. Tapi, pada akhirnya aku nggak terima ajakan balikannya.”Tetiba Amelia menghela napas. “Aku nggak bisa maafin dia. Meski kami baikan, masalah itu tetap akan mengganjal di hatiku. Aku juga nggak bisa percaya sama dia lagi. Jadi, berhubung kami sudah putus, kami nggak akan balikan lagi.”Sonia menunduk seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Pada saat ini, Amelia bertanya pada Sonia, “Apa kamu merasa yang aku lakukan itu benar? Apa aku perlu beri dia satu kesempatan lagi?”“Semua itu mesti tanya diri kamu sendiri, apa kamu masih ingin beri dia kesempatan lagi,” balas Sonia.Amelia menggeleng. “Aku nggak bisa lupain masalah dia merendahkanku demi menghibur wanita lain. Apalagi ketika mengingat gombalannya terhadap wanita lain, aku pun merasa jijik!”Sonia be
Reza memasak banyak jenis makanan. Jason membuka botol anggur yang dibawanya. Mereka pun makan seperti biasanya. Hanya saja, berhubung ada yang janggal dengan Reza dan Sonia, suasana terasa agak tegang.Bahkan Kelly juga menyadari ada yang aneh. Saat Reza pergi ke balkon untuk menerima panggilan, Kelly bertanya dengan mengerutkan keningnya, “Sonia, ada apa dengan kamu dan Kak Reza? Apa kalian lagi bertengkar?”Sonia menunduk dan tidak menjawab. Dia malah menyesap anggurnya.Jason menuangkan anggur ke gelas Sonia, lalu berkata dengan lembut, “Selama bertahun-tahun ini, aku bisa merasakan betapa cintanya Reza terhadapmu. Kalian berdua telah melewati banyak cobaan. Jangan rusak hubungan kalian hanya demi masalah sepele.”Sonia menggigit bibirnya. “Masalah kami hanya bisa dimengerti orang yang bersangkutan saja.”Kelly bertanya, “Apa yang terjadi?”Pandangan Sonia menjadi datar. “Aku akan ceritakan sama kamu setelah aku menenangkan diriku.”“Sonia, kamu dan Kak Reza yang membuatku percaya
Mereka berdua janjian untuk bertemu di kafe sebelah. Setengah jam kemudian, Sonia melihat Diana yang datang dengan buru-buru.Keduanya basa-basi dalam beberapa saat. Setelah pelayan meletakkan gelas kopi ke atas meja, Diana baru berkata, “Aku tiba-tiba memanggilmu keluar. Aku tidak mengganggu pekerjaanmu, ‘kan?”“Nggak, kok.” Sonia tersenyum tipis. “Memang lagi jam istirahat juga.”Diana menatap Sonia dengan tersenyum. “Sebelumnya berita kamu dan Reza viral di internet. Aku juga sudah telepon untuk menanyakan masalah itu sama dia, dia beri tahu aku bahwa kalian berdua memang lagi jadian. Kamu malah merahasiakannya dari aku!”Sonia merasa agak tidak enak hati. “Sempat ada banyak masalah di dalam hubungan kami. Aku bukan sengaja ingin merahasiakannya dari kamu. Aku harap kamu bisa memakluminya.”“Tentu saja aku akan memaklumimu. Lagi pula, kita akan segera menjadi satu keluarga!” Senyuman di wajah Diana semakin hangat lagi.Sonia kepikiran dengan hubungannya dengan Reza. Hatinya seketika
Diana segera menghilangkan keraguan di hatinya. “Reza meminta kami untuk jangan mengungkit masalah ini di hadapanmu. Setelah kamu kembali, dia juga tidak meletakkan obat itu di rumah, melainkan dia pindahkan ke perusahaan. Mungkin dia takut kamu akan menyadarinya.”Sonia sungguh syok ketika mendengarnya. Pikirannya seketika menjadi hampa, seolah-olah dia dapat merasakan rasa sakit yang dirasakan Reza sebelumnya.Ketika menyadari wajah pucat pasi Sonia, Diana segera berkata, “Sonia, aku beri tahu kamu hari ini bukan karena ingin kamu kasihan sama Reza. Aku hanya ingin kamu tahu betapa cintanya Reza terhadapmu. Demi kamu, dia bahkan rela untuk mempertaruhkan nyawanya! Dia saja bisa berkorban hingga tahap seperti ini. Apa masih ada masalah yang tidak bisa diselesaikan?”Hati Sonia terasa penat dan kepalanya terasa sakit. Beberapa saat kemudian, tetiba dia berkata, “Aku mengerti sekarang. Terima kasih, Bu Diana. Terima kasih sudah beri tahu aku semuanya!”Tatapan Diana kelihatan lembut. “A
“Di mana Kakek?” Raut wajah Sonia tampak pucat.“Kondisi Bapak sekarang masih tergolong stabil. Kamu tidak usah panik.” Indra berusaha untuk menenangkannya, lalu membawa Sonia ke dalam rumah.Setelah masuk ke kamar Jemmy, Sonia berjalan ke depan ranjang. Tampak Jemmy yang sedang berbaring di atas ranjang itu sangat pucat. Sepertinya dia sedang tidak menyadarkan dirinya.“Kakek!” Sonia duduk di samping ranjang. Suaranya spontan gemetar.Dokter keluarga, Herman, menyadari kedatangan Sonia. Dia pun menyapa dengan hormat, “Nona sudah kembali!”Sonia mengangkat kepalanya, lalu menatapnya dengan rasa panik. “Gimana kondisi kakekku? Apa dia perlu dibawa ke rumah sakit?”Herman menjawab, “Penyakit lama Pak Jemmy kambuh lagi. Dia tidak suka ke rumah sakit. Ditambah lagi, kondisinya sekarang ini tidak cocok untuk dipindahkan. Nantinya malah akan semakin memburuk.”“Sebenarnya ada apa dengan Kakek?” Kening Sonia tampak berkerut.“Penyakit jantungnya kambuh lagi. Jadi, suplai darah tidak mencukupi
Reza terbengong di tempat. Dia yang tadinya merasa gugup seketika merasa takut. Darah di dalam tubuhnya seolah-olah berhenti mengalir. Dia tidak bergerak sama sekali.Dalam sesaat, Reza merasa dirinya bagai kembali ke dua tahun silam. Ketika mengetahui kabar kepergian Sonia, Reza pun merasa dirinya terasa kosong dan dibaluti dengan kegelapan. Sejak saat itu, dia bahkan kesakitan ketika bernapas. Apa Sonia pergi lagi? Sonia meninggalkan Reza lagi?Sekujur tubuh Reza terasa dingin. Beberapa saat kemudian, dia baru mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sonia. Sesuai dengan dugaan Reza, ponselnya dalam keadaan tidak aktif.Reza kembali ke ruang tamu, lalu duduk di sofa. Kali ini, Sonia akan pergi berapa tahun lagi? Kenapa? Padahal Reza sudah mengerahkan seluruh tenaganya, kenapa hasilnya malah seperti ini?Rasa sakit di hati seketika menjalar. Dia sungguh tidak bisa menerima hasil akhir ini! Beberapa saat kemudian, Reza kembali mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Robi. “Cari tahu k
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak