Setibanya di Kediaman Keluarga Herdian, Lysa yang mendengar suara sambutan pelayan pun langsung berjalan keluar rumah. “Kenapa baru datang? Aku sudah menunggu dari tadi pagi. Lain kali, kalian sarapan di rumah.”Reza tersenyum datar. “Apa Ibu tidak memperbolehkan kami untuk bangun siang di akhir pekan?”Lysa pun berkata, “Benar juga. Kalau begitu, siang dan malam hari kalian di rumah saja.”Kemudian, Lysa menggandeng tangan Sonia berjalan ke ruang tamu. “Kamu tidak usah ajar Tandy dulu. Ibu sudah masakin sup sarang burung walet buat kamu. Kamu minum dulu.”“Ibu!” Reza langsung menarik tangan Sonia. “Sonia ajar Tandy dulu. Ibu jangan terlalu antusias. Kelak kami akan sering pulang.”Lysa masih menarik tangan Sonia. “Aku sudah menunggu selama beberapa hari. Apa aku tidak boleh bicara sama Sonia?”Diana berjalan menghampiri dengan tersenyum. “Sonia sudah ditakdirkan untuk menjadi bagian Keluarga Herdian. Sejak pertama kali Ibu bertemu dengan Sonia, Ibu pun sangat menyukainya. Kalau wanita
Meskipun mereka bukan teman, setidaknya Tasya adalah karyawan Yandi. Saat Tasya tiba-tiba tidak ingin bekerja lagi, kenapa Yandi tidak membujuknya sama sekali? Bukannya Yandi sangat setia kawan? Kenapa Yandi malah bersikap sadis terhadapnya!Padahal mereka telah kenal lama, apa hubungan mereka tidak tergolong teman? Oh ya! Yandi memang ingin mengusir Tasya, hanya Tasya saja yang bersikeras ingin bekerja di restorannya!Hati Tasya terasa sangat penat. Saking penatnya, dia merasa kesulitan untuk bernapas. Tasya menggenggam erat ponselnya. Dia merasa sangat marah dan juga malu saat ini. Baguslah jika Tasya tidak bekerja lagi! Sebelumnya Tasya mengira Yandi sangatlah baik, ternyata ….Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Tasya mengira Diana yang sedang mengetuk pintu. Dia segera menyeka air matanya, lalu pergi membuka pintu dengan berlagak tidak terjadi apa-apa. Saat pintu dibuka, malah tampak Sonia sedang berdiri di depan sana.Sonia menatap mata Tasya sembari mengangkat
Sonia memasuki kamar Tandy. Dia pun mengakhiri permainannya, lalu melihat jam sekilas. Terdengar nada kesal dari suara Tandy. “Kamu sudah terlambat setengah jam. Kamu lewat berapa rintangan dulu baru bisa ke kamarku?”“Itulah sebabnya aku menyuruhmu jangan mengekspos hubungan kami. Sekarang kamu sudah mengerti penderitaanku, ‘kan?” Sonia menghela napas ringan.“Kamu sudah menjadi kesayangan keluarga kami. Kamu malah menderita?” Tandy mengendus.“Gimana kalau kamu coba dulu?” Sonia mengangkat-angkat alisnya.Tandy terkekeh. “Ayo, mulai kelas!” Saat Tandy membuka buku, tiba-tiba dia bertanya, “Lain kali kalau pihak sekolah suruh aku bawa wali murid, kamu tidak tergolong lagi menyamar jadi bibiku lagi, ‘kan?”Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Dulu juga nggak tergolong lagi menyamar.”Tandy pun tersenyum ketika mendengar jawaban blak-blakan Sonia. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku dari awal? Kamu malah bikin aku gugup saja.”“Aku juga merasa gugup!”“Ngapain kamu merasa gugup?” t
”Kami datang untuk makan steamboat!” balas Sonia dengan tersenyum.“Selamat datang!” Usai berbicara, Bruno baru menyadari keberadaan Tasya. Di hadapan Reza, dia juga tidak berani bersikap terlalu ramah seperti biasanya. Dia hanya berkata dengan tersenyum, “Tadi aku baru tanya kenapa kamu tidak datang hari ini. Ternyata kamu datangnya sama Sonia.”Tasya menggigit bibir bawahnya dengan perlahan. Sebenarnya dia ingin bertanya pada Bruno, jangan-jangan Yandi tidak mengatakan masalah pelunasan gajinya? Namun, dia tidak menanyakannya.Bruno membawa mereka untuk duduk, lalu berkata dengan tersenyum, “Ayo, duduk dulu. Aku ke dapur untuk beri tahu Bos.”Sonia berkata, “Aku ikut.”Karyawan yang lain juga datang untuk menyapa Tasya. Reza tersenyum datar. “Ternyata kamu cukup terkenal di sini!”Tasya merasa agak gugup. “Paman, mereka nggak seperti yang kamu pikirkan. Mereka semua sangat setia kawan. Mereka memang pernah melakukan kesalahan, tapi mereka juga difitnah atau melakukannya dengan terpak
Sonia dapat merasakan makna tersirat dari ucapan Herlie. Namun, Sonia juga tidak berkata lain lagi.Yandi bertanya pada Sonia, “Di mana Tasya?”“Dia di luar.” Sonia tertegun sejenak, lalu berterus terang, “Ada Reza juga di luar. Kami diantar dia!”Yandi melirik Sonia sekilas, lalu berjalan ke halaman belakang. “Ikuti aku.”Sonia mengikuti langkah Yandi.Herlie melihat bayangan punggung kedua orang sembari bertanya pada Leon, “Apa Bos Yandi suka sama Sonia?”Leon pun tertawa terbahak-bahak. “Kami semua juga suka sama Sonia.”Terlukis rasa cemburu di wajah Herlie. Dia mencemberutkan bibirnya. “Tentu saja, siapa suruh dia lebih cantik daripada aku!”Leon segera membalas, “Aku bukan bermaksud seperti itu. Sonia telah banyak membantu kami. Kalau bukan berkat dia, kami juga tidak mungkin bisa bekerja, apalagi menetap di Jembara. Kami menganggap Sonia sebagai teman kami sendiri!”Herlie mendengus ringan. “Jadi, menurutmu, cantikan aku atau Sonia?”Leon terkekeh. “Cantikan kamu. Tentu saja kam
Herlie menatap ke sisi Yandi, lalu berkata dengan penuh perhatian, “Hari ini cuaca agak panas. Kalian ngobrol di dalam saja.”“Tidak apa-apa. Di dalam agak pengap!” Yandi tersenyum tipis.Herlie kembali tersenyum lembut. “Kalau begitu, kalian ngobrol dulu. Pakaian sudah kering. Aku pergi angkat jemuran dulu!”Kemudian, Herlie berjalan ke sisi jemuran untuk menyimpan pakaian Leon. Tiba-tiba dia memalingkan kepalanya berkata dengan tersenyum, “Bos Yandi, aku sekalian simpan pakaian kamu dan Kak Bruno, ya.”“Tidak usah. Biarkan saja!” balas Yandi.“Kenapa kamu selalu bersikap sungkan sama aku?” Herlie tersenyum hingga kedua matanya terlihat sipit. Senyumannya kelihatan sangat genit.Herlie pun pergi dengan memeluk setumpukan pakaian.Sonia menatap bayangan punggung wanita genit itu, lalu bertanya pada Yandi, “Apa Herlie benar-benar lagi pacaran sama Leon?”Yandi mengangguk. “Iya, mereka sudah jadian sekitar dua bulan.”Sonia menggigit bibir bawahnya. “Apa kamu nggak merasa Herlie terlalu
”Oke, kamu boleh bekerja sampai kapan saja. Aku tidak akan melarangmu!” Yandi menghela napas.“Kamu jangan selalu menghela napas, seperti orang tua saja!” Tasya meliriknya sekilas. Raut wajahnya tidak semurung tadi lagi.Saat ini, Reza sudah kembali. Ketika melihat Yandi, dia pun menyapa, “Lama tidak bertemu!”“Pak Reza, silakan duduk!” Yandi tersenyum. “Aku kira kita tidak akan bertemu lagi.”Tasya menarik ujung pakaian Yandi, mengisyaratkannya untuk jangan menentang pamannya.Reza masih saja bersikap tenang. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. “Saat aku dan Sonia menikah nanti, aku pasti akan mengundang Bos Yandi untuk menghadiri resepsi pernikahan kami. Mana mungkin kita tidak akan bertemu lagi?”Yandi tersenyum, lalu menuangkan dua gelas alkohol. Dia menyerahkan satu gelas kepada Reza, lalu berkata, “Setelah minum satu gelas alkohol ini, kita tidak usah mengungkit masa lalu lagi. Aku harap Pak Reza bisa menghargai Sonia.”“Tentu saja!” Reza mengangkat gelas, lalu bersulang
Sonia mencium pakaian Yandi. Aromanya sangatlah kuat, tidak mungkin ternodai dari tubuh Herlie. Seharusnya Herlie sengaja menyemprotkan parfumnya ke pakaian Yandi.Ternyata firasat Tasya tidak salah. Herlie memang ingin menggoda Yandi. Dia menggunakan alasan membantu Leon untuk mendekati Yandi. Namun, dia sangat berhati-hati dalam setiap gerak-geriknya. Itulah sebabnya tidak ada yang bisa menemukan kesalahannya.Misalnya, aroma parfum di pakaian ini. Seandainya Sonia menyalahkannya, dia pasti akan mengatakan pakaian Yandi tak sengaja terkena parfum di tubuhnya. Bisa jadi, dia akan mengeluarkan pakaian Leon atau Bruno untuk diciumnya. Semuanya pasti ada aroma parfum Herlie juga. Herlie memang murahan!Sonia menjemur pakaian-pakaian itu di depan balkon. Setelah menuruni tangga, Sonia melirik ke sisi dapur sekilas, tampak Herlie sedang menempel di sisi Leon sembari bersenda gurau. Mereka berdua kelihatan sangat mesra, tidak ada bedanya dengan pasangan pada umumnya.Sona juga tidak mengata
Reza melihat kondisi mobil di depan sana, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Kamu merasa dia terlalu buru-buru, kamu pun merasa tidak nyaman?”Sonia menggeleng. “Kalau jadi orang lain, mereka juga ingin tahu identitas dirinya sendiri, nggak sabar untuk bisa bertemu dengan anggota keluarganya sendiri. Masalah ini adalah masalah yang wajar. Kita nggak boleh menyalahkannya. Aku hanya lihat Pak Guru dan Hallie begitu gembira, aku jadi merasa sangat khawatir kalau Hallie bukan anak dari Bibi Julia.”“Kalau begitu, segera lakukan tes DNA, tidak usah menunggu sampai putri Tuan Aska pulang,” ucap Reza, “Kalau ditunda semakin lama, semuanya akan semakin merepotkan.”Aska sudah menganggap Hallie sebagai cucu luarnya. Dia telah memberikan banyak perasaan kepada Hallie. Semakin lama, perasaan akan semakin mendalam, rasa kecewa juga akan semakin bertambah besar.Sonia memberi tahu maksud Jemmy kepada Reza. “Kakek sudah mengatakannya dengan sangat jelas. Pak Guru ingin menggunakan Hallie untuk me
Selesai makan, pelayan membereskan kamar tamu untuk Hallie.Rose mengambil pakaian tidur dari kamarnya untuk diberikan kepada Hallie. “Pakaian tidur ini baru kubeli. Aku masih nggak pernah mengenakannya. Kamu coba dulu, cocok nggak? Tinggi badan kita hampir imbang, seharusnya nggak masalah.”“Nggak usah. Aku lihat ada jubah tidur di dalam lemari!” balas Hallie dengan tersenyum.“Nggak nyaman kalau tidur pakai jubah tidur. Kamu pakai ini saja. Nggak usah sungkan sama aku!” ucap Rose.“Bukan sungkan! Kelak ini adalah rumahku. Mana mungkin aku akan bersikap sungkan?” Hallie tersenyum. “Aku cuma nggak suka pakai pakaian orang lain.”Senyuman di wajah Rose langsung terkaku. “Oh, begitu, ya. Baiklah, kamu pakai jubah tidur dulu. Besok aku bawa kamu jalan-jalan untuk beli yang baru.”“Oke, maaf sudah merepotkanmu!” Kedua mata Hallie berkilauan. Dia bertanya dengan tersenyum, “Rose, apa kamu tinggal di sini?”Rose membalas, “Bukan, terkadang aku akan tinggal beberapa hari di sini untuk menemani
Morgan menyipitkan matanya, lalu memutar bola matanya untuk melihat Sonia. Keningnya kelihatan sedikit berkerut.Sonia segera berkata dengan tersenyum, “Oke, oke, aku nggak tanya lagi. Aku nggak tanya lagi, deh!”Usai berbicara, Sonia bergumam sendiri, “Bisa jadi Theresia juga nggak suka sama kamu. Dia itu berkompeten dan juga cantik, entah ada berapa cowok yang lagi mengejarnya!”Raut wajah Morgan langsung berubah muram. “Apa hubungannya dia dikejar berapa banyak cowok sama aku?”Sonia berkata, “Nggak ada hubungannya. Kalian memang sudah nggak ada hubungan lagi!”Morgan terdiam membisu.Mereka berdua mengobrol beberapa saat mengenai masalah Hallie. Ada sebuah mobil masuk ke dalam gerbang. Ujung bibir Sonia spontan melengkung ke atas. “Reza sudah datang. Aku ke sana sebentar.”Morgan berkata, “Aku akui pilihanmu waktu itu memang benar. Kamu pacaran dengan baik. Jangan kecewain dia!”Sonia tersenyum, lalu mengangguk dengan serius. “Pasti!”“Pergi sana!”“Emm.”Sonia berjalan ke sisi mobi
Kedua mata Sonia berkilauan. Mengenai alasannya, sepertinya dia bisa menebaknya.Jemmy melanjutkan, “Aska merindukan Julia. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memanggil Julia pulang. Kalau dia melakukan tes DNA sekarang, kemudian ternyata Hallie bukan Jeje, apa dia masih punya alasan untuk memanggil Julia pulang?”Kening Sonia berkerut. “Bagaimana kalau bukan? Apa Bibi Julia akan merasa ditipu oleh Pak Guru? Dia akan semakin membenci Pak Guru saja?”Jemmy menghela napas. “Selama beberapa tahun ini, mereka juga bukannya tidak pernah salah. Aska tidak bisa berpikir panjang lagi. Dia hanya ingin bertemu dengan Julia.”Ponsel Sonia berdering. Dia melihat Sonia sekilas, lalu pergi ke samping untuk mengangkat telepon. “Paman Reza!”Reza bertanya, “Kamu lagi di mana?”“Aku lagi di rumah Pak Guru!”“Aku ke sana sekarang!” Reza sedang mengendarai mobil. “Oh, ya, tadi Ibu telepon aku. Katanya tadi sore Hallie keluar, katanya mau jalan-jalan di sekitar. Hanya saja, dia masih belum pulang.
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi