Kelly menggeleng. “Lupakanlah. Kelihatannya agak tinggi.”“Bukannya ada aku, apa yang kamu takutkan!” Jason menyuruh Yana untuk bermain sendiri. Dia menarik tangan Kelly, lalu membawanya naik ke atas tangga.Setelah naik ke atas, masih ada sebuah anak tangga lagi, yang mana masih berjarak 7-8 meter tinggi. Ketika melihat dari atas, kebetulan dia melihat Yana sedang menengadah kepalanya melihatnya dengan penasaran.Kelly melambaikan tangannya ke sisi Yana.“Ibu, hati-hati!” Kedua tangan Yana diletakkan di atas mulut. Dia menjerit dengan suara imutnya.Kelly melihat ke sisi kiri. Kebetulan dia melihat Frida yang berada di vila sebelah. Frida kelihatan agak kaget.Kelly pun merasa agak canggung. Dia membalikkan tubuhnya berjalan ke dalam seluncuran. Jason duduk di belakang Kelly, lalu merangkul pinggangnya. “Apa kamu sudah siap sedia?”“Apa kamu nggak bisa main sendiri? Kenapa jadiin aku sebagai alasan?” tanya Kelly tiba-tiba saat menoleh.Jason menepuk kepalanya. “Kalau bukan demi menema
Tiffany berkata, “Lebih baik kita lebih tahu batasan.”Bondan berkata dengan nada bercanda, “Kita saja sudah tinggal bersama. Kamu kira orang lain akan percaya tidak ada apa-apa di antara kita?”“Aku nggak peduli dengan pemikiran orang lain. Yang penting aku nggak melakukannya!” Tiffany tersenyum tipis. “Aku harap Tuan Bondan bisa keluar sebentar. Aku mau ganti pakaian.”Bondan berdiri tegak, lalu melihat jam. “Setelah ganti pakaian, kamu bisa istirahat setengah jam lagi. Kata Kak Reza nanti malam ada makan bersama. Aku tunggu kamu di bawah!”“Terima kasih!” Tiffany mengangkat alisnya. “Aku akan turun tepat waktu.”Bondan sedikit mengangguk, lalu memutar tubuhnya untuk berjalan pergi.…Di seberang taman kecil dari vila tempat tinggal adalah tempat tinggal Jason dan Kelly.Yana merasa sangat antusias berada di tempat baru. Dia terus berlarian naik turun tangga.Berhubung tahu ada anak kecil, pengurus rumah meminta pihak dapur menyiapkan beberapa makanan khusus untuk si kecil. Jason men
Jason, Bondan, dan yang lain tiba di Kediaman Keluarga Bina pada sore hari.Jemmy tahu masalah kedatangan Kelly dan Yana. Dia pun mempersiapkan hadiah Hari Raya khusus untuk Yana.Mengenai Ranty, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Kediaman Keluarga Bina tidak ada bedanya dengan rumahnya sendiri.Mengenai yang lain, semuanya juga baru pertama kali berkunjung ke rumah. Sebelumnya mereka memang sudah pernah mendengar betapa hebatnya Kediaman Keluarga Bina, tetapi setelah melihat langsung, mereka semua pun merasa sangat takjub.Mereka semua duduk di ruang tamu sembari mengobrol bersama Jemmy. Mereka semua merasa semua yang dikabarkan itu tidaklah benar. Pria tua di hadapannya ini benar-benar sangat ramah dan bersahabat, tidak seperti yang dikatakan orang-orang bahwa dia itu aneh dan sulit diajak berinteraksi.Jemmy membawa Yana untuk pergi memancing ikan. Yana mengobrol dengannya, lalu berkata dengan suara gemasnya mengenai binatang apa yang ada di dalam kebun binatangnya. Dia bahkan m
Aska segera mengangkat panggilan. “Julia, kapan kamu pulangnya?”Julia membalas, “Dua hari kemudian.”“Oke, kita tunggu kamu di rumah!”“Emm, kalau begitu, aku akhiri dulu panggilannya!”Setelah Julia mengakhiri panggilan, keningnya spontan berkerut ketika kepikiran dengan suara gadis itu tadi. Sebelumnya, dia juga sudah berbicara dengan ayahnya melalui telepon, ingin gadis itu menjalani tes DNA terlebih dahulu. Namun kali ini, ayahnya bersikeras memintanya pulang dan melakukan tes itu sendiri.Julia mengerti maksud ayahnya. Mengingat dirinya sudah bertahun-tahun tidak pulang, hatinya pun sedikit tersentuh. Oleh sebab itu, dia menerima undangan menjadi tamu di acara festival budaya ini, dengan niat untuk pulang ke rumah.Tiba-tiba ponsel Julia berdering dan memutuskan pemikiran Julia. Dia mengambil ponsel itu, ternyata ada panggilan dari asistennya.Asisten merasa sangat panik. “Kak Julia, ada urusan mendadak di pameran lukisan. Apa kamu bisa kembali?”Kening Julia kelihatan berkerut k
“Emm, kita datang juga demi bertemu dengan Morgan. Sekarang kita juga sudah ketemu, semua yang perlu dikatakan juga sudah dikatakan. Apalagi kamu sudah mengatakan ucapan seperti itu tadi. Sepertinya tidak ada artinya untuk terus tinggal di sini,” ucap Edgo, “Aku pamitan dulu sama Morgan. Kamu siap-siap dulu. Kita akan pulangi sekarang.”Tadi Echa baru saja ditolak. Dia juga malu untuk bertemu dengan Morgan lagi. Jadi, dia pun tidak mengatakan apa-apa lagi, melainkan pergi membereskan kopernya untuk pulang.…Saat langit mulai gelap, Theresia meninggalkan toko buku. Dia pun membeli dua buku baru. Baru saja keluar pintu, dia menerima panggilan dari Morgan.“Kamu tidak lagi di vila? Apa kamu keluar dengan bawa mobil?”Theresia berjalan sembari tersenyum. “Iya, aku lagi jalan-jalan di kota kecil?”“Ke kota kecil?” tanya Morgan.“Aku akan segera kembali.”Nada bicara Morgan terdengar lembut. “Apa seru di sana?”Theresia membalas dengan tersenyum, “Lumayan, ramai juga!”“Kalau begitu, kamu c
Julia berkata, “Ada festival budaya saat Hari Raya di kota kuno. Aku diundang ke acara itu. Jadi, aku akan tinggal beberapa hari di sini.”“Festival budaya? Ada kegiatan seperti itu? Nanti aku juga mau ke sana,” ucap Theresia yang merasa tertarik.“Boleh, kegiatannya cukup seru juga,” ucap Julia dengan tersenyum, “Setelah menghadiri festival budaya, aku mau pergi ke Kota Jembara. Kalau waktunya cocok, kita bisa pergi bersama.”“Bagus sekali!”Mereka berdua mengobrol beberapa saat. Julia mengangkat panggilan, lalu kembali untuk berkata pada Theresia, “Festival budaya baru akan dimulai besok. Sekarang aku mau ke sana untuk membahas soal jadwal kegiatan. Kalau kamu datang besok, kamu bisa hubungi aku.”“Oke, kamu pergi sibuk sana.” Theresia mengangguk. “Sampai jumpa esok hari.”“Sampai jumpa!”Setelah Julia pergi, Theresia lanjut membaca bukunya. Mungkin karena bertemu dengan teman yang sudah lama tidak dijumpainya, suasana hatinya pun terasa sangat bagus.…Di Vila Mortara.Morgan dan Ed