Share

Bab 17

Penulis: Musim Gugur
Keesokan harinya, Melvin sudah menebak waktu Sonia keluar dari toko mie. Dia memberikan kode pada beberapa orang anak buah yang ada di belakangnya dan memberikan perintah, “Lakukan dengan maksimal dan terlihat asli.”

Beberapa anak buahnya yang sedang menyamar menjadi preman biasa tampak mengangguk mengerti dan berjalan menuju toko mie. Melvin bersandar pada tiang beton sambil merokok. Sekitar sepuluh menit kemudian, dia mematikan puntung rokoknya dan berjalan masuk dengan gerakan santai.

Sekarang merupakan jam makan para mahasiswi kampus, oleh karena itu anak buahnya membawa Sonia ke tempat yang lebih terpencil. Setelah melewati beberapa tembok tinggi, suara ribut mereka nantinya akan tersamarkan.

Melvin bisa membayangkan keadaan Sonia dengan baju yang berantakan dan tengah tergeletak tidak berdaya di tanah. Di saat perempuan itu tengah merasa putus asa, dia akan muncul bagaikan seorang pahlawan. Sonia akan memandangnya dengan mata berbinar dan penuh harus serta rasa terima kasih.

Untuk membalas budi, Sonia akan membayarnya dengan menggunakan dirinya sendiri dan akan setia padanya selamanya. Bayangan akan pemandangan tersebut membuat sudut bibirnya terangkat ke atas.

Ketika jaraknya sudah dekat, Melvin dapat mendengar suara orang tengah berantam dan rintihan seorang lelaki. Baru saja dia merasa penasaran, tetapi sedetik kemudian pemandangan di depannya mampu membuat dia tercengang.

Yang tersungkur di tanah bukan Sonia melainkan beberapa anak buah utusannya. Wajah satu per satu para lelaki itu tampak babak belur dan tersungkur di tanah sambil memeluk bagian perutnya menahan sakit.

Sonia menguncir rambutnya dan mengenakan sweater berwarna krem. Kaki kanannya tengah menginjak dada seseorang dengan ekspresi tenang dan juga dingin. Suasana di sekeliling perempuan itu terasa begitu dingin dan menggigil.

Di lantai terlihat para anak buah Melvin yang sudah terluka dan memar akibat pukulan Sonia yang luar biasa kuat. Melihat kedatangan Melvin di sana membuat mereka semua mulai meminta ampun dan pertolongan.

“Pak Melvin, tolong saya!”

Raut wajah Melvin berubah seketika. Pandangannya bertemu dengan tatapan Sonia yang begitu tajam dan juga dingin. Sorot mata perempuan itu terasa begitu menakutkan dan membunuh.

Jantung lelaki itu berdegup dan dia membalikkan tubuhnya untuk bergegas kabur. Mendadak sebuah angin melintas di sisi tubuhnya. Bahu lelaki itu dicengkeram oleh seseorang, diikuti dengan gerakan salto 360 derajat dan berakhir tubuhnya terbanting di tanah.

“Aduh!”

Pandangan Melvin dipenuhi dengan berbagai bintang kecil yang berkeliling di atas kepalanya.

***

Hana menghubunginya ketika Melvin tengah mengobati lukanya oleh dokter pribadi keluarga Santoso. Wajah lelaki itu tampak menggelap ketika melihat nama Hana di layar ponselnya. Dengan gerakan cepat dia menerima panggilan tersebut sambil mengusap noda darah di sudut bibirnya.

“Pergi! Jangan pernah sebut nama Sonia di depanku lagi! Siapapun yang melanggarnya, jangan harap bisa menetap di Jembara!”

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Melvin langsung membanting ponselnya dengan kuat ke lantai. Dokter pribadi keluarganya tampak gemetar. Tangan yang memegang kapas itu tampak tidak bisa diam karena ikut bergetar.

Dada Melvin seperti akan meledak detik itu juga. Napas lelaki itu naik turun bagai banteng yang tengah marah. Dia berjanji akan membalaskan dendam ini pada perempuan itu!

Sabtu siang Sonia berangkat menuju ke kediaman keluarga Herdian. Kemarin malam Reza tidak pulang, sehingga Tandy bisa bermain hingga melupakan waktu. Bocah lelaki itu masih belum bangun ketika Sonia tiba di sana.

Tasya juga bangun telat dan dengan tergesa-gesa dia berjalan keluar sambil menyapa Sonia terlebih dahulu. Setelah menunggu sekitar satu jam lamanya, Tandy baru bangun dan membersihkan diri serta sarapan dan mengganti pakaiannya.

Lelaki itu muncul di hadapannya untuk menepati janji mereka berdua untuk tidak malas dan patuh mendengarkan dirinya menyampaikan pelajaran. Karena sudah telat selama satu jam, sehingga mereka selesai ketika hari sudah menjelang siang. Para pelayan menyampaikan pesan Tasya yang meminta perempuan itu untuk makan siang di sana.

Reza sedang tidak berada di rumah dan hanya ada Tandy sendiri saja. Sonia menyetujuinya untuk menemani Tandy di rumah.  Namun siapa sangka di saat dia duduk di meja makan, Reza baru saja pulang ke rumah.

Pelayan datang menghampiri lelaki itu karena tahu bahwa Reza sudah pasti belum makan siang. Dengan gesit mereka menyiapkan peralatan makan milik lelaki itu juga di atas meja.

Sonia tidak menyangka Reza akan pulang, dia bangkit dan berkata, “Karena Pak Reza sudah pulang, maka biar Bapak saja yang menemani Tandy makan. Saya pamit pulang dulu.”

Tandy menautkan alisnya dan berkata, “Om Reza pulang, kamu langsung mau balik. Kamu takut sama Om atau benci sama Om Reza?”

Sonia mengembuskan napas dalam-dalam. Apakah bocah itu harus balas dendam pada dirinya karena telah memberikan beberapa soal yang sulit sewaktu les tadi?

Perempuan itu mendelik pada Tandy dan menoleh ke arah Reza. Lelaki itu tampak sedang menunggu Sonia menjawab pertanyaan keponakan lelakinya tadi. Reza melepaskan jas nya dan menyampirkannya di lengan lelaki itu.

Hanya tersisa sebuah kemeja berwarna biru muda dengan dua kancing teratas yang terbuka. Tulang di bagian leher lelaki itu terpampang jelas dan terasa begitu kokoh.

Sonia membuang pandangannya dan tersenyum lebar sambil menjawab, “Mana mungkin. Aku itu menghormat Pak Reza.”

Reza juga tidak berencana memperpanjang keributan dan berkata dengan datar, “Kalian makan dulu, Om mau naik buat tukar baju.”

Setelah mengatakan kalimat tersebut, dia berbalik menaiki tangga. Akan tetapi, Sonia yang merasa dirinya adalah tamu di tempat ini, maka dia harus menunggu sang tuan rumah datang dulu baru boleh makan bersama.

Saat Reza menghilang di ujung tangga, Sonia menghela napas lega dan bergumam, “Kalau nggak mau aku yang jadi guru les ngomong saja, jangan menjebakku seperti ini!”

Tandy mendengus sinis dan berkata, “Anak-anak kan semuanya memiliki sifat yang polos.”

“Bukannya kamu yang minta aku jangan anggap kamu anak kecil?” balas Sonia.

Alis Tandy terangkat dan berkata, “Memangnya kalau kamu nggak menganggapku anak kecil, artinya aku bukan seorang anak kecil?” Sonia tidak mau ribut dengan anak kecil ini lagi.

“Palingan aku nggak memarahimu lagi waktu kita main bersama,” sahut Tandy lagi mencoba berdamai.

Sonia tampak puas dan bangga sambil berkata, “Aku sudah hebat sekali main permainan itu!”

“Apakah kamu salah menafsirkan arti kata ‘Hebat’?” tanya Tandy dengan raut serius. Perempuan itu hanya diam saja dan tidak membalas.

Ketika kedua orang itu tengah adu mulut, Reza sudah melangkah turun dari lantai atas. Dia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai kemeja berwarna putih dengan celana panjang berwarna krem. Penampilannya semakin membuat lelaki itu terlihat jenjang dan tampan.

Sonia dan Tandy menghentikan ucapan mereka secara kompak. Reza duduk di kursi utama meja makan dan mengambil sendoknya sambil berkata, “Pertama kalinya Bu Sonia makan di rumah kita. Silakan makan saja dan nggak perlu sungkan.”

“Terima kasih,” respons Sonia.

Koki rumahnya memasak sup seafood dan juga sup bebek, masakan tersebut dibawa ke meja makan oleh pelayan. Tidak lupa juga mereka menanyakan apa yang diinginkan oleh Sonia. Perempuan itu memilih sup bebek dan langsung dibalas dengan anggukan santun oleh sang pelayan.

Ketiganya makan dengan tenang tanpa ada yang berbicara. Tandy menyesap sup nya kemudian bertanya pada Reza, “Om, kakak lagi pacaran ya?”

“Eh?” Reza terlihat sedikit terkejut karena Tandy mengetahuinya.

Anak lelaki itu mengangkat alisnya dan berkata, “Dia selalu menghilang setiap akhir pekan, kemarin malam aku lihat dia telponan di balkon. Senyumnya lebar sekali sampai mau ke sobek!”

Sonia hanya menunduk dan makan tanpa bersuara. Tasya sepertinya memang sedang berpacaran dengan seseorang. Dua hari yang lalu dia melihat perempuan itu sedang bersama dengan seorang lelaki yang terlihat putih di perpustakaan kampus. Keduanya sedang bercanda dan tampak sangat mesra.

Yeni dan dia bergosip sesaat dan diketahui ternyata lelaki itu merupakan mahasiswa sastra dan bernama Yoko.

Raut wajah Reza terlihat biasa saja dan dengan santai berkata, “Kakakmu sudah dewasa dan nggak heran kalau dia berpacaran. Kamu nggak perlu khawatir, urus saja dirimu sendiri.”

“Aku juga nggak perlu dikhawatirkan oleh orang lain,” balas Tandy. Dia mendongak dan menatap Sonia sambil berkata, “Kamu juga sudah dewasa, kamu sudah pacaran?”

“Uhuk!”

Sonia tersedak dan terbatuk ketika mendengar pertanyaan Tandy. Dia bergegas mengambil tisu dan menutup mulutnya sambil menatap Tandy dan menjawab, “Nggak ada!”

“Kalau gitu kamu harus buruan! Sudah kuliah tapi masih nggak pacaran. Orang-orang bakalan bilang kamu nggak menarik!” ujar Tandy dengan wajah serius.

Sonia hanya tersenyum dan berkata, “Mungkin yang kamu pikirkan adalah aku nggak ada waktu untuk mengajar lagi kalau sudah pacaran, benar?”

Tandy mengangkat bahunya dan berkata, “Bukan aku yang bilang. Aku ini hanya perhatian denganmu.”

“Kalau gitu terima kasih atas perhatiannya! Kakekku saja nggak sepanik kamu.”

Reza mendengar adu mulut kedua orang di depannya. Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu dan menatap Sonia penuh arti.

 
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Misra Wati
seru lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2455

    “Ada apa?” tanya Juno dengan mengerutkan keningnya.“Bukan!” Rose merasa dirinya sudah berpikir kebanyakan. Dia pun segera melarikan diri. Setelah kembali ke kamar utama dan menutup pintu, Rose mengambil piama dan pergi ke kamar mandi. Dia juga menutup pintu kamar mandi dengan rapat.Meskipun demikian, saat Rose melepaskan pakaiannya dan berdiri di bawah shower, sesekali dia kepikiran ada Juno di luar sana dan wajahnya spontan merona. Hatinya samar-samar memiliki harapan dan perasaan panik. Perasaan ini benar-benar terasa asing. Saking asingnya, dia pun tidak tahu harus berbuat apa.Rose mengenakan baju dan celana panjang, lalu memeriksa tubuhnya dari atas hingga bawah, baru berjalan keluar kamar mandi.Juno baru saja selesai memasak mie. Saat mencium aroma itu, Rose yang tidak lapar juga akan merasa lapar. Dia berkata dengan terkejut, “Wangi sekali!”“Sebentar!”Juno sedang mencuci tangan. Dia mengambil handuk bersih. Sepasang tangannya diletakkan di atas kepala Rose, lalu mulai mengg

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2454

    Rose merasa kaget. Dia pun segera merespons. Wajahnya merona dalam seketika. “Bisa nggak kamu lebih serius?”Juno membalas, “Sudah bertahun-tahun aku serius sama kamu, tapi kamu juga tidak suka sama aku!”Rose segera berkata, “Kata siapa aku nggak suka sama kamu?”Jantung Juno berdetak kencang, tetapi dia berkata dengan tersenyum, “Rasa suka terhadap seorang ayah?”Rose langsung tertawa. Dia bersandar di atas dada Juno sembari tersenyum hingga pundaknya gemetar.Beberapa saat kemudian, Rose bertanya, “Apa kamu sudah makan?”Juno bertanya kembali, “Gimana sama kamu?”Rose menggeleng. “Belum.”Suasana hati Rose sedang tidak bagus. Selain makan beberapa suap kue tar, dia pun tidak makan yang lain, hanya minum alkohol saja.“Aku juga nggak!” balas Juno. Dia mengangkat tangannya untuk melihat jam sekilas. “Kamu ingin makan apa, biar kita pergi makan dulu, baru bahas masalah serius.”Rose bertanya dengan kaget, “Masalah serius apa?”“Masalah kamu mengajakku ke rumahmu tadi,” balas si pria de

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2453

    Jalan sependek ini malah hampir memakan waktu setengah jam. Setelah kembali ke apartemen, waktu pun telah larut malam.Rose mengenakan sweater berwarna krim dengan tas diselempang di bagian pundaknya. Sepasang tangannya dimasukkan ke dalam saku pakaian. Dia menunduk sedikit kepalanya berjalan ke dalam rumah dengan perlahan.Angin berembus hingga mengacaukan rambut pendeknya. Dia menatap bayangan di lantai, lalu mengangkat tangannya untuk menyelipkan rambutnya di belakang telinga.Seolah-olah menyadari sesuatu, Rose mengangkat kepalanya, lalu melihat ke bagian depan kanan. Dia spontan tertegun lantaran merasa syok.Di bawah lampu jalan sana terdapat sebuah mobil Cullinan berwarna hitam. Si pria berdiri bersandar di sisi mobil. Dia kelihatan mengenakan sweater berwarna gelap dengan satu tangan diselipkan ke dalam saku. Kacamata bingkai emasnya memancarkan kilauan emas. Tatapannya terus tertuju pada diri Rose. Sepertinya sejak Rose berjalan kemari, tatapannya sudah terus tertuju padanya.

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2452

    Mereka mulai berpacaran di Negara Madani. Kemudian, setelah kembali ke dalam negeri, hubungan Rose dengan Juno memang tergolong akrab, tapi tidak tergolong mesra. Hanya saja, saat Devin memergoki mereka keluar dari kamar mandi, Rose diam-diam memutuskan untuk menjaga jarak dengan Juno. Namun, semua itu tidak bisa mengubah apa pun.“Maaf, aku bukan tidak percaya sama kamu. Mungkin kamu itu orang bersangkutan, jadi kamu tidak bisa melihat dengan jelas,” ucap Devin, “Aku berani menjamin Juno sudah menyukaimu sejak lama!”Ujung mata Rose sedikit bergetar. Mungkin karena merasa bersalah. Dia pun tidak berbicara.“Apa ucapanku benar?” Devin menatap mata Rose. “Sebelum putus, kalian selalu bersikap terang-terangan, tapi bagaimana dengan sekarang? Apa kamu sudah menyukainya?”Rose menggigit bibir bawahnya dengan pelan, tetapi tatapannya malah sangat tegas. “Aku suka dia atau nggak juga nggak ada hubungannya dengan kita. Devin, kamu jangan membalikkan keadaan. Meskipun seumur hidupku aku nggak

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2451

    Kekasih Mandy tahu Rose adalah presdir di studio. Dia pun mengambil segelas alkohol, lalu pergi mendekati Rose. Rose tidak suka dengan si pria yang bermulut manis itu. Dia pun mencari alasan untuk meninggalkan ruangan VIP.Rose pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya. Setelah itu, dia memesan segelas alkohol, lalu duduk di depan pagar sembari melihat orang-orang yang sedang menari bawah sana.Suara terdengar sangat bising. Rose tidak mendengar ada orang yang sedang memanggilnya. Saat orang itu berjalan ke belakangnya, orang itu pun bertanya, “Rose, ya?”Kali ini, Rose baru menoleh untuk melihat ke arah datangnya suara. Dia tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru kepikiran dengan siapa wanita di hadapannya.Wanita itu adalah asisten kedua Devin yang bernama Anna. Dulu, Rose sering pergi mencari Devin, jadi mereka pernah bertemu beberapa kali dan tergolong saling kenal juga.“Ternyata benar kamu orangnya!” Anna berjalan kemari dengan tersenyum. “Sudah lama nggak bertemu. Belak

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2450

    Rose sangat terkejut dengan kepergian Juno yang begitu mendadak. Apa Juno telah kembali ke Kota Kibau? Sebenarnya Juno ada urusan mendadak atau sengaja ingin menghindarinya?Lantaran ada masalah hati, sarapan pagi ini terasa hambar bagi Rose. Dia juga tidak bisa merasakan apa isi dari roti panggang itu.Selesai makan, Rose kembali ke lantai atas. Tadinya dia hendak mengambil pakaian untuk pergi bekerja. Namun, dia malah memutar arah untuk pergi ke kamar Juno.Pintu kamar didorong. Rose berjalan ke dalam. Meja baca dan ranjang di dalam kamar kelihatan sangat bersih dan rapi. Dalam sekilas mata, dapat terlihat semangkuk sup buah loquat dan pir di atas meja. Juno tidak meminumnya sama sekali. Sup itu pun sudah dingin.Perasaan Rose saat ini juga sama seperti sup loquat itu, yang mana terasa dingin dalam seketika. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan keluar.…Dua hari kemudian, Rose tidak bertemu dengan Juno dan juga tidak memiliki kabar apa pun tentangn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status