Pengawal membagi tugas. Dua orang pengawal mengawal Cella untuk turun ke lantai bawah, sedangkan keempat pengawal lainnya menjaga di depan pintu atap. Mereka menatap Sonia dari kejauhan lantaran takut Sonia akan melukai Erwin.Sonia dan Erwin juga sudah mengobrol selama hampir setengah jam.Ketika pengawal melihat Sonia berjalan ke sisi helikopter yang berhenti di samping, mereka segera berlari untuk berjaga di belakang Erwin.Tiba-tiba, Sonia membalikkan tubuh untuk melihat kemari, lalu berkata pada Erwin, “Beri tahu putrimu untuk jangan membuat masalah. Kalau dia berani melukai Ranty, aku pasti akan habisi dia! Kamu bisa mengungkit masalah Pemimpin di hadapanku. Aku yakin kamu pasti sudah menyelidiki latar belakangku. Jadi, jangan curiga dengan kata-kataku!”Erwin berkata dengan serius, “Tenang saja, aku akan menjaganya!”“Bagus kalau begitu!” Usai berbicara, Sonia langsung memasuki helikopter.Sekelompok pengawal menengadah kepala menatap helikopter yang mulai terbang. Suara baling-
Sore harinya, Reza ke lokasi syuting untuk mengunjungi Sonia.Kali ini, Reza tidak menunggu di mobil, melainkan langsung ke lokasi syuting. Dari kejauhan, dapat terlihat seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan berjalan mendekat. Terlihat juga kilauan di dalam tatapannya.Setelah Reza mendekat, Amelia berkata dengan gugup, “Kamu … kamu cari Sonia, ya?”Reza mengangguk. “Teleponnya tidak bisa terhubung. Apa dia lagi di lokasi syuting?”Amelia segera mengangguk. “Ada. Sonia baru saja kembali ke lokasi syuting. Aku antar kamu ke sana.”“Apa dia di halaman depan? Biar aku ke sana sendiri!” Suara Reza terdengar lembut. Dia mengangkat kakinya, lalu pergi mencarinya.Tempat Sonia bekerja berada di sebuah halaman kecil yang disiapkan di samping vila yang disewa oleh kru produksi. Proses syuting sudah memasuki tahap akhir, sehingga halaman itu penuh dengan barang-barang dan terlihat cukup berantakan.Reza mencari cukup lama, hingga akhirnya menemukan Sonia yang sedang tidur di bawah seb
Reza berkata dengan datar, “Jangan cerewet lagi. Aku bahkan malas bertemu denganmu!”Jason mengangkat-angkat pundaknya, lalu menunjukkan ekspresi tidak takut dengan ancaman Reza. “Kamu dan Sonia duduk dulu. Masih ada dua jenis sayuran lagi. Kami akan segera selesai!”Reza tersenyum, kemudian melepaskan jasnya dan duduk di samping. Dia menatap Sonia dan Yana yang sedang makan kue.Ketika melihat ada selai yang menempel di sudut bibir Sonia, Reza mengambil tisu, lalu membungkukkan tubuhnya untuk mengelap bibir Sonia.Yana juga melihatnya. Dia ikut mengambil tisu untuk mengelap mulut Sonia. Tidak lupa Yana bergumam, “Padahal sudah gede!”“Hah?” Sonia terbengong sejenak. Kali ini, dia baru menyadari ternyata Yana mengatakan padahal dirinya sudah dewasa, dia masih saja berlepotan ketika makan. Alhasil, Sonia pun tertawa.“Kamu juga! Apa perlu aku foto untuk perlihatkan kepadamu?” ucap Sonia.Yana mendengus. “Aku masih anak-anak!”Sonia membalas, “Aku hanya lebih besar 260 bulan dari kamu!”
“Sepertinya anggota keluarganya Tiffany ingin membatalkan pernikahan. Mengenai jelasnya, aku juga tidak tahu!” jawab Jason dengan tersenyum tipis, “Mereka berdua pada dasarnya memang tidak ada perasaan. Wajar kalau mereka putus.”Sonia kepikiran dengan Tiffany, dia sungguh merasa disayangkan.Bondan tidak serius dalam masalah asmaranya. Reza dan Jason juga sudah terbiasa dan tidak merasa ada yang aneh. Setelah membahas beberapa saat, mereka pun mengalihkan topik pembicaraan.Selesai makan, Reza dan Jason mengobrol beberapa saat. Sonia menggendong Yana ke balkon untuk bermain bersama.Kelly berjalan mendekat dan bertanya, “Bukannya hari ini Ranty pergi mencoba gaun pengantin? Kenapa kamu nggak kirim fotonya ke aku? Dari tadi aku terus menunggunya!”Sonia tersenyum. “Tadi sempat terjadi sesuatu. Jadi, jadwal coba gaun pengantin terpaksa diundur menjadi tiga hari kemudian. Nanti aku akan kirim kepadamu.”“Kalau Ranty pakai gaun hasil desainmu, dia pasti akan kelihatan sangat cantik,” bala
Reza mengetuk pintu, lalu memasuki ruangan dan bertanya, “Masih belum selesai?”Sonia menoleh dan tersenyum. “Sebentar lagi!”“Apa kamu mau rendaman? Biar aku isi air?” tanya Reza.“Nggak usah. Aku agak capek hari ini. Aku mandi pakai air shower saja!” Sonia menutup laptop, lalu berjalan ke sisi Reza. Dia memeluk Reza, lalu mencium dagu si pria. “Kamu tidur dulu sana. Aku mandi dulu!”Reza mengusap kepala Sonia dengan lembut. “Pergi sana!”Sonia mengambil pakaian tidur dan pergi ke kamar mandi. Air shower membasahi tubuhnya. Rasa sakit yang dirasakan membuat pikiran Sonia semakin jernih saja. Dia membiarkan air membasahi punggungnya. Saat ini, Sonia masih sedang memikirkan masalah di Benua Delta.Dulu saat abangnya menjalankan misi, dia juga pernah kehilangan kontak selama dua sampai tiga bulan. Namun kali ini, bahkan anggotanya sendiri juga tidak mengetahui keberadaannya.Anak buah yang diperintah Sonia untuk mencari abangnya juga masih belum menemukan petunjuk apa pun.Aneh! Semua me
Sonia kelihatan sangat patuh. “Hari ini ada adegan ledakan di lokasi syuting. Aku berdiri terlalu dekat. Jadi, aku pun terkena kepingan kaca. Aku sudah oleskan obat, kok!”Raut wajah si pria kelihatan sangat dingin. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku?”“Aku takut kamu akan marah!”Reza menahan amarah di hatinya. “Sudah luka malah mandi?”Sonia langsung telungkup di atas ranjang, lalu menoleh untuk menatap Reza. Kedua matanya kelihatan sangat lugu. “Jangan perbesar masalah. Coba kamu lihat bekas luka dulu di punggungku. Apa bisa dibandingkan dengan luka sekarang? Tenang saja, aku itu manusia baja.”“Sonia, aku tidak punya suasana hati untuk bercanda!” Kening Reza kelihatan sangat berkerut.Tiba-tiba Sonia menurunkan kelopak matanya. Suaranya juga terdengar suram. “Terakhir kali kamu bersikap seserius ini sepertinya sudah masalah dua tahun lalu. Waktu kamu mengajukan putus.”Reza terdiam membisu. Amarah di hati Reza langsung reda lantaran ucapan Sonia. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu m
Sonia tidak mendengar. Dia mencium dagu Reza dengan lembut, lalu berbisik pelan di samping telinga Reza. Reza pun dapat mendengar suara menggoda itu. “Luka ringan ini nggak mengganggu!”Pikiran Reza seketika menjadi hampa. Dia kehilangan akal sehatnya, langsung menahan belakang kepala Sonia, lalu menciumnya dengan kuat.…Di bawah perawatan Reza selama dua hari, luka Sonia sudah mulai mengering. Pada akhir pekan, Reza membawa Sonia pulang ke rumah. Lysa sudah menunggu dari tadi. Dia menyuruh pelayan untuk membawakan tumpukan barang hadiah Sonia. Semua itu adalah pakaian dan aksesori yang dibeli Lysa untuk Sonia ketika jalan-jalan belakangan waktu ini.Reza yang berada di samping melihat, lalu mengambil sepotong terusan batik. Dia berkata dengan tersenyum, “Ibu, apa kamu yakin pakaian ini buat Sonia?”“Memangnya kenapa?” Lysa menepuk tangan Reza. “Sekarang lagi tren pakai batik. Sonia pasti bakal cantik sekali ketika mengenakannya!”Reza mendengus dingin. “Jangan kira aku tidak tahu. K
Sonia mengangkat kelopak matanya, lalu menunjukkan ekspresi tenang. “Selesainya secepat ini?”“Belum, aku takut ibuku akan mempersulitmu, makanya aku turun!” Reza berjalan turun dua langkah, berdiri tepat di hadapan Sonia, lalu mengamatinya. “Sayangku memang cocok dengan pakaian apa saja!”Lysa masih berada di lantai wajah. Ketika mendengar ucapan itu, wajah Sonia seketika merona. Dia menghindari Reza, lalu berjalan ke atas. “Aku ajar bimbel dulu!”Saat masuk ke kamar Tandy, dia sedang bermain gim. Ketika Tandy mengangkat kepalanya melirik ke sisi Sonia, ponsel di tangannya hampir saja jatuh. Kedua mata Tandy terbelalak lebar. “Apa kamu baik-baik saja?”Sonia bertanya dengan tenang, “Jelek?”“Biasa saja!” Ekspresi Tandy kelihatan kalut. “Aku hanya merasa ada yang aneh!” Kening Tandy berkerut. “Jangan-jangan ulah nenekku?”Sonia meletakkan tasnya sembari mengangguk. “Iya!”Tandy menatap Sonia dengan tatapan penuh kasihan. “Kamu jangan memanjakannya. Kalau tidak, dia akan semakin menjadi
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak