Share

Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama
Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama
Author: Musim Gugur

Bab 1

Author: Musim Gugur
Tepat pukul tujuh Rabu malam, Sonia Dikara muncul di luar Celestial Hotel.

Ponselnya bordering. Sonia membuka WhatsApp. Hendri Dikara yang mengirim pesan, “Son, makasih sudah mau bantu Papa. Di sini agak macet. Kamu masuk dulu.”

Langkah kaki Sonia melambat, memikirkan bagaimana dia harus menyapa Reza Herdian nanti.

Mereka sudah menikah selama tiga tahun, tapi belum pernah bertemu satu sama lain. Tak perlu memikirkannya, dia juga sudah tahu kalau Reza tidak setuju, bahkan menolak pernikahan ini.

Dia tidak bisa menyalahkan Reza. Perusahaan keluarga Dikara sedang krisis saat itu. Mereka bermuka tebal dan mendatangi keluarga Herdian untuk menepati janji pernikahan antara kedua keluarga mereka dulu. Putra sulung keluarga Herdian sudah menikah, sehingga putra kedua mereka, Reza, yang kejatuhan ‘bencana’ itu. Wajar saja Reza tidak menyetujui pernikahan itu.

Tentu saja, keluarga Herdian juga tidak akan membiarkan siapa pun memperalat mereka. Mereka memberikan mahar sebesar 600 miliar untuk membantu keluarga Dikara mengatasi kesulitan, tetapi juga mengajukan syarat, yaitu pernikahan ini akan berakhir setelah tiga tahun.

Tiga tahun lalu, Sonia masih di bawah usia legal untuk menikah di Cendania, jadi mereka berdua pergi ke Vegas untuk menikah. Tepatnya, mereka tidak pergi ke sana. Mereka mengirim orang untuk mengurus surat nikah mereka di sana.

Setelah menikah, Reza pergi ke Amerika Serikat dan baru pulang tiga bulan sebelum pernikahan mereka berakhir. Sikapnya yang menolak pernikahan ini tidak bisa lebih kentara lagi.

Namun, demi urusan bisnis, ayah Sonia malah ingin mendatangi pria itu dan memohon bantuannya lagi hari ini.

Sonia tersenyum mengejek diri sendiri. Dia harus memperkenalkan dirinya sendiri nanti, “Halo, Pak Reza. Aku istrimu!”

Apa pria itu akan menganggapnya?

Konon katanya, sebelum pergi ke Amerika, Reza adalah seorang preman terkenal di Jembara. Dia memimpin baik bisnis legal dan ilegal, orangnya tegas dan kejam.

Sonia melihat Reza di saluran TV tentang keuangan beberapa hari yang lalu. Tampang pria itu agak berbeda dengan yang dia bayangkan. Pria itu mengenakan setelan jas yang mewah. Meskipun pembawaannya arogan, gerakannya anggun dan tenang.

Sonia berharap pria itu bisa bersikap ramah dan tenang seperti yang terlihat di TV. Jangan terlalu mempersulitnya.

Celestial Hotel didekorasi dengan gaya oriental, dengan suasana klasik seperti kastil. Sonia pergi ke lantai tiga Paviliun Lotus, sesuai dengan nomor kamar yang diberikan ayahnya.

Di lantai tiga semuanya adalah kamar suite, dengan lantai kayu dilapisi karpet dan penerangan yang redup. Sangat sunyi.

Sonia sampai di depan kamar suite itu, menarik napas dalam-dalam dan mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.

Pintunya terbuka sedikit. Ketika dia menyentuhnya, pintu mahoni berlapis cat emas itu otomatis terbuka lebih lebar.

Sonia agak terkejut. Apakah Reza sedang menunggunya?

Karena alasan sopan santun, Sonia mengetuk beberapa kali lagi.

Tidak ada yang menyahut.

Sonia mengangkat alisnya, membuka pintu dan berjalan ke dalam. Dia mendapati hanya ada lampu kuning redup yang hidup di pintu masuk. Bagian dalam kamar itu benar-benar gelap.

Apa tidak ada orang?

Kamar suite ini sangat besar, dengan ruang tamu di tengah, dan ruang bersantai serta kamar tidur di kedua sisinya.

Dia sudah berjalan sampai ke ruang tamu, tetapi dia punya firasat buruk. Ketika dia hendak berbalik badan dan keluar lagi, dia tiba-tiba mendengar suara air dari arah kamar tidur. Pada saat yang sama, terdengar juga suara berat seseorang yang terdengar kesakitan, “Masuk!”

Hati Sonia menyuruhnya untuk berbalik badan dan pergi tanpa ragu, tetapi setelah berdiri diam dalam kegelapan selama tiga detik, dia akhirnya tetap berjalan menuju kamar tidur itu.

Sonia membuka pintu kamar dan bertanya dengan suara rendah, “Pak Reza? Ada apa denganmu?”

Tiba-tiba, sebuah lengan terulur keluar dan menarik Sonia masuk ke kamar mandi. Pria itu menyandarkan satu tangannya ke dinding dan mencekik lehernya dengan tangan satu lagi. Suaranya terdengar seperti sedang menekan rasa sakit, dingin dan marah, “Berani-beraninya kamu memberiku obat. Kamu mau mati?”

Di ruang tamu tadi masih ada cahaya yang masuk dari jendela, tapi di kamar mandi ini, Sonia bahkan tidak bisa melihat jari-jarinya sendiri.

Sonia menahan diri untuk tidak melawan. Tenggorokannya dicekik, suaranya serak dan tenang, “Bukan aku!”

“Kalau begitu, siapa kamu?”

Pria itu sepertinya sudah sedari tadi mengguyur dirinya dengan air dingin. Seluruh tubuhnya dingin, tapi napas yang dia embuskan panas. Suhu panas dan dingin yang bercampur itu membuat Sonia sedikit linglung.

Dalam kegelapan, keduanya saling memandang dalam diam. Napas pria itu semakin berat, seolah-olah dia tidak bisa menahannya lagi. Tangannya yang mencekik leher Sonia tiba-tiba mengangkat dagu Sonia, lalu dia menundukkan kepalanya dan mencium Sonia dengan ganas.

Bibirnya dingin dan mendominasi mulut Sonia!

Mata Sonia melebar. Dia mengangkat kakinya dan berusaha untuk mendorong tubuh pria itu dengan keras.

Namun, dia tidak bisa menandingi kekuatan pria itu. Kaki panjang pria itu menekan lututnya, kemudian pria itu berkata dengan suara serak, “Tolong aku. Apapun yang kamu mau, aku akan memberinya untukmu nanti!”

Sonia menarik napas. Dia tidak menyangka akan menghadapi situasi seperti ini. Bisa-bisanya Reza diberi obat oleh orang?

Dalam kegelapan itu, napas pria itu menyelimuti seluruh tubuhnya. Ketika Sonia masih menimbang-nimbang apakah dia mau membantu pria ini atau menyuruh pria ini mencari wanita lain, ciuman ganas pria itu sudah mendarat di bibirnya.

….

Sonia sudah lupa bagaimana mereka berdua bisa pindah dari kamar mandi ke tempat tidur di kamar. Ketika dia masih bingung ingin melawan atau menyerah, pria itu sudah menariknya ke dalam jurang dengan tidak bisa dia tolak.

Bukannya dia tidak pernah berpikir bahwa mereka berdua akan melakukan hal seperti ini setelah menikah, tapi yang dia bayangkan bukan dalam situasi seperti ini.

Api membara di jurang kenikmatan itu. Apa yang dia alami ini terasa lebih lama dari tiga tahun.

….

Ketika mereka berhenti, kebetulan ada orang yang masuk dan mendekati kamar tidur, “Pak Reza?”

“Jangan masuk!” Suara pria itu rendah, terdengar malas dan puas.

Setelah itu, tidak ada suara lain yang terdengar.

Setelah beberapa saat, Reza bangkit, memakai jubah mandinya dan berjalan keluar tanpa melihat wanita di atas tempat tidurnya.

Sonia menarik selimut ke lehernya dan melihat lampu di luar dinyalakan. Seberkas cahaya masuk melalui celah di pintu.

Reza berjalan ke ruang tamu dan bersandar di sofa. Tidak ada ekspresi di wajah tampannya, hanya ada sedikit kemalasan.

Asistennya melangkah maju dan berkata, “Pak Reza, apa Bapak baik-baik saja?”

Reza tiba-tiba pergi di tengah perjamuan, tanpa membiarkan siapa pun mengikutinya. Lalu, dia masih belum kembali selama lebih dari dua jam. Karena khawatir, asistennya ini datang untuk mengecek. Tapi, dia sepertinya mendengar napas dua orang barusan?

Reza memijat keningnya, “Nggak apa-apa!”

Asistennya berkata, “Hendri Dikara telah memesan kamar di Paviliun Salju nomor 1009 dan mengajak Bapak bertemu di jam Sembilan. Ini sudah hampir waktunya.”

Reza bertanya santai, “Hendri Dikara yang mana?”

Setelah mengatakan itu, dia sepertinya teringat dan bertanya dengan dingin, “Masih belum tiga tahun?”

Asistennya menjawab, “Masih beberapa bulan lagi.”

Reza berkata dengan nada mencibir, “Apa bedanya?”

Asistennya berkata, “Hendri telah menelepon beberapa kali untuk menemui Bapak. Sepertinya ada sesuatu yang ingin ditanyakan pada Bapak.”

Reza merasa sedikit kesal memikirkan wanita yang ada di kamar, “Dia sudah pernah menjual putrinya sebelumnya, apa dia ingin menjualnya lagi sekarang? Memangnya dia siapa? Dia kira aku akan mengiyakan dia terus? Atau dia pikir putrinya itu emas, yang selalu bisa dijual dengan harga mahal? Aku nggak mau bertemu dengannya!”

Kalimat terakhir terdengar kejam dan dingin.

Di kamar tidur, Sonia mendengar percakapan di luar dengan jelas. Wajahnya yang awalnya merah merona berubah menjadi pucat. Kalau Reza tahu bahwa wanita yang ada di tempat tidurnya saat ini adalah putrinya Hendri, kata ‘jual’ itu akan terdengar lebih ironis lagi!

Sambil menahan rasa tidak nyaman di sekujur tubuhnya, dia bangkit dari tempat tidur, mencari pakaiannya sendiri dan mengenakannya. Lalu, dia mengeluarkan sesuatu di sakunya dan meletakkannya di atas meja.

Tanpa melihat ke belakang, dia langsung berjalan ke balkon, membuka jendela, dan melompat keluar.

Sonia berguling beberapa kali. Dalam sekejap, dia sudah berada di jalan bebatuan yang jaraknya beberapa meter jauhnya dari kamar tersebut. Sosok rampingnya pun menghilang dalam kegelapan.

Reza dan asistennya membicarakan hal-hal lain di luar kamar, sampai akhirnya Reza memerintah, “Pergi selidiki, siapa yang membawa obat ke perjamuan hari ini?”

Asisten itu tertegun sesaat, kemudian mengingat suara yang dia dengar barusan dari dalam kamar. Dia langsung menyadarinya dan berkata dengan wajah serius, “Baik!”

Reza bangkit dan kembali ke kamar, melirik ke tempat tidur besar di dalam kegelapan itu dan berkata dengan datar, “Bangunlah. Ambil uangnya dan pergi. Jangan muncul di depanku lagi!”

Tidak ada yang menjawab. Reza mengerutkan kening dan menyalakan lampu. Di bawah cahaya remang-remang lampu itu, dia melihat tempat tidur yang berantakan. Tapi, wanita tadi sudah pergi!

Dia berbalik badan dan pergi ke kamar mandi. Kosong juga.

Ekspresi terkejut sekilas muncul di wajahnya. Apa yang barusan tidur bersamanya itu hantu?

Namun, dia jelas-jelas melihat bekas darah di tempat tidur.

Reza mengerutkan kening, menoleh dan melihat ke arah lemari di seberang tempat tidur. Dia melangkah ke sana dan mengambil benda yang ada di bawah vas. Raut mukanya langsung berubah masam.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Misra Wati
keren banget cerita ya
goodnovel comment avatar
Ev Tl
bagus silahkan dilanjutkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2527

    “Sebentar!” Tiba-tiba si pria berjalan kemari, lalu menghalangi di hadapan Theresia. Dia mengamati Theresia dengan tatapan yang membuat orang merasa sangat tidak nyaman. “Kamu itu bosnya Ashley?”Theresia mengangguk. “Iya!”Pria itu berkata, “Ashley bisa dirugikan juga karena masalah pekerjaan. Sekarang dia lagi berbaring di rumah sakit. Katakan, gimana ganti rugi buat dia?”“Tony, masalah ini nggak ada hubungannya sama bos kami!” jerit Ashley dengan gusar.“Kenapa bisa tidak ada hubungan? Kamu itu karyawannya. Kamu terluka demi pekerjaan, semua itu tanggung jawabnya!” ucap Tony dengan blak-blakan, “Dengan masalah seperti hari ini, setidaknya 400 juta. Kalau tidak, aku akan ekspos semuanya ke internet. Perusahaan humas kalian memaksa anggota kalian untuk mendampingi klien!”“Apa kamu sudah gila uang!” Ingga langsung berdiri di depan Theresia untuk melindunginya. Raut wajahnya kelihatan pucat karena gusar. “Aku sudah bersabar dari tadi. Kamu sebagai kekasihnya, ketika melihat kekasihmu

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2526

    Theresia berpesan kepada Ingga, “Aku bawa Tuan Roger untuk melakukan pemeriksaan. Kamu pergi jenguk Ashley dulu.”Roger segera berkata, “Aku pergi sendiri saja. Aku juga bukan tidak bisa berjalan sampai perlu dijaga. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu dan Ingga pergi jenguk Ashley sana!”Theresia mengangguk. “Bagus juga. Jaga hubunganmu setiap saat. Kalau ada urusan, kamu bisa hubungi aku.”“Oke, setelah aku selesai periksa, aku akan segera ke atas untuk cari kamu.” Roger menunjukkan senyuman tampannya.Theresia membawa Ingga ke area opname.Pintu diketuk, kemudian dibuka. Baru saja Ashley menyelesaikan infusnya, dia pun melihat Theresia dan langsung buru-buru duduk di tempat. “Bos!”Theresia tersenyum datar. “Baringan saja. Kamu baru melakukan cuci lambung, kondisi tubuhmu pasti sangat lemas.”Ingga memasukkan bunga segar yang dibawa mereka ke dalam vas bunga.Rambut Ashley digerai panjang. Raut wajahnya kelihatan pucat. Dia berkata dengan ekspresi bersalah, “Bos, maaf, aku bikin mas

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2525

    Theresia menggigit bibirnya, lalu menutup pintu lemari. Dia membalikkan tubuhnya, kemudian kembali ke ruang tamu.“Maaf, pakaian nggak ditemukan. Lebih baik dicuci saja!” ucap Theresia.Roger berkata dengan tersenyum, “Tidak usah dicuci lagi. Aku sudah buang. Tadi aku telepon suruh asisten untuk antar pakaian kemari.”“Bagus juga!” Theresia mengangguk.Mereka berdua makan bersama. Usai makan, kebetulan pakaian juga sudah diantar. Asisten mengikuti Roger berjalan ke dalam ruang tamu. Asisten menenteng kantongan yang berisi pakaian sembari berkata, “Tuan Roger, semalam Nyonya telepon aku. Dia tanya apa benar kamu lagi dinas?”Roger merasa agak sakit kepala. Dengan kondisinya semalam, dia tidak bisa pulang ke rumah. Jadi, dia menelepon ibunya mengatakan dirinya dinas beberapa hari. Siapa sangka ibunya tidak percaya, malah menelepon asisten untuk memastikan.Roger bertanya, “Apa katamu?”“Aku bilang sama Nyonya, kamu memang lagi dinas. Nyonya tanya aku kenapa aku tidak ikut. Aku bilang keb

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2524

    Tatapan Roger masih kelihatan tegas. “There, aku tidak peduli dengan masa lalumu. Kamu bilang aku suka dengan kamu yang kubayangkan. Kenyataannya bukan seperti itu. Aku suka dengan semua yang aku lihat dari dirimu.”Theresia kelihatannya lembut, tapi juga membawa aura yang menjauhi orang-orang. Ketika mengatakan Theresia itu dingin, tapi dia malah lebih bersedia kehilangan bisnis daripada membahayakan keselamatan anggotanya sendiri.Roger benar-benar sangat mencintainya hingga tidak bisa kehilangan kendali!Theresia merasa agak tidak berdaya. “Aku sudah bicara sebanyak ini. Kenapa kamu begitu keras kepala?”“Bukannya mencintai seseorang itu memang akan keras kepala? Kamu begitu mencintai seseorang, tapi kamu nggak mungkin bisa bersama dengannya, bagaimana dengan masalah itu?” Terlihat rasa keras kepala di dalam tatapannya.Theresia mengerutkan keningnya dan tidak berbicara lagi. Dia berdiri, lalu pergi meletakkan kotak P3K.Roger spontan merasa panik. Dia segera berdiri untuk mengejar

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2523

    “Dangkal?” Theresia menggeleng dengan tersenyum ringan. “Bukan, semua itu memang yang seharusnya disukai cewek normal pada umumnya.”Roger berkata dengan tersenyum, “Kamu ngomongnya seolah-olah kamu itu tidak normal saja.”Theresia hanya tersenyum saja. Dia fokus dalam mengamati kondisi jalan di depan sana.“Aroma mobil kamu wangi sekali. Kamu pakai parfum apa?” tanya Roger lagi.Sebenarnya Roger ingin bertanya parfum apa yang biasanya dipakai Theresia. Kelak, dia juga bisa menghadiahkannya kepada Theresia.Theresia tersenyum datar. “Aku rasa sepertinya kepalamu baik-baik saja!”Usai mendengar, Roger langsung bersandar di bangku. “Aku lupa saat bicara tadi. Begitu kamu katakan, kepalaku langsung terasa sakit lagi.”“Aku rasa lebih baik kamu jangan bicara lagi!” Ujung bibir Theresia melengkung ke atas.Roger menatap senyuman si wanita. Dia hanya merasa suasana hatinya yang murung selama beberapa hari itu tiba-tiba menjadi ceria. Dia memalingkan kepalanya melihat lampu di luar jendela. S

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2522

    Setelah Ingga berjalan pergi, Theresia dan Roger sama-sama berjalan ke tempat parkiran. Angin di subuh hari terasa agak dingin. Roger menatap Theresia sedang mengenakan kemeja tipis, dia pun melepaskan pakaiannya hendak membungkus tubuh Theresia.“Kamu pakai sendiri saja!” Theresia mengangkat tangan untuk menghalanginya. “Sekarang kamu lebih membutuhkan!”“Jangan meremehkanku. Luka kecil ini bukan apa-apa bagiku.” Roger ingin membuktikan bahwa dirinya tidak begitu lemah.Roger bukanlah tipe pria berotot. Hanya saja, dia yang mendekati tinggi badan 1,8 meter itu biasanya juga cukup perhatian dengan kebugaran tubuhnya. Dia tidak kelihatan selembut sebelumnya.“Aku nggak dingin!” Theresia tetap tidak menginginkan pakaiannya. Dia berkata dengan datar, “Apa pun ceritanya, aku sungguh berterima kasih kepadamu atas masalah hari ini!”Angin malam mengembus rambut panjang Theresia. Tatapannya kelihatan berkilauan. Bibirnya kelihatan delima. Cahaya lampu jalan di sampingnya pun tidak sebanding d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status