Lewis tertawa dan bertanya, “Gimana kalau dia nggak mau datang?”Senyuman Melvin lenyap secara perlahan. Sorot matanya berubah dingin dan dengan perlahan berkata, “Kalau gitu kamu berlutut di depan dia!”Yanuar tercenung karena tidak tahu apakah Melvin sedang bercanda dengannya atau tidak. Akan tetapi suasana di ruangan tersebut perlahan-lahan menjadi sunyi. Orang-orang yang tadi masih sibuk tertawa bisa merasakan ada yang aneh dari nada bicara Melvin. Mereka saling berpandangan dan tidak ada yang tahu kenapa lelaki itu tiba-tiba emosi.Waktu Melvin ulang tahun, ada beberapa orang di sana yang juga turut hadir. Akan tetapi mereka tidak tahu kalau perempuan yang memberikan kue adalah Sonia.“Pergi! Berlutut dan minta dia datang! Kamu tampar diri kamu sendiri dan buat dia senang. Pokoknya dia harus datang! Selain itu dia juga harus datang ke sini dengan senang hati!” ujar Melvin dengan bibir menipis.“Dan kamu!” Melvin menyapukan pandangannya ke arah Jessy dengan dingin dan melanjutkan k
Jessy menunduk sambil menggerakkan bibirnya lagi, “Di-dia datang ke Kasen langsung ke lantai delapan, hari pertama saja sudah buat Susan ketiban sial. Kita semua menganggap dia nggak sederhana. Dan ternyata baru dua hari sudah kelihatan belangnya. Ternyata dia orangnya Pak Reza.”“Bahkan Kak Sera saja nggak berani mengganggu orang yang mau dijaga oleh Pak Reza. Meskipun kami sangat sibuk, kami nggak berani meminta dia membantu kami semua. Kalau dia nggak senang, bisa-bisa kami kehilangan pekerjaan ini!”Jessy tidak berani melawan perintah Melvin, dia mengatakan apa yang dia katakan tadi sekali lagi di hadapan Sonia dengan lengkap. Susan dan yang lainnya melebarkan mata mendengar ucapan perempuan itu. Awalnya mereka masih tidak mengerti ketika mendengar kalimat pertama yang dikatakan oleh Jessy, tetapi ketika mendengar kalimat kedua mereka mulai paham.Kalimat yang Jessy ucapkan tadi adalah kata-kata perempuan itu ketika menjelekkan Sonia. Lalu kenapa dia datang dan mengatakannya di had
Dia melihat Yanuar ketika selesai mengatakan kalimat tersebut. Perempuan itu terdiam dan bertanya, “Pak Yanuar, kenapa Bapak ada di sini?”Yanuar mengabaikan Sera dan hanya menatap Sonia dengan raut memelas. Sonia tahu dia tidak mungkin membiarkan Yanuar terus berlutut ketika Sera sudah datang. Dia menyimpan buku dan pulpennya sambil berkata, “Aku ikut kamu ketemu Melvin.”Keringat dingin mengalir begitu deras dari kening lelaki itu. Dia menatap Sonia dengan tatapan penuh rasa terima kasih dan juga kedua tangan yang menyatu sambil berkata, “Terima kasih! Terima kasih, Bu Sonia!”Sonia bangkit dan berkata pada Kak Sera, “Kak Sera, hari ini aku bertanggung jawab di ruangan 8801.”Dengan sedikit ragu Sera berkata, “Kalau Pak Reza datang-““Hari ini dia ada urusan dan nggak akan datang,” potong Sonia.Mendengar ucapan tersebut membuat Sera terdiam dan mengangguk sambil berkata, “Pak Melvin emosinya meledak-ledak, kamu harus hati-hati!”“Iya, aku tahu,” jawab Sonia.“Pergilah!”Yanuar berja
Sonia duduk di hadapannya dan menuangkan alkohol yang tadi dibawa olehnya sambil berkata, “Aku nggak takut kamu memakanku, tapi aku takut kamu membohongiku lagi.”Melvin tertawa dan berkata, “Mau bohongi kamu apa lagi? Nggak mungkin aku dua kali ulang tahun dalam satu tahun.”“Memangnya kamu nggak bisa melakukannya?” balas Melvin.Untuk pertama kalinya Melvin minum minuman yang dituangkan oleh perempuan itu. Dia terkekeh kecil dan berkata, “Lain kali aku bakalan bilang mamaku ulang tahun.”Sonia mendengus dan berkata, “Meski kamu bilang raja langit yang ulang tahun, aku juga nggak akan bantu kamu kirim kue ulang tahun!”“Pffttt!” Melvin menyemburkan minuman yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Dia bergegas mengambil tissue dan terbahak.“Kalau raja langit yang ulang tahun, memangnya aku bakalan minta kamu antar kuenya ke mana? Antar ke langit? Memangnya kamu tahu jalannya?” Sonia hanya diam saja. Tadi dia hanya sembarangan berbicara dan tidak pikir terlalu panjang. Melvin berdeham
Dia yang menuangkan segelas minuman untuk Sonia dan berkata, “Aku minum habis, dan kamu bebas seberapa banyak!”Sonia yang membuka botol minuman tersebut dan dia tidak merasa khawatir bahwa lelaki itu melakukan hal yang aneh-aneh. Masalah uang minuman ini, dia sudah meminta Sera memasukkannya dalam tagihan Sonia. Dia sendiri juga sedang tidak ingin berbasa-basi dengan Melvin.Melvin menghabiskan minumannya seperti ucapannya tadi. Sambil tertawa lelaki itu berkata, “Pikirkan kembali ucapanku tadi. Kamu masih mau ikut Reza setelah dia membiarkan kamu kerja di tempat seperti ini?”Kening Sonia berkerut dan menjawab, “Aku kerja di sini nggak ada hubungannya dengan dia!”“Kamu bercanda? Semuanya tahu kamu orangnya Reza, dia nggak ada hubungannya dengan kamu yang datang ke sini?” ujar lelaki itu dengan nada sinis.Wajah Sonia tampak menggelap dengan lipatan di keningnya yang semakin dalam. Melvin memiringkan kepalanya dan menatap perempuan itu sambil bertanya, “Ekspresi apa itu?”“Ada berapa
Jason juga menghubungi Sera dan meminta perempuan itu untuk pergi ke 8801. Perasaan Sera mendadak terasa panik. Dia tidak berani membantah ucapan Jason, tetapi dia juga tidak berani mengusik Melvin. Mereka semua merupakan orang yang begitu ditakuti dan akan menderita jika ada yang tersinggung.Setelah Sera berpikir sesaat, dia mengambil sebotol minuman dan melangkah ke arah 8801. Dia masuk setelah mengetuk pintu dan melayangkan tatapannya ke arah Melvin dan Sonia yang tengah duduk bersama. Sepertinya lelaki itu tidak melakukan sesuatu yang keterlaluan.Tanpa sadar dia menghela napas lega dan bergegas menghampiri Melvin. Dengan suara lembut dan senyum kecil dia berkata, “Lama tidak berjumpa, Pak Melvin. Aku datang untuk antarkan sebotol minuman. Terima kasih sudah menjaga lantai delapan dalam waktu yang begitu lama.”Melvin langsung bisa menebak maksud dari perempuan itu. Dia tertawa tipis dan berkata, “Kak Sera terlalu sungkan. Ada cewek cantik yang datang di lantai delapan tapi masa n
Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Reza. Hanya sepasang mata dingin yang terlihat di sana.“Sonia adalah orangku, tolong Pak Melvin menjauh dari dia,”“Orang kamu? Maksudnya Pak Reza sudah jujur?” tanya Melvin sambil tertawa.Reza tersenyum dingin dan berkata, “Aku pikir Pak Melvin orang yang cerdas, jadi sudah tahu dari awal.”Melvin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan mengangkat sudut bibirnya dan membalas, “Orangnya Pak Reza ternyata di tempat seperti ini dan melayani orang lain. Kalau kamu nggak bilang, gimana aku bisa menebak?”Reza tidak dibuat marah dengan kata-kata lelaki itu. Dengan perlahan dia berkata, “Sekarang sudah tahu, jadi lain kali sudah harus jaga sikap.”Tinggi tubuh kedua lelaki itu sekitar 185 sentimeter. Satu memiliki aura yang dingin, satu lagi tersenyum penuh arti, tetapi menusuk. Keadaan di sekitar mereka berubah dingin dan mencekam. Orang-orang yang sedari tadi sibuk bercanda tampak menghentikan aktivitas dan hening mendadak.“Sikap?” Melvin be
Sonia dapat merasakan adanya bahaya yang mendekat. Dia mengedipkan matanya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat sembari berkata, "Mana mungkin! Aku pasti akan menjaga jarak dan siaga dari musuh!”Reza tetap merasa belum cukup puas. Bukankah kalau siaga setiap saat artinya dia akan memikirkannya setiap saat?Sonia tidak ingin membicarakan tentang Melvin lagi, dia buru-buru mengganti topik pembicaraan.“Kamu datang dari mana?”“Menurutmu?” balas Reza.Sonia tahu malam ini Reza ada pertemuan terkait kerja sama yang sangat penting. Dengan cepat dia melepaskan lelaki itu dan mundur selangkah sambil berkata, “Kamu buruan balik, aku nggak kenapa-kenapa. Aku nggak akan pergi lagi kalau Melvin memanggilku lagi.”Sebelum perempuan itu menyelesaikan ucapannya, Reza kembali memasukkan tubuh Sonia ke dalam pelukannya dan berkata, “Sudah selesai, sisanya aku serahkan ke Chandra. Aku nggak perlu ke sana lagi.”Sonia diam dalam pelukan lelaki itu dengan tenang dan nyaman. Setelah hening selama beb
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin