LOGINKuil itu tidak besar, bahkan tidak memiliki nama. Hanya saja, dari tampilannya saja sudah terlihat berusia cukup tua, bahkan lumut yang tumbuh di atas lempeng batu sudut tembok pun memancarkan kesan waktu yang telah lama berlalu.Begitu memasuki kuil, mereka melihat beberapa orang datang untuk bersembahyang dan memohon berkah. Dari penampilan mereka, sepertinya mereka adalah penduduk desa di kaki gunung.Para penduduk desa itu tidak tampak heran melihat kedatangan mereka, malah menyapa dengan ramah, “Datang untuk berwisata?”Jane memang mudah akrab dengan siapa saja. Dia pun mengobrol bersama mereka dengan penuh antusias.Kuil itu sangat kecil, dipenuhi pohon pinus dan cemara yang hijau rimbun serta pohon willow yang menaungi area sekitar. Entah dari mana asal alunan suara doa yang samar. Suara itu terasa bergema di kuil pegunungan. Dengan kicauan burung dan dengung jangkrik di luar, suasana di dalam kuil terasa semakin hening dan tenteram.Di depan adalah aula utama kuil. Meskipun tid
“Bukan juga!” Theresia memutar bola mata indahnya. “Intinya kamu pintar dalam mendidik.”“Emm?” Si pria mengangkat alisnya.Theresia berkata, “Kamu pernah bilang sebelumnya, terkadang rintangan malah akan menjadi jalan pintas, makanya saat bertemu dengan pilihan apa pun, aku akan kepikiran dengan ucapan itu, lalu membuat keputusan.”Morgan menurunkan kelopak matanya. Tidak terlihat ekspresi apa pun di atas wajahnya, begitu pula dengan suaranya. “Termasuk saat kamu memilih Roger?”Theresia langsung tertegun, kemudian melangkahkan kakinya untuk berjalan maju. “Termasuk!”Lovin berlari kemari dengan mengambil beberapa kurma hijau, lalu menyerahkannya kepada Theresia. “Aku sudah coba. Rasanya cukup enak.”Theresia mengambil dua buah kurma. “Terima kasih!”“Jangan sungkan!” Lovin tersenyum menyeringai, lalu bertanya pada Morgan apakah dia menginginkannya.Morgan langsung mengambil satu buah dari tangan Theresia. “Satu sudah cukup!”Tidak lama kemudian, Jane dan Steffie juga sudah kembali. M
Steffie berkata dengan tidak paham, “Perbaikan jalan pada dasarnya memang tugas pemerintah, kenapa Keluarga Bina mesti bekerja sama dengan pemerintah?”Lovin menjawab, “Perbaikan jalan bersangkutan dengan masalah lahan. Selalu ada saja orang-orang sulit yang menghalangi, ingin memeras dengan meminta ganti rugi berlebihan. Hanya Keluarga Bina saja yang bisa menangani orang-orang seperti itu.”Kali ini, Jane baru memahaminya. “Pantas saja reputasi Keluarga Bina di Kota Atria begitu tinggi. Ternyata mereka sudah berkontribusi begitu banyak untuk masyarakat Kota Atria.”“Kalau bicara soal apa yang sudah dilakukan Keluarga Bina untuk penduduk Kota Atria, semuanya sudah tidak terhitung lagi!” Lovin berkata dengan tersenyum, “Waktu aku SMP dulu, ayahku dipindahkan tugas ke Kota Atria selama tiga tahun. Aku menghabiskan waktu tiga tahun masa SMP-ku di Kota Atria. Aku juga seringkali mendengar cerita tentang Keluarga Bina. Pokoknya, di hati masyarakat Kota Atria, posisi Keluarga Bina itu tinggi
Usai berbicara, Jane memalingkan kepalanya untuk bertanya pada Morgan, “Ganteng, pergi bersama kita, ya.”Belum sempat Morgan membalas, Julia berkata, “Morgan, kamu pergi bersama mereka sana. Aku juga akan merasa lebih tenang kalau ada kamu.”Morgan mengangguk. “Oke.”Jane menoleh untuk bertanya kepada Theresia lagi, “Theresia, apa kamu mau ikut?”Theresia berpikir sejenak, kemudian membalas, “Nggak, deh. Nanti sore aku mau temani Bibi Julia.”Morgan menurunkan kelopak matanya sembari menyantap makanan. Tidak terlihat ada yang aneh dengan ekspresinya.“Tidak usah temani aku. Pergi main sana. Jarang-jarang kamu bisa jalan-jalan,” ucap Julia dengan tersenyum.Lovin juga berkata, “Iya, pergi bareng sana. Nanti sore, mungkin Bu Julia mau beri pelajaran tambahan kepada anak-anak. Kalau kamu tinggal di sini, tidak ada yang menemanimu.”Kali ini, Theresia baru mengangguk. “Oke!”Morgan meletakkan sumpitnya. “Aku sudah selesai makan. Aku pergi telepon dulu. Beri tahu aku setelah kalian selesai
Waktu berlalu dengan cepat. Siang harinya, semua orang berkumpul untuk makan di tempat Julia.Lovin menyajikan sebuah kue tar stroberi yang sangat besar, lalu memanggil Theresia, “Theresia, ayo, makan kue!”Theresia berkata dengan syok, “Buatanmu?”Lovin menggaruk kepalanya sembari tersenyum. “Iya, aku suka melukis dan juga suka makanan lezat. Jadi, aku suka meneliti makanan barat, makanan lokal, termasuk membuat kue.”Jane mengulurkan jari telunjuknya, mencolek sedikit krim di atas kue tar, kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Dia berkata pada Theresia dengan tersenyum, “Aku nggak menyangka Tuan Lovin begitu berbakat!”Lovin menatap Jane dengan tatapan risi. “Tanganmu bersih tidak?”Jane langsung membuka tangannya untuk diperlihatkan kepada Lovin. “Tadi aku pergi cuci toilet, masih ada baunya juga. Coba kamu cium!”Semua orang juga tidak merasa aneh dengan sikap blak-blakan Jane. Mereka hanya tersenyum dengan gembira saja.Lovin mencemberutkan bibirnya, berlagak menutup hidungnya, b
Kali ini, giliran Theresia kehabisan kata-kata.Beberapa saat kemudian, Jane memasuki kelas. Murid-murid hening dalam seketika, lalu serempak memberi salam.Baru saja Jane hendak berbicara, matanya seketika terbelalak ketika melihat Morgan dan Theresia yang berada di baris paling belakang. Dia bergegas menghampiri mereka, lalu berbisik, “Ganteng, Cantik, kalian datang untuk dengar pelajaran? Kenapa mendadak sekali? Aku nggak ada persiapan sama sekali!”Theresia tersenyum. “Apa yang perlu kamu persiapkan?”Jane langsung berkata, “Setidaknya aku mesti pakai pakaian yang cantik dan merias wajahku.”Morgan tersenyum tipis. “Nona Theresia datang sebagai murid untuk mendengar pelajaranmu. Kamu tidak usah gugup.”“Murid?” Jane merasa syok. Dia seketika mengerti, lalu langsung berkata dengan tersenyum, “Oh, lagi cari kenangan masa kecil!”Theresia juga tidak menjelaskan, melainkan hanya tersenyum saja.Jane bertanya lagi kepada Morgan, “Theresia datang untuk mengenang masa lalu, lantas bagaima







