Mandy merasa agak aneh ketika dia menerima perintah dari Juno untuk menghentikan kerja sama dengan Hana Jewelry. Kedua perusahaan telah bekerja sama selama beberapa tahun, tidak ada ketidaknyamanan dalam kerja sama tersebut. Entah mengapa Juno tiba-tiba ingin menghentikan kerja sama ini. Sekalipun Hana Jewelry menggunakan nama King untuk promosi, selama ini Juno juga hanya menutup sebelah mata, tidak pernah perhitungan dengan Hana Jewelry. Mengapa sikap Juno tiba-tiba berubah?Dalam beberapa hari berikutnya, Hana Jewelry terkena berbagai macam skandal. Mandy otomatis mengira Juno telah mendapat informasi lebih awal. Sehingga pria itu menghentikan kerja sama dan menarik garis batas jelas dengan Hana Jewelry.Jordan telah tertekan selama beberapa hari terakhir. Semangat serta arogansinya telah lama menghilang. Dia yang sekarang justru merendahkan diri dan memohon, “Soal perhiasan perusahaan kami palsu itu tuduhan palsu. Sama sekali nggak ada hal seperti itu. Ada orang sengaja menyiksa ak
Ada banyak keributan di luar. Sementara itu, Tasya yang merupakan tokoh utama dalam insiden ini sama sekali tidak tahu situasi di luar. Dia tidak tahu kalau pamannya membantunya melampiaskan amarah, dia juga tidak tahu kalau keluarga Rani akan bangkrut.Tasya dalam suasana hati yang buruk. Dia juga tidak ingin ke mana-mana. Karena itu, dia mengundang Sonia untuk ke rumahnya dan menemaninya.Sonia pergi ke sana dengan taksi. Hanya ada Tasya dan neneknya di rumah. Sang nenek sedang menonton drama di ruang tamu. Begitu melihat Sonia datang, dia langsung menyambut dengan ramah, “Sonia.”“Halo Nenek,” sapa Sonia sambil tersenyum.“Ayo ke sini.” Lysa menjawab dengan gembira. Dia menepuk kursi di sampingnya dan meminta Sonia duduk. Kemudian, dia bertanya, “Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?”Sonia mengangguk, “Baik, Nenek.”Lysa berkata dengan lembut, “Aku dengar dari Tasya kamu kerja paruh waktu untuk bayar uang kuliah. Benar-benar anak yang baik dan pintar. Kalau ada waktu luang sering-seri
Sonia melengkungkan bibirnya, “Kalau begitu apa yang kamu punya?”Tasya tertegun sejenak. Bola matanya berputar, lalu dia berkata perlahan, “Beberapa hari lagi aku ulang tahun.”Sonia tersenyum, “Bukankah ini kesempatan bagus?”***Mendekati tengah hari, Lysa menyuruh ART memanggil Tasya dan Sonia turun ke bawah. Sonia juga hendak pamit, karena itu dia turun bersama Tasya.Begitu sampai di bawah, Lysa menyapa mereka sambil tersenyum, “Ayo sini, bantu aku lihat-lihat. Di antara orang-orang ini mana yang paling cantik? Bantu om-mu pilih istri.”Sonia awalnya hendak berpamitan. Begitu mendengar ucapan Lysa, kaki Sonia seketika diam tak bergerak.Sedangkan Tasya sudah menghampiri sang nenek, lalu melihat foto-foto di tangan neneknya sambil mengerutkan kening. Kemudian, dia berkata, “Nenek, sudah zaman apa ini? Nenek masih saja lihat foto untuk pilih menantu? Bukannya Nenek bilang pikiran Nenek sudah maju? Apakah hal kolot seperti ini adalah sesuatu yang akan dilakukan Nenek?”Lysa tertawa
Reza melirik Sonia sekilas, lalu tersenyum tipis, “Oh ya?”Lysa menunjukkan foto putri dari keluarga Atmojo kepada Reza, “Aku rasa yang ini bagus. Lulusan Kibau University, baru saja kembali ke Jembara. Sonia juga bilang gadis ini cantik. Coba kamu lihat sendiri.”Reza mengambil foto itu dan melihatnya sedikit lebih lama. Kemudian, dia mendongak dan bertanya pada Sonia, “Bu Sonia merasa gadis ini cocok sama aku?”Jantung Sonia spontan berdebar kencang. Namun, dia hanya bisa mempertahankan wajah yang tenang dan mengikuti kata-kata Lysa, “Aku rasa dia sangat cantik.”Mata Reza yang hitam pekat menatap Sonia dengan penuh arti, lalu dia tertawa pelan, “Dia baru saja lulus kuliah, lebih muda lima atau enam tahun dariku. Memangnya dia nggak akan merasa aku terlalu tua untuknya?”Sonia yang ditanya langsung oleh Reza hanya bisa memberanikan diri berkata, “Selama kalian cocok, usia bukanlah masalah.”Reza terus bertanya, “Yang bagaimana baru bisa dianggap cocok?”Tasya merasa tidak tahan melih
ART sudah menyiapkan makanan. Sonia tidak punya pilihan selain tinggal untuk makan bersama. Selagi semua orang mengganti topik pembicaraan, Sonia pergi bersembunyi di kamar mandi. Dia segera menarik napas panjang.Secara logika, Sonia adalah istri sah Reza. Sekalipun dia ketahuan oleh keluarga Herdian juga tidak masalah. Akan tetapi, hati nuraninya merasa bersalah. Dia takut Lysa akan mengetahui sesuatu.Namun, Reza selalu memberinya isyarat secara implisit. Seolah-olah pria itu tidak takut ketahuan orang lain.Sonia membuka keran dan membasuh wajahnya. Saat dia menundukkan kepala, dia mendengar pintu berderak di belakangnya. Karena itu, dia mengusap wajahnya dan mendongak. Kemudian, dia tercengang ketika melihat sosok di cermin.Pria itu sedang bersandar di pintu kayu dan menatapnya dengan santai. Sonia langsung berbalik dan menatap pria itu dengan mata melebar. Bukankah pria itu terlalu berani? Sonia sedang berada di kamar mandi lantai pertama. Sedangkan Lysa dan Tasya ada di luar.
Saat makan, Lysa kadang-kadang bertanya pada Sonia hal-hal yang berkaitan dengan kuliahnya. Sonia akan membawa topik kembali ke Tasya tanpa mereka sadari, supaya Tasya lebih banyak mengobrol dengan neneknya.Reza mengetahui niat Sonia. Pria itu mengangkat sudut bibirnya sedikit ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Sonia.Sonia segera mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap terlihat tenang, tapi otaknya otomatis menjadi tegang.Untung saja, Reza tidak menyulitkannya. Pria itu hanya makan sendiri dengan tenang. Hanya saja, saat ART menyajikan makanan penutup, Reza secara alami mengambilnya dan meletakkannya di tempat yang paling dekat dengan Sonia tanpa disadari orang lain.Saat mereka hampir selesai makan, Reza tiba-tiba bertanya dengan datar, “Bu Sonia nanti mau ke mana? Kebetulan aku juga mau keluar. Aku bisa antar kamu sekalian.”Sonia mendongak dan berkata dengan sungkan, “Nggak usah. Aku naik taksi saja.”“Cari taksi di sini nggak gampang. Lebih baik biar Om Reza antar
Sistem bongkar muat barang di dermaga menggunakan mesin. Namun, ada juga beberapa perusahaan pengangkutan terdekat yang bisa membantu pemilik barang mengangkut barang berharga atau membantu menjaga barang.Jordan mempekerjakan orang-orang dari perusahaan bongkar muat. Orang-orang itu telah hidup di dermaga sepanjang tahun. Kebanyakan dari mereka adalah preman yang bisa melakukan apa saja demi uang.Sebelum memasuki dermaga, dari kejauhan sudah terlihat dua kelompok orang berdiri saling berhadapan di jalan raya. Orang di seberang mungkin orang dari perusahaan pengangkutan. Mereka bertelanjang dada dan memperlihatkan tato mereka. Masing-masing memegang tongkat di tangannya, dengan wajah penjahat nekat yang kejam dan tidak peduli.Sedangkan orang-orang di sebelah sini adalah orangnya Reza. Mereka semua memiliki tubuh yang kuat dan temperamen yang dingin.Ada sekitar tiga atau empat orang tergeletak di tanah. Mereka semua tampaknya berasal dari perusahaan pengangkutan.Mobil berhenti, Reza
Raut wajah Yandi sangat dingin dan menakutkan. Matanya penuh dengan tatapan jahat. Dia menatap Sonia sebentar lalu berkata perlahan, “Maaf, Pak Reza, hari ini sudah menyinggungmu.”Usai berkata, Yandi berkata pada teman-temannya, “Bawa Leon dan yang lain pergi.”Orang di sebelah terkejut dan bingung. Dia pun bertanya pada Yandi dengan tidak percaya, “Bang Yandi, apa maksudmu?”“Kembali dan tarik semua orang di Dermaga 14.” Yandi hanya mengucapkan satu kalimat tanpa menjelaskan apa pun. Dia menatap Sonia dengan dingin, lalu berbalik dan pergi.Sedangkan yang lainnya masih tampak bingung. Mengapa mereka mundur begitu saja? Namun, mereka tidak berani tidak mematuhi perkataan Yandi. Mereka segera mengangkat orang yang terkapar di tanah dan mengikuti Yandi pergi.Sementara itu, orang-orang Reza saling memandang satu sama lain. Beberapa saat yang lalu, Yandi dan yang lainnya masih terlihat siap mati. Mengapa sekarang mereka pergi begitu saja?Robi mengerutkan kening, “Ada apa ini?”Romi tert
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin