Satu hari sebelum semester baru dimulai, Sonia baru kembali ke Jembara.Ketika kembali ke kampus, Yeni dengan semangat tinggi menceritakan pengalaman liburan ke luar negerinya. Setelah rapat di kelas, Sonia membantu pihak kampus untuk mempersiapkan acara penyambutan mahasiswa baru ….Beberapa hari ini dilewati Sonia dengan sangat sibuk.Pada hari Kamis, Tandy menelepon Sonia, “Sabtu nanti, kamu datang jam berapa?”Sonia tahu Tandy takut dia tidak akan pergi mengajarnya lagi, makanya Tandy meneleponnya. “Di tempat biasa, jamnya juga seperti biasa,” ucap Sonia sambil tersenyum. “Kita berusaha bersama, ya. Kita usahakan dapat nilai bagus lagi!”Tandy membalas dengan nada meremehkan, “Beberapa hari ini kamu kebanyakan nonton berita, ya?”Sonia terdiam.Hanya saja, balasan Sonia sudah menenangkan hati Tandy. Tandy mengingatkan Sonia jangan sampai terlambat bangun, lalu langsung mematikan panggilan.Malam harinya, Kelly memanggil Sonia untuk makan di rumahnya. Kelly berkata dengan ragu, “So
Sonia melihat si wanita dengan terbengong. Sebelumnya Hana sering mengungkit nama Gina. Namu, Sonia sungguh tidak menyangka ternyata Gina yang dimaksud adalah seorang selebritas yang cukup terkenal itu.Bukannya Sonia mengikuti perkembangan dunia hiburan, tapi siapa pun pasti kenal dengan artis papan atas yang bernama Gina itu!Gina tersenyum ramah, lalu mengulurkan tangannya ke sisi Sonia. “Senang bisa berkenalan denganmu. Dengar-dengar nilai ujian Tandy meningkat drastis setelah diajari kamu. Ternyata selain berbakat dalam mengajar, Bu Sonia cantik juga, ya!”Sonia bersalaman dengan Gina, lalu berkata, “Terima kasih atas pujiannya!”Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Diana. “Tandy di atas, ya? Aku naik dulu, ya.”Diana membalas, “Pergi sana, Tandy sudah menunggumu!”Sonia mengangguk, lalu berpamitan dengan Lysa dan Gina.Reza terus menundukkan kepalanya untuk mengotak-atik ponselnya.Setelah Sonia berjalan pergi, Gina tersenyum pada Reza. “Aku pergi ke ruang bacamu untuk cari
Es krim diletakkan di hadapan Sonia. Saat Sonia hendak mengambilnya, terdengar suara ketus Reza. “Simpan!”Pelayan melihat raut wajah galak Reza, dia pun langsung membawa pergi es krim di atas meja.Gina melirik Reza sekilas, lalu berkata dengan suara kecil, “Jangan begitu, nanti Bu Sonia bakal terkejut.”Kemudian, Gina langsung menatap Sonia. “Maaf, ya, Reza memang orangnya agak temperamen. Kamu jangan masukin ke hati, ya. Kita minum jus saja. Camilan buatan pelayan rumah juga enak-enak. Kamu jangan sungkan!”Sonia hanya tersenyum. Dia tidak tahu apakah dirinya harus berterima kasih kepada Gina atau tidak.Saat ini ponsel Gina berdering. Dia mengeluarkannya, lalu berkata pada Reza, “Telepon dari Kak Bella, aku angkat dulu.”Gina lalu pergi ke luar taman.Sekarang hanya tersisa Reza dan Sonia di dalam ruang tamu. Sonia merasa sangatlah canggung.Reza mengambil sepotong kue cokelat, lalu mulai menyantapnya. Seketika dia refleks mengernyitkan keningnya, kenapa dia bisa suka makan makanan
Sonia mengangguk. “Fernando memang sangat unggul. Dia pasti akan menemukan orang yang dia sukai.”Diana tersenyum dengan lembut. “Hari ini aku hanya ingin menjelaskan masalah ini sama kamu. Aku harap kamu tidak keberatan.”Sonia menjawab, “Nggak, kok. Bu Diana sudah berpikir kebanyakan.”“Baguslah kalau begitu!” Nada bicara Diana semakin lembut lagi. “Nanti siang kamu makan bersama kamu saja. Tandy sudah lama nggak ketemu sama kamu, kalian bisa ngobrol bersama. Tasya lagi pergi nonton pertunjukan balet, dia juga akan segera kembali.”“Nggak usah, Bu. Kalian lagi kedatangan tamu. Aku nggak enak untuk ganggu kalian.” Sonia berdiri. “Kalau begitu, aku pamit dulu, ya!”“Oke, hati-hati di jalan!” Diana mengantar Sonia keluar.Saat ini Reza sedang berdiri di depan jendela lantai tiga. Dia melihat Sonia berjalan memasuki mobil hingga mobil melaju pergi. Perasaannya sangat kacau sekarang.Beberapa saat kemudian, Gina datang mencari Reza. “Kenapa malah ke atas? Aku cariin ke mana-mana, lho! Mak
Sonia menatap Ranty dengan kedua mata terbelalak. Dia merasa gara-gara Ranty putus dengan Matias, Ranty malah melampiaskan ketidakpuasannya kepada dirinya.Emily mengenal Sonia, dia pun berkata dengan penuh keyakinan. “Hanya butuh setengah jam saja.”Ranty mengangguk. “Aku mau semua orang terkejut ketika melihat kecantikannya!”Emily membuat isyarat tangan oke. “Serahkan saja sama aku!”Sonia hanya terdiam saja.Setengah jam kemudian, Sonia duduk di depan meja rias. Dia melihat Emily mengambil beberapa kalung berlian sambil bercermin.Sonia mendorong tangan Emily. “Nggak usah, aku nggak terbiasa pakai kalung.”Ranty bersandar di meja sambil memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. “Tulang selangka Sonia sangat indah. Kalau pakai kalung, malah akan ketutup.”Emily baru menyadarinya. “Pantas saja aku merasa kalung ini nggak cocok sama Bu Sonia.”Ranty memilih aksesori dari dalam kotak. Pada akhirnya, dia memilih sepasang anting-anting berlian yang berwarna merah muda, lalu memakaikanny
Tiba-tiba Sonia teringat ucapan Gina ketika di Kediaman Herdian tadi. Gina mengajak Jason dan yang lainnya berkumpul bersama. Hanya saja, Sonia tidak menyangka mereka akan bertemu di Altena.Sonia terpaksa menghentikan langkahnya, lalu membalas senyuman Jason. “Kak Jason!”Hati Reza seketika berdegup kencang ketika melihat gadis di hadapannya. Tatapannya semakin tajam, dan keningnya semakin berkerut. Seingat Reza, Sonia sangat jarang mengenakan terusan. Jujur saja, penampilan Sonia hari ini cantik sekali dan agak seksi.Kenapa Sonia berpakaian seperti ini di klub? Reza menyadari ada banyak lelaki yang sedang mengintipnya. Itulah alasannya Reza merasa kesal!Gina memakai topi dan juga masker. Dia berkata, “Bu Sonia lagi kumpul bareng teman, ya? Kebetulan kali, ya!”Sonia mengangguk.Jason mengamati Sonia sekilas, lalu melirik ke sisi Reza. Dia berpikir, sekarang Gina sudah pulang, apa itu berarti mereka berdua sudah putus?Ranty melirik Gina dan Reza sekilas, lalu berkata, “Ternyata Pak
Gina terdiam membisu.Ranty terlihat sangat penasaran. Meski Gina merasa kesal, dia juga tidak mungkin menunjukkan kekesalannya di depan orang banyak. Hanya saja, kata “berumur” sangatlah sensitif bagi wanita. Gina pun hanya bisa tersenyum paksa saja.“Kalau ada yang cocok, aku tentu akan mempertimbangkan masalah pernikahan.”“Dari ucapan Nona Gina, sepertinya kamu sudah punya calonnya, ya?”Gina seperti sedang diwawancarai awak media saja. Dia melirik ekspresi Reza, lalu membalas, “Maaf, ini menyangkut masalah pribadiku. Aku nggak ingin bahas terlalu banyak.”Ranty tersenyum tanda dirinya mengerti. “Oke, oke, aku mengerti!”Saat Reza mengambil rokok, dia tanpa sengaja melirik ke sisi Sonia. Sonia terlihat sedang menundukkan kepalanya. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu.Tak lama kemudian, semuanya sudah berpencar. Ada yang pergi mengobrol, dan ada yang pergi bermain kartu poker.Jason duduk di samping Reza. Dia menatap Gina yang sedang membuka musik, lalu menatap Sonia yang se
Baru saja Gina hendak mengiakan, Reza tiba-tiba berkata, “Kenapa kamu asal membagi tim? Nggak profesional.”Selesai berbicara, Reza mengeluarkan dua lembar kartu hitam dan dua lembar kartu merah, lalu mengocok dan membalikkan kartu ke atas meja. “Semua orang pilih satu, yang warnanya sama satu tim.”Ranty pun tersenyum. “Kalau begitu, aku duluan!” Dia mengambil satu kartu dari empat kartu di atas meja. Dia masih belum mengumumkan warna kartunya.“Bu Sonia, giliran kamu!” Gina menatap Sonia.Sonia mengangguk. Sekarang Sonia memilih satu lembar dari tiga kartu.Ketika hanya tersisa dua kartu, Reza berkata pada Gina, “Kita nggak usah pilih lagi. Ini punyamu!”Selesai berkata, Reza langsung menyerahkan satu lembar kartu kepada Gina, lalu sisanya untuk dirinya sendiri.Mereka berempat membuka kartu secara bersamaan. Kartu Ranty berwarna hitam, dan Gina juga berwarna hitam. Tidak perlu ditebak lagi, kartu merah berada di tangan Sonia dan juga Reza.Saat Sonia mengangkat kepalanya, kebetulan
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin