Jantung Nancy langsung berdegup kencang. Melvin sudah mengajaknya bertemu untuk beberapa kali, tapi Nancy tidak menunjukkan sikapnya. Hubungan mereka tidak tergolong jauh dan tidak tergolong dekat. Jangan-jangan Melvin ingin mengutarakan perasaannya?Wajah Nancy spontan merona lantaran tersipu malu. Dia merangkai kata-kata, lalu melontarkannya dengan tulus, “Sebelumnya ayahku bawa aku menghadiri acara amal. Aku pernah melihat Reza dari kejauhan. Dia memang tampan dan juga kaya, tapi ….”Nancy seketika tersenyum. “Aku merasa Tuan Melvin lebih baik daripada dia. Kalau aku disukai kalian berdua, tentu saja aku akan memilih Tuan Melvin!”Melvin tersenyum, lalu menundukkan kepalanya sambil mengaduk teh merah di gelasnya. Dia pun bergumam, “Padahal Nancy saja bisa buat pilihan, kenapa dia nggak bisa?!”“Apa?” tanya Nancy.“Nggak kenapa-napa!” Melvin bersandar di sofa, dan memandang ke luar jendela.Hati Nancy spontan berdetak kencang. Dia melirik sekilas, lalu memanggil dengan suara pelan, “
Tak lama kemudian, Bondan menyuruh wanita itu pergi duluan. Dia duduk di seberang Jason, lalu bertanya dengan tersenyum, “Kenapa? Ada masalah?”Jason menatap Bondan dengan tatapan sinis. “Kalau kamu suka sama Kelly, jangan berhubungan dengan cewek lain lagi. Jangan goda cewek lain! Kalau nggak, jangan dekati Kelly!”Bondan menunjukkan ekspresi kaget. “Kenapa? Apa Kelly nggak kasih tahu kamu?”“Kasih tahu apa?” Jason mengerutkan keningnya.Bondan menyalakan sebatang rokok, lalu berkata, “Kelly sudah terus terang sama aku. Dia nggak suka sama aku, bahkan nggak akan berteman sama aku. Aku juga sudah janji untuk nggak ganggu dia lagi!”Ucapan Bondan sungguh mengejutkan Jason. “Kenapa bisa begitu? Kamu utarain perasaanmu sama dia?”“Padahal aku belum sempat utarain perasaanku, aku pun sudah ditolak mentah-mentah!” Bondan tersenyum getir, lalu menjelaskan semua yang terjadi waktu itu.Jason berpikir sejenak. “Kejadian minggu lalu?”Bondan mengangguk. “Iya, minggu lalu. Gimana kamu bisa tahu?
Bondan segera menjawab, “Aku nggak sanggup. Aku lebih suka cewek yang penurut dan lembut!”Johan mengangkat-angkat bahunya tanda dirinya merasa tidak berdaya. “Sekarang kalian sudah tahu. Nanti jangan sindir kami lagi, jangan bikin aku makin canggung lagi!”“Iya, tenang saja!” Bondan menjamin.Di ruang sebelah, ada beberapa wanita sedang duduk di sofa. Mereka semua adalah teman-teman wanita yang datang bersama dengan Yusa dan yang lainnya. Dandanan mereka semua sangatlah cantik bagai boneka saja.Tere mulai memperkenalkan mereka kepada Frida. Frida menyapa mereka, lalu duduk di sofa paling ujung.Salah seorang wanita yang bernama Isabella bertanya pada Tere. “Tere, hari ini Kak Gina datang nggak?”“Seharusnya sih datang!” Baru saja Tere membalas, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia melirik sekilas, lalu memperlihatkannya kepada yang lain. “Baru saja dibahas, ini Kak Gina telepon!”Tere segera mengangkat panggilan. “Kak Gina!”Gina berkata dengan tersenyum, “Tere, kalian semua sudah samp
Si wanita hanya berani menggosip Sonia di belakang saja. Hanya saja, dia tidak berani benar-benar menyinggung Sonia. Sebab, mereka tahu ada Reza yang akan melindunginya! Jangankan mereka, bahkan pacar mereka juga tidak berani bersikap lancang di hadapan Sonia!Frida tidak memarahi Tere, dia hanya memelototinya, lalu berjalan meninggalkan ruangan!Setelah Frida meninggalkan ruangan, Isabella bertanya pada Tere, “Tadi kamu bilang dia itu pacarnya Johan?”Johan dan Gina memiliki hubungan yang cukup baik. Jadi, mereka merasa Frida seharusnya berada di pihak Gina. Siapa tahu Frida malah akan membela Sonia?Apa yang terjadi?Tere berbicara dengan gugup, “Mana aku tahu? Dia datang sama Johan, dan aku dengar sendiri kalau dia bilang dia itu pacarnya Johan!”Isabella juga sedikit gugup. “Jangan-jangan dia bakal aduin kita kepada Sonia?”Wajah Tere langsung berubah muram. “Siapa suruh kamu sembarangan bicara? Kenapa kamu nggak bisa jaga mulutmu!”Kedua mata Isabella langsung terbelalak. Memangny
Sonia tidak berbicara. Frida melirik Johan sekilas, lalu memerintah, “Ambil beberapa botol air ke sini!”Johan terlihat agak kaget. “Kamu lagi perintah aku? Kamu kira kamu itu pacarku?”Frida mengeluarkan ponsel untuk memotretnya. “Kamu boleh bersikap kurang ajar. Silakan! Tapi bagaimana kalau aku kirim foto kamu kepada Bi Maria?”Raut wajah Johan langsung berubah. Dia mengepal erat tangannya, lalu segera mengangguk. “Frida, kamu menang kali ini!”Selesai berbicara, Johan langsung pergi mengambil minuman.Kelly bertanya dengan penasaran, “Frida, gimana ceritanya kamu bisa jadian sama Tuan Johan?”Frida meletakkan ponselnya, dan berkata, “Dia kurang kerjaan ingin diberi pelajaran. Kebetulan belakangan ini aku lagi nggak ada kerjaan.”Sonia melirik Frida sekilas, lalu menatap pemandangan malam di luar pagar. Dia pun tersenyum.Tiba-tiba ponselnya berdering. Sonia melihat sekilas, lalu berdiri ke sisi pagar untuk mengangkat panggilan. “Ranty!”“Sonia, malam malam bareng yuk? Aku kangen ba
“Penggemarmu bahkan rela kasih bunga pemberian pacarnya sendiri, sepertinya dia itu penggemar beratmu!” Johan menunjukkan ekspresi mengaguminya.Tere, Isabella, dan yang lainnya datang mengerumuni Gina untuk menyapanya.Berhubung semua orang sudah hadir, mereka pun mulai makan, lalu bermain kartu dan bernyanyi. Suasana di dalam ruangan seketika menjadi ramai.Gina duduk di samping Reza, lalu bertanya dengan tersenyum, “Besok siang aku berencana ke rumahmu untuk kunjungi Bibi. Besok kamu di rumah, ‘kan?”“Nggak,” balas Reza dengan singkat.Kedua mata Gina langsung berkilauan. “Bukannya besok libur? Memangnya ada kerjaan di kantor?”Reza langsung menjawab, “Bukan, Sonia mau pulang ke rumah kakeknya. Aku mau antar dia!”Senyuman di wajah Gina spontan terkaku. “Sepertinya kamu sudah terlalu baik sama dia. Masa kamu turun tangan buat antar guru bimbel Tandy pulang ke rumah kakeknya. Kenapa nggak suruh sopir saja?”“Aku ingin antar dia!” balas Reza dengan terus terang.Gina terbengong hingga
Jason lanjut berkata, “Meskipun kamu berencana untuk maafin Chelsea, dan berencana nggak permasalahin masalah itu lagi, mereka juga nggak bisa kabur dari jeratan hukum. Mereka sudah pasti akan dipenjara!”“Aku nggak akan maafin dia!” Terlintas ekspresi galak di wajahnya.Jason menyadari tubuh Kelly sedang gemetar. Dia pun mengerutkan keningnya. Tiba-tiba Jason merasa menyesal untuk memberi tahu semua ini kepadanya. Kali ini Jason merendahkan nada bicaranya mencoba untuk menenangkan Kelly. “Mulai sekarang polisi nggak akan cari kamu lagi. Aku akan bantu kamu tangani masalah selanjutnya. Semuanya sudah berlalu, nggak usah dipikirkan lagi!”Kelly langsung menatap Jason. Dia menyadari betapa lembut dan tajam tatapan lelaki di hadapannya. Detak jantungnya spontan berdegup kencang. Kelly lekas mengalihkan tatapannya, lalu membalas, “Terima kasih, Kak Jason. Aku terus berutang budi sama kamu!”“Semua ini bisa terjadi juga gara-gara aku. Kamu nggak berutang apa-apa sama aku. Hanya saja, aku b
Frida mengangkat-angkat alisnya, lalu berbicara dengan santai, “Aku benar-benar nggak nyangka! Aku kira anak tamatan Kibau University sangat berpendidikan, ternyata ada pengecualiannya!”Amarah Johan langsung membara. Kalau bukan karena ada banyak orang di sekitar, sepertinya dia ingin mengajukan putus dengan Frida!Johan pasti sudah gila! Makanya dia baru setuju untuk pura-pura berpacaran dengan Frida!Gina segera berkata, “Sudah, jangan berantem lagi! Johan, apa kamu nggak bisa ngalah? Dia itu pacarmu!”Johan tersenyum sinis.Sonia memberi isyarat mata kepada Frida, menyuruhnya untuk jangan berbicara lagi.…Saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam, akhirnya mereka semua berpamitan dan bubar.Reza juga dengan terang-terangan mengajak Sonia untuk menaiki mobil, sekaligus mengantar Kelly pulang.Sonia berpamitan dengan Frida, Jason, dan yang lainnya. Saat memalingkan kepalanya, Sonia menyadari tatapan sinis Gina. Dia terlihat sangat geram saat ini.Namun, Sonia tidak menghiraukannya,
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak