Jason berjalan mendekati Reza. Dia pun tersenyum ketika melihat Reza bagai kehilangan arwah itu. “Sonia pulang ke rumahnya?”“Emm.” Reza mengangguk. “Dari semalam.”“Baru saja pulang sehari, kamu malah seperti kehilangan arwah saja?” sindir Jason. “Waktu itu siapa yang bilang cuma ingin main-main sama dia?”Tatapan Reza berubah tajam. Setelah mendengar ucapan Jason, dia pun menertawakan dirinya sendiri. “Apa daya? Siapa suruh dia imut sekali?!”Reza tidak tahu sejak kapan dia bersikap serius terhadap Sonia. Dia juga tidak tahu kenapa Sonia selalu terbayang-bayang di benaknya. Reza sempat berusaha mengendalikan perasaannya, tapi pada akhirnya dia malah merasa tersiksa.Jason tersenyum. Dia pun tidak lagi menyindir Reza. Dia melirik Gina sekilas, lalu menghela napas. “Kalau kamu suka sama Sonia, jelaskan sama Gina.”Reza mengerutkan keningnya. “Bahkan kamu saja sadar kalau aku suka sama Sonia, ‘kan?”“Emm!” balas Jason tanpa ragu sama sekali.“Kalau semuanya bisa sadar, seharusnya Gina j
Sonia duduk di taman sejenak. Setelah langit sudah hampir gelap, dia baru mengayuh sepedanya kembali ke rumah.Setibanya di rumah, tampak Indra sedang sibuk mempersiapkan makan malam.Sementara itu, Jemmy pun menunggu Sonia untuk makan malam bersama. Semua masakan hari ini adalah makanan kesukaan Sonia.Sonia dan kakaknya sudah tidak memiliki orang tua lagi, sedangkan Kakek Jemmy juga tidak bisa bersikap sangat perhatian terhadap mereka. Boleh dikatakan bahwa Kakek Jemmy sama sekali tidak mengurus mereka. Hanya saja, Jemmy selalu mengingat semua hobi dan makanan kesukaan kedua cucunya. …Selesai makan, Sonia menemani Jemmy duduk di taman sejenak. Saat waktu menunjukkan hampir pukul sembilan malam, Sonia baru kembali ke kamar.Sonia mengeluarkan ponselnya, tapi dia tidak menemukan pesan dari Reza.Kali ini Sonia merasa agak aneh. Biasanya Reza akan selalu menghubunginya setiap satu atau dua jam sekali. Namun, sejak panggilan video tadi sore, Reza malah tidak mencarinya lagi.Apa mungki
Sonia menyandarkan kepalanya di atas dada Reza. Kemudian, kedua tangannya meremas jaket Reza dengan erat. Satu-satunya hal yang ingin dilakukan Sonia saat ini hanyalah memeluk lelaki di hadapannya.Beberapa saat kemudian, Reza menempelkan wajahnya di samping wajah Sonia. “Kita pergi ke rumahmu atau di hotel?”Sonia terdiam sejenak, lalu membalas dengan suara kecil. “Hotel.”Reza spontan tersenyum, dan detak jantungnya berdegup kencang. Dia langsung menggendong Sonia, membawanya ke dalam mobil.Sonia merasa agak canggung. Dia berusaha meronta. Untung saja sekarang sudah larut malam. Tidak banyak mobil yang lewat.Reza memegang setir mobil dengan satu tangan, lalu memalingkan kepalanya untuk bertanya, “Apa kata kakekmu ketika tahu kamu keluar malam-malam?”Sonia mengedipkan matanya. “Aku keluarnya diam-diam!”Reza pun tersenyum. “Bagaimana kalau dicari kakekmu?”“Dia sudah tidur, nggak mungkin akan menyadarinya. Besok pagi aku akan diam-diam kembali ke rumah,” balas Sonia dengan serius.
Sewaktu pergi, Reza pun memeluk Sonia lagi, dan berpesan untuk pulang di siang hari.Setelah Sonia masuk ke dalam lift, dia baru menghela napas panjang. Dia spontan mengangkat kepalanya, melihat wajahnya dari cermin di dalam lift. Bibirnya sudah membengkak dan kedua pipinya sangat merona ….Sonia tertegun sejenak. Hatinya seketika bergejolak, dan kedua telinganya mulai memerah.Setelah keluar hotel, Sonia pergi membeli kue isi telur untuk Kakek.Meskipun sudah tidak cocok untuk dijadikan sarapan, Sonia tetap membelikan pesanan Kakek. Kalau tidak, dia pasti akan dimarahi nantinya!Setelah pulang ke rumah, Jemmy melihat bungkusan kue di tangan Sonia. Dia sengaja berlagak marah, lalu bertanya, “Kamu beli makan siang?”Sonia merasa canggung. Dia pun tertawa untuk menyembunyikan rasa canggungnya. “Aku masih belum sarapan. Kakek temani aku sarapan bareng, ya.”Indra mengambil bungkusan dari tangan Sonia, lalu berkata, “Pak Jemmy juga masih belum makan. Dia lagi nungguin Nona!”Jemmy tersenyu
“Sonia, aku suka sama kamu!” Suara Reza terdengar serak.“Emm!” balas Sonia. Kemudian, dia memejamkan matanya mengecup Reza dengan penuh konsentrasi.…Pada jam tiga sore, mereka berdua baru meninggalkan hotel, dan bergegas ke bandara. Mereka kembali ke Jembara dengan menaiki pesawat pribadi Reza.Setelah satu jam penerbangan, akhirnya mereka tiba di Jembara. Saat ini Robi sudah menunggu di luar bandara. Kemudian, mereka diantar pulang ke Imperial Garden.Reza mengusulkan untuk makan malam di restoran Kak Widya. Sonia berpikir sejenak, lalu berkata, “Sudah lama nggak makan mi di dekat kampus. Bagaimana kalau kita makan mi saja?”“Makan mi?” Reza mengangkat-angkat alisnya.Sonia memiringkan kepalanya sambil tersenyum. “Kali ini aku yang traktir!”Reza langsung membalas, “Oke!”Jalan Antik tidaklah jauh dari Imperial Garden. Jadi, mereka berdua pergi dengan berjalan kaki.Sewaktu melewati swalayan, Reza menyuruh Sonia untuk menunggunya sebentar. Beberapa menit kemudian, Reza pun keluar d
Saat mereka sedang mengobrol, bos kedai mi datang menyajikan mi seafood ke hadapan Reza. Dia lalu berbicara dengan sangat ramah, “Kamu bisa taruh cabai dan cuka sesukamu!”Reza mengangguk. “Terima kasih!”Pemilik kedai diam-diam mengacungkan jempol kepada Sonia. Kemudian, dia mulai menyibukkan diri di dalam dapur.Sonia berkata, “Ini garpunya, aku pergi ambil sendok dulu.”Sendok diletakkan di dalam tempat pengeringan. Sonia pun pergi mengambilnya.Baru saja Sonia berjalan beberapa langkah, masuk dua orang wanita ke dalam kedai. Sepertinya mereka juga adalah mahasiswi Jembara University. Begitu masuk, tatapan mereka langsung tertuju pada diri Reza. Mereka berdua bertukar pandang, lalu berjalan ke sisi Reza untuk bertanya, “Halo, di sini sudah nggak ada meja kosong lagi. Apa kita boleh gabung?”Reza mengangguk. “Boleh!”Kedua wanita segera duduk, lalu terus mengintip Reza. Si cewek lalu memberi isyarat mata kepada temannya yang berambut pendek. Si teman yang berambut pendek langsung te
Sonia mengeluarkan bonbon lolipop tadi, lalu mengemutnya. Dia tiba-tiba teringat dulu dirinya menggunakan film horor untuk mengobati insomnia Reza. Sonia memalingkan kepalanya, lalu bertanya, “Belakangan ini kamu masih insomnia nggak?”Reza melirik Sonia. “Memangnya kamu nggak tahu apa aku masih insomnia atau nggak?”Seketika Sonia merasa canggung. “Kenapa tiba-tiba sudah bisa tidur lagi?”Reza menatap layar kaca, lalu berkata, “Aku pernah nanya dokter. Katanya sebelumnya aku nggak bisa tidur karena tubuhku terlalu panas.”Sonia terbengong sejenak baru merespons. Wajahnya seketika merona. Dia sungguh curiga apakah itu jawaban dari dokter atau bukan.Topik seperti ini tidak cocok untuk dilanjutkan lagi. Sonia pun tidak berbicara lagi, lalu pergi memadamkan lampu.Ruangan seketika berubah gelap. Hanya tersisa cahaya televisi saja. Ekspresi wajah Reza langsung berubah tegang. Dia spontan melirik ke sisi Sonia. “Ngapain lampunya ditutup?”Sonia menjelaskan, “Biar ada suasana seperti di bio
Padahal Sonia sedang menonton dengan serunya. Belum sempat Sonia terkejut oleh wanita di dalam televisi, dia malah duluan dikejutkan oleh Reza!Reza memegang wajah Sonia, lalu mengecupnya dengan penuh konsentrasi.Sonia juga tidak tahu apa yang sudah terjadi di dalam film tadi. Hanya saja, suara jeritan masih terdengar dari dalam televisi. Sonia memutar matanya berusaha untuk mengintip, tapi Reza malah menghalangi dengan tangannya. Kemudian, Sonia pun ditindih di atas sofa sambil dikecup Reza.Reza mengulurkan tangannya mengambil remot untuk mematikan televisi. Suara jeritan seketika tidak terdengar lagi.Ruang tamu spontan menjadi gelap. Hanya terdapat sedikit pancaran cahaya dari luar jendela. Sonia membalas pelukan Reza. Tiba-tiba Sonia teringat sesuatu, dan dia pun tertawa. “Reza, apa kamu takut?”Bibir yang sedang mencium leher Sonia seketika terkaku. Reza berkata dengan napas terengah-engah, “Kelak jangan nonton film seperti ini lagi!”“Ternyata kamu bisa takut juga?”Sonia mera
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin