Ketika menyadari kedatangan Reza, Darren spontan berdiri, lalu mengangkat ubi di tangannya. Saking tegangnya, Darren jadi terbata-bata, “Pak … Pak Reza … mau makan ubi, nggak?”“Terima kasih, tidak usah!” ucap Reza dengan santai, “Kalian makan saja!”“Aku sudah selesai makan!” Darren lekas meletakkan ubi dan berlari pergi.Reza duduk di bangku sebelah, lalu menatap Sonia dengan tersenyum. “Sudah bosan makan kacang, sekarang jadi makan ubi?”Tampak senyuman di dalam tatapan Sonia. “Dibeli sama anggota kru. Aku orangnya juga nggak pemilih, dikasih apa makan apa.”“Dasar!” Reza mencubit hidungnya.Sonia menggigit ubi sambil bertanya, “Kamu nggak sibuk? Sebenarnya kamu nggak usah sering kemari. Sekarang aku baik-baik saja. Semua orang di lokasi syuting baik banget sama aku!”Reza mengerutkan keningnya. “Kenapa? Kamu tidak suka?”“Kalau kamu datang terus, gimana kalau sampai kepergok ….” Ucapan Sonia pun terhenti.Raut wajah si lelaki semakin serius lagi. “Memangnya kenapa kalau kepergok? A
“Aku juga tidak bisa makan lagi. Nanti aku akan batalkan orderannya. Kamu pergi sana!” Si lelaki memegang payung, lalu bergegas masuk ke dalam gedung.Kelly terbengong. Dia menyeka air hujan di wajahnya, dan hanya bisa kembali.Baru saja Kelly berjalan dua langkah, tiba-tiba kepalanya kliyengan, Kelly pun langsung jatuh ke lantai.Lantai dipenuhi dengan genangan air hujan. Kotak makanan juga sudah ditetes dengan rintik-rintik hujan.Belum sempat orang yang memesan makanan berjalan masuk ke gedung, dia menyadari Kelly jatuh pingsan. Dia terkejut segera berlari menghampiri Kelly, lalu menjerit dengan waswas, “Hei, bukannya hanya satu orderan saja? Kamu jangan ancam aku!”“Hei!” Si lelaki menjerit. Namun Kelly masih belum menyadarkan diri. Dia segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi ambulans.*Saat Kelly menyadarkan diri, dirinya pun sedang berada di rumah sakit. “Kamu sudah bangun?” Suster berjalan memasuki ruangan, menggantikan botol cairan infus. “Apa kamu merasa enakan?”Su
Selesai infus, Kelly pergi melunasi tagihan rumah sakit. Saat meninggalkan rumah sakit, kebetulan dia bertemu lagi dengan suster yang menjaganya di malam hari.Kebetulan suster itu baru selesai sif malam, hendak pulang kerja. Ketika menyadari Kelly sedang sendirian, dia pun mengerutkan keningnya. “Kenapa kamu pulang sendirian? Pacarmu nggak datang?”Wajah Kelly terlihat sangat pucat. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini. Dia pun terpaksa menggeleng.Suster menghela napas. “Pacar seperti apa itu?! Tidak bertanggung jawab sekali! Aku rasa lebih baik kamu gugurkan saja kandunganmu. Jangan hancurkan masa depanmu!”Selesai berbicara, suster berjalan pergi dengan menggeleng.Kelly juga tidak tahu dirinya hendak ke mana. Hari ini adalah hari Sabtu. Dia tidak perlu bekerja, tapi dia tidak ingin kembali ke rumah kontrakannya. Dia sungguh merindukan keluarganya. Setelah dipikir-pikir, Kelly pun pergi ke rumah abangnya.Setibanya di sana, tidak ditemukan siapa-siapa di rumah. Bahkan,
Kelly merasa sangat panik. “Jadi, bagaimana dengan biaya pengobatanmu? Bukankah dokter spesialis akan segera kembali dari luar negeri? Sekarang Ibu habiskan uang itu untuk renovasi uang, gimana kita bayar biaya pengobatan Ibu?”Sandora pun berkata, “Penyakit Ibu nggak penting, masih bisa ditunda.”“Nggak bisa, pengobatan Ibu sudah nggak bisa ditunda lagi!” Kelly membalikkan tubuhnya hendak mencari abangnya. “Aku akan katakan semuanya sama Kak Kenzo!”“Kelly, jangan!” Sandora langsung menghalangi langkah Kelly, lalu berkata, “Kelly, jangan!”“Masalah renovasi masih bisa ditunda, tapi pengobatan Ibu sudah nggak bisa ditunda lagi. Kalau Kak Kenzo tahu masalah penyakit Ibu, dia pasti nggak bakal pakai uang itu!”“Kelly!” Sandora kembali menghalangi Kelly. Dia pun berkata, “Kelly, Ibu jujur sama kamu. Sebenarnya Ibu tidak sakit. Ibu sudah membohongimu!”Langkah kaki Kelly langsung terhenti. Dia terbengong, lalu berkata, “Apa katamu? Ibu lagi bohongi aku, ‘kan? Ibu sengaja bohongi aku biar a
“Kelly!” Sandora menangis dengan sangat sedih dan histeris.Kelly membalikkan tubuhnya berjalan pergi. Ketika berjalan sampai ke depan pintu rumah, Kenzo mendekatinya, lalu bertanya, “Kelly, kamu mau pulang?”Sandora segera menyeka air matanya, tidak ingin dipergoki oleh putranya.Kelly mengangguk tanpa berbicara apa-apa. Kemudian, dia membuka pintu langsung berjalan pergi.Kenzo menatap ke arah pintu dengan kaget. Kemudian, dia langsung menatap Sandora. “Ibu, kenapa Kelly malah pergi? Apa dia menangis?”“Kelly ….” Sandora juga terisak-isak. “Kelly, dia sudah pergi!”…Kelly berjalan menuruni tangga dengan air mata juga terus mengalir. Dia berjalan keluar gedung, tertegun di pinggir jalan. Hatinya terasa sangat sakit dan juga hampa. Angin berembus membuat luka di hatinya semakin pedih lagi.Kelly sudah kehilangan segalanya! Dia menyeka air mata sambil berjalan mengarungi pinggir jalan. Pikirannya terasa sangat kacau.Saat ini, Kelly sudah kehilangan keluarganya, menanggung utang 1 mili
“Aku pergi cari kamu. Kamu kirimkan alamat kakakmu kepadaku.”Kelly merasa agak gugup. “Kamu jangan kemari. Aku nggak lagi di rumah kakakku.”“Nggak di rumah kakakmu? Bukannya kamu tinggal di rumah kakakmu buat jaga ibumu?” Sonia merasa semakin aneh. “Cepat beri tahu aku. Kalau nggak, aku akan telepon ibumu!”Kelly ragu sejenak, lalu memberi tahu alamat tempat tinggalnya kepada Sonia.Sonia langsung mengendarai mobil ke tempat tinggal Kelly.Dari pusat kota, Sonia mengendarai hampir satu jam baru bisa tiba di sebuah perumahan kuno. Perumahan ini bahkan lebih kuno dibandingkan dengan perumahan tempat kontrakan Kelly dengan Monica dulu.Sonia melewati gang yang sangat sempit, lalu naik ke atas gedung yang kotor. Dia mengetuk pintu selama beberapa kali, akhirnya pintu dibuka oleh Kelly.Penampilan Kelly sungguh mengejutkan Sonia. Dia terlihat semakin kurus dan pucat. Menyadari tatapan Sonia, Kelly pun langsung mengalihkan pandangannya.Sonia memapah Kelly untuk duduk di ranjang. Dia pun b
Raut wajah Sonia menjadi dingin. “Serius? Apa dia tahu? Gimana caranya dia bohongi kamu?”“Masalah ini nggak ada hubungannya sama Kak Jason!” Kelly segera menjelaskan, “Sonia, masalah nggak seperti yang kamu bayangkan!”“Jadi, gimana masalahnya?”Kelly duduk bersandar di ranjang menceritakan seluruh kronologis kejadian kepada Sonia. Mulai dari Yerin mengancamnya, menaruh obat di minuman Jason, dirinya hamil, lalu masalah persekongkolan ibunya dengan Yerin.Sudah setengah bulan Kelly mengetahui kabar kehamilannya. Namun sampai sekarang, dia masih belum memutuskan untuk menggugurkan anak ini atau tidak.Sempat dua kali Kelly memutuskan untuk menggugurkan kandungannya. Dia bahkan sudah sampai di depan rumah sakit. Hanya saja, pada akhirnya dia memilih untuk menundanya.Kelly masih belum bisa membulatkan tekadnya. Dia tidak tega untuk membunuh nyawa yang tidak bersalah ini!Sonia telah mendengar semua yang dialami Kelly selama beberapa waktu ini. Dia sungguh kehabisan kata-kata. Sonia pern
“Begini, dong!”Kedua mata Kelly berlinangkan air mata. Dia menatap Sonia, lalu berkata, “Sonia, aku sungguh beruntung bisa mengenalmu!”Sonia pun tersenyum, “Sama-sama, temanku.”Mereka berdua mengobrol beberapa saat, tiba-tiba Reza kembali menghubungi Sonia, bertanya Sonia sedang di mana?Kelly pun tersenyum. “Cepat pulang sana. Jangan bikin Paman Reza-mu mencemaskanmu!”Sonia mengakhiri panggilan membantu Kelly untuk merekrut perawat. “Kondisi tubuhmu masih lemas. Kamu perlu diopname selama beberapa hari. Kamu istirahat yang tenang, ya. Besok setelah habis ngajar, aku bakal datang jenguk kamu lagi.”“Emm, kamu nggak usah cemasin aku.” Kelly mengangguk.Sonia meninggalkan kamar pasien. Dia pergi membayar biaya rumah sakit, baru mengendarai mobil kembali ke Imperial Garden.…Jason sedang kumpul bersama klien. Pada sekitar jam sepuluh malam, Jason keluar dari ruangan VIP Nine Street Mansion. Dia berjalan ke dalam toilet sambil bertelepon.Saat Jason keluar, Yerin pun sedang menungguny
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin