Setelah perjalanan sekitar setengah jam, pemandangan di dua sisi menjadi pemandangan kebun karet yang menyebar hingga ke kaki gunung. Luas arealnya diperkirakan mencapai puluhan ribu hektar. Saking luasnya, bahkan tidak kelihatan ujungnya.Setibanya di ujung jalan, dua penumpang menuruni mobil. Kemudian bus melanjutkan perjalanannya ke sebelah selatan.Di pertengahan jalan, Sonia pun melewati beberapa desa. Para penumpang berangsur-angsur menuruni bus. Bahkan pasangan muda itu juga turun di dekat jembatan kecil. Pada akhirnya, hanya tersisa Sonia sendirian di dalam bus.Desa Pelangi adalah sebuah desa yang paling dekat dengan kaki gunung. Boleh dikatakan bahwa desa itu dikelilingi oleh kebun karet. Ada 20-an penghuni di desa itu. Mereka semua juga bekerja di dalam kebun karet.Saat menjelang siang, bus berhenti tepat waktu di depan Desa Pelangi.Sonia menuruni kendaraan, lalu melirik sekeliling, baru berjalan memasuki desa.Desa ini sangat dekat dengan pegunungan. Curah hujan di sekita
Setengah jam kemudian, si wanita telah menyelesaikan masakannya. Dia mengundang Sonia untuk makan di dalam tenda.Makanan yang disajikan adalah nasi putih biasa dengan dua jenis sayuran. Satunya adalah sayur hijau ditumis polos dan satu lagi daging asap yang ditumis bersama dengan jamur. Makanan seperti ini sepertinya tergolong mewah di dalam desa ini.Sonia melihat hanya dirinya sendiri yang sedang makan. Dia melihat wanita yang menggendong anaknya sambil berkata dengan lembut, “Mari makan bersama!”Si wanita segera menggeleng. Sepertinya dia takut Sonia tidak akan membayar jika mereka makan bersama.“Anggap saja aku traktir anak-anak ini. Kemarilah!” Sonia mendorong makanan ke tengah meja.Kali ini, si wanita baru membawa anak-anak kemari. Dia mengambil dua piring nasi putih, lalu duduk bersama dengan Sonia.Anak lelaki langsung mengambil sepotong daging asap. Setelah mengunyahnya, kedua matanya masih tertuju pada daging asap di atas piring.Sementara, si anak perempuan terus menyant
Sonia refleks menutup hidung dengan lengan pakaiannya, lalu mencengkeram wanita yang hendak melarikan diri. Dia segera menariknya ke dalam dapur. “Bamm.” Terdengar suara banting pintu dengan kuat.Si wanita terkejut hingga sekujur tubuhnya merinding. Wajahnya juga berubah pucat. Dia melambaikan tangannya. “Masalah ini nggak ada hubungannya sama aku. Nggak ada hubungannya sama aku!”Sonia melihat anak lelaki yang menangis kuat dan anak perempuan yang terkejut hingga terbengong melongo. Brown sengaja menyuruh wanita ini bersikap pilih kasih terhadap anak lelaki dan menganiaya anak perempuan agar Sonia mengenang kembali masa kecil suramnya. Dengan begitu, Sonia akan menurunkan kewaspadaannya.Hanya saja, tebakan Brown salah. Dia sudah tidak larut dalam masa kecil suram itu lagi. Sonia memang kasihan terhadap anak perempuan itu, hanya saja dia tidak akan lalai sama sekali.“Mereka ingin bawa aku ke mana setelah aku pingsan? Gimana caranya kamu berhubungan dengan mereka?” tanya Sonia deng
Setelah mereka berdua mendekat, salah satu di antara mereka mengamati sekeliling dengan penuh waspada, sedangkan yang satu lagi menatap gadis yang berbaring di atas gerobak kayu.Salah satu orang berbicara dengan bahasa Inggris, lalu bertanya dengan kesal, “Ini yang namanya Suki?”Lelaki yang satu lagi melirik sekilas. “Bisa jadi!”“Apa yang Brown takutkan dari dia?” ucap si lelaki sambil meletakkan salah satu jarinya ke hidung Sonia. Dia ingin memastikan apakah Sonia masih hidup atau tidak.Saat jari tangan dijulurkan, tiba-tiba Sonia melebarkan matanya, langsung menebas pergelangan tangan si lelaki. Percikan darah menyembur ke mana-mana. Tangan si lelaki jatuh ke atas gerobak. Dia pun menjerit kesakitan.Sonia masih tidak menghentikan aksinya. Dia melompat ke atas pundak lelaki yang satu lagi, lalu menggunakan pisau yang dilumuri darah menancapkannya ke dalam dada si lelaki.Kedua mata si lelaki terbelalak. Dia tiba-tiba jatuh ke belakang. Sonia segera membalikkan tubuhnya dengan ges
Tubuh Sonia sangatlah lincah. Dia menghindari pukulan si lelaki, menyepak kuat betisnya, lalu menancapkan pisau ke lehernya.Pertarungan resmi dimulai!Sonia berhasil menancapkan pisau ke beberapa sosok tubuh yang tinggi dan kekar. Postur tubuh Sonia sangatlah kurus, tetapi kekuatannya sangatlah menakjubkan. Jurus yang dikeluarkan langsung menyerang ke bagian vital lawan. Tak sampai hitungan menit, dua atau tiga lelaki jatuh tepar di atas lantai.Brown berdiri di belakang anak buahnya sembari menatap Sonia dengan dingin. Dia tidak pernah meremehkan wanita ini. Anggota yang dibawanya juga tidaklah banyak. Sebab, dia hanya sanggup memasukkan beberapa orang ini ke Negara Cendania.Hanya saja, semua anggota yang dibawa Brown sangatlah cerdik. Mereka semua memiliki tujuan yang sama, yaitu membunuh Suki.Selama beberapa tahun ini, berhubung diincar oleh anak buah Suki, mereka semua pun terus hidup dengan bersembunyi. Bisnis dan anggota mereka semakin merosot saja. Jika Brown tidak membunuh S
Kedua mata Johan terbelalak. Dia hendak meronta dan bergerak mundur, tetapi dirinya tidak bisa bergerak sama sekali. Dia hanya bisa melihat pedang diarahkan ke sisinya!“Ting!” Terdengar suara nyaring!Sonia mengangkat kakinya menendang sebuah batu ke sisi pisau itu. Seketika, pisau melenceng dan menancap ke atas tanah.Johan terkejut hingga sekujur tubuhnya berkeringat dingin. Dia mengangkat kepalanya menatap ke sisi Sonia.Brown juga mengangkat kepalanya menatap ke sisi Sonia. “Bukankah kalian tidak saling kenal?”“Orang yang ingin kalian bunuh itu aku, tidak ada hubungannya dengan orang lain. Jangan libatkan orang yang tidak bersalah!” Tatapan Sonia sangat dingin. “Brown, lepaskan dia! Aku datang sendirian ke sini. Aku berharap kita bisa menyelesaikan masalah ini sendiri!”“Aku tahu bagaimana kekuatanmu. Kalau kamu ingin orang ini tetap bernyawa, kamu letakkan senjata ke atas lantai!” ucap Brown.“Boleh!” balas Sonia tanpa ragu sama sekali.Saat ini Johan baru tahu orang yang menang
“Tenang saja, sebelum langit gelap, anggota Brown pasti bisa membunuhnya!”Matahari mulai terbenam. Pegunungan diwarnai dengan cahaya berwarna merah. Tubuh gadis itu telah dilumuri oleh darah. Sonia sendiri juga tidak bisa membedakan mana bekas darahnya dan mana bekas darah orang lain!Pertarungan masih belum berakhir. Angin berembus membawa angin yang dibaluti dengan bau darah.Tenaga di tubuh Sonia terus terkuras. Apalagi setelah disuntikkan obat ke tubuhnya, tenaga di tubuhnya terkuras dengan lebih ekstrem lagi. Saat ini, terdapat dua bekas goresan panjang di belakang punggung, bahkan lengannya juga sudah terluka. Namun, Sonia tidak berhenti sama sekali.Efek obat membuat tenaga di tubuh Sonia semakin berkurang. Hanya saja, dia juga merasa kebas dengan rasa sakit itu. Jadi, dia tidak merasa sakit. Saat ini, dia hanya memiliki satu tujuan saja, yaitu membunuh Brown!Melihat anggota yang dibawa Brown telah berguguran tergeletak di lantai, akhirnya Brown merasa agak panik. Brown menghu
Melvin berlari ke dalam pegunungan dengan mengambil tongkat listrik di tangannya. Dia duluan menyetrum anggota Brown, lalu mengayunkan tongkat untuk memukul Brown.Tiba-tiba Sonia mencium bau darah dari tenggorokannya. Dia pun memuntahkan darah segar. Tubuhnya seketika menjadi lemas. Namun, dia tidak lagi sewaspada tadi lagi. Dia sudah membunuh Brown. Akhirnya Sonia telah membalas dendam Serigala dan yang lain! Sekarang Sonia akan pergi menemui teman seperjuangannya!“Sonia!” Ekspresi Melvin terlihat sangat mengerikan. Dia menjerit kuat berusaha untuk berlari ke sisi Sonia.Setruman listrik di tangan Melvin sangatlah kuat. Dalam seketika, dia pun berhasil menerobos ke sisi Sonia!Melvin jatuh ke sisi kaki Sonia. Wajahnya terlihat sangat panik ketika melihat darah di seluruh tubuhnya. Dia pun tidak tahu bagian mana yang boleh disentuhnya.Melvin mengangkat tangannya menutup luka di bagian perut Sonia. Dia merasa semakin panik saja hingga lengannya tak berhenti gemetar.“Sonia, Sonia, a
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin