Tasya berjalan ke belakang. Saking syoknya, dia bahkan mengabaikan sikap dingin Yandi. Hanya ada kata “Jeff" yang tidak berhenti muncul di benaknya.Dia itu Jeff?Ternyata dia itu Jeff Tanadi!Dulu, Tasya hanya tahu Keluarga Tanadi memiliki seorang anak laki-laki, yang mana merupakan anak seayah dengan Gina.Kondisi kesehatan ibunya Jeff tidak bagus. Dia baru mengandung Jeff saat dia hampir menginjak 40 tahun. Setelah itu, dengan adanya ibunya Gina yang merusak hubungan pernikahannya, dia pun emosi hingga jatuh sakit dan akhirnya meninggal.Itulah sebabnya sejak Gina dan ibunya tinggal di rumah, Jeff pun terus bertentangan dengannya. Hubungan mereka sangat tidak bagus.Selain itu, berhubung Gina memiliki hubungan dekat dengan Reza dan yang lain, Jeff hampir tidak muncul di dalam lingkaran ini. Sejak kecil, Tasya pernah bersama Kakek pergi berkunjung ke Kediaman Keluarga Tanadi. Pada saat itu, Jeff bukan sedang tidak berada di rumah, melainkan tidak ingin menampakkan diri.Saat Harvey m
Tasya malas untuk keluar rumah. “Bukannya sama saja dengan makan di rumah? Kenapa mesti makan di luar?”Diana berkata, “Jangan salahkan Tandy menyindirmu. Coba kamu lihat diri kamu sendiri, sekarang kamu malah tidak bersemangat sama sekali, bahkan malas untuk bergerak.”Tasya yang dikatakan oleh ibunya sendiri pun hatinya terasa dingin. Kondisinya sekarang memang terlalu buruk.Hanya ada Yandi di dalam benak Tasya. Yandi tidak membalas pesannya, jadi Tasya pun tidak bersemangat untuk melakukan apa pun. Tasya memang celaka! Benar apa kata Tandy. Tasya telah menjadi budak cinta!Diana menepuk-nepuk pundak Tasya. “Ganti pakaian yang cantik, anggap saja ganti suasana. Kita pergi ke Hotel Pemandian Air Panas Yirli saja. Kita tinggal di sana malamnya. Mungkin kita akan tinggal selama dua hari. Dengan begitu, Kakek dan Nenek juga bisa istirahat sejenak.”Tasya tidak berpendapat lain. Dia mengangguk, lalu berkata, “Oke, sekarang aku pergi ganti pakaian dulu.”“Pergilah. Aku tunggu kalian di la
Theresia berkata, “Intinya, aku sungguh berterima kasih sama kamu!”Ranty bertanya, “Apa Sonia tahu?”Theresia mengangguk. “Tahu!”Ranty seketika menggertakkan giginya. “Nggak masalah kalau kamu nggak mengatakannya, tapi dia malah rahasiakan dariku!”Theresia memalingkan kepalanya untuk mencari Sonia dengan galaknya. “Sayang, jangan main lagi, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu!”Theresia berdiri di tempat. Dia menoleh untuk melihat Morgan yang sedang mengobrol dengan Reza dan yang lain. Sinar matahari memancar ke sisinya. Senyuman pun terlukis di wajahnya.…Pada sore Hari Raya kedua di Kota Jembara.Tamu yang berkunjung ke rumah tiada henti. Tasya berdiri di balkon lantai dua sembari memandang matahari senja. Tandy yang berada di samping sedang duduk di bangku sembari bermain gim.Tasya melihat satu per satu mobil yang berada di luar halaman, lalu menghela napas. “Hari Raya membosankan sekali. Selain lebih ramai dari biasanya, malah nggak terasa suasana Hari Raya-nya!”Tandy menun
Saat Jacky melihat Jucy di kebun, Jucy sedang pingsan karena kesakitan. Kedua kakinya yang terikat di pohon terkulai lemas. Darah terus mengalir dari lutut hingga ke atas tanah.Jacky memang merasa sakit hati, tetapi dia tidak berani menunjukkannya sama sekali. Dia hanya memasang ekspresi dingin dan berkata kepada anggotanya, “Angkat dia ke mobil. Segera kembali ke Kota Jembara.”Sopir segera mengiakan. Dia melepaskan Jucy dari pohon, lalu menggendongnya keluar.Jacky bahkan tidak berani menunjukkan dirinya di hadapan Reza. Dia membawa anggotanya untuk berjalan dari jalan kecil untuk berjalan keluar vila.…Sekarang sudah sore hari. Cahaya matahari terbenam dan memancarkan cahaya lembut. Cuaca terasa hangat. Sonia, Ranty, dan beberapa orang lainnya sedang bermain sepak bola di rerumputan bersama dengan Yana.Yana berlari-lari sembari melompat-lompat. Suara tawanya yang jernih bagaikan lonceng perak bergema di udara, membuat angin pun terasa lebih lembut.Reza dan Jason duduk di atas ba
Yusa menunduk dengan raut penuh rasa bersalah. Dia tidak berani berbicara terlalu banyak lagi, melainkan membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Pintu kembali terbuka. Jason melihat sekilas orang yang memasuki ruangan, lalu mematikan rokok di tangannya.Kelly berjalan ke sisi Jason, lalu duduk di sampingnya. Kelly menyandarkan kepalanya di atas pundak Jason. “Jucy sudah dipukul. Kamu jangan marah lagi. Yana baik-baik saja. Dia akan segera melupakan masalah itu.”“Kelly, kita menikah saja, ya!” ucap Jason dengan mendadak.Kelly tertegun sejenak. Dia berdiri untuk melihat tatapan dalam si pria. Setelah terdiam sesaat, dia berkata, “Apa dengan kita menikah, latar belakang keluargaku yang biasa ini akan berubah?”Jason berkata, “Setelah kita menikah, tidak akan ada yang berani mentertawakanmu lagi!”“Tetap akan ada yang mentertawakanku. Hanya saja, mereka akan membahasnya secara diam-diam.” Tatapan Kelly berubah dingin. “Saat Yana ditindas, aku juga merasa menyesal dan merasa bersalah.
Jacky merasa syok. “Apa dia sudah gila!” Dia langsung berdiri dengan raut yang kelihatan sangat gugup. “Jucy bisa bersikap seperti itu karena kumanjakan. Aku mewakilinya untuk minta maaf sama kamu!” Usai berbicara, Jacky langsung menampar dirinya sendiri.Jason tidak menatapnya sama sekali. “Kamu boleh memanjakan putrimu. Apa aku tidak boleh memanjakan putriku?”“Bukan, bukan! Sebelumnya dia memang tidak patuh, makanya aku baru mengantarnya ke luar negeri. Aku tidak menyangka dia masih akan bersikap seperti itu setelah kembali!” Jacky merasa panik hingga tidak tahu harus berbuat apa.Jason menunjukkan ekspresi muram dan tidak berbicara.Jacky segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon sopirnya. “Apa kamu sudah menemukan Jucy?”Sopir berkata dengan buru-buru, “Nona sudah ditemukan. Dia diikat di pohon. Sekarang dia jatuh pingsan karena kedinginan. Hanya saja, anggota di vila tidak izinkan aku untuk bawa Nona pergi.”Jacky berpesan dengan suara dingin, “Patahkan kakinya!”“Hah?” Sopir