Home / Romansa / Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri / 4. Tidak Menerima Penolakan

Share

4. Tidak Menerima Penolakan

last update Last Updated: 2024-08-31 13:01:40

"Ceritakan pada Ayah, bagaimana bisa kamu baru pulang pagi ini?" tanya Anton.

Selepas menidurkan Ara, Akira segera menemui ayahnya. Gadis itu menghela napas. Cerita mengalir lancar begitu saja dari mulut Akira. Semua diceritakan tanpa ada kebohongan.

"Bagaimana keadaan Samudra sekarang?"

"Dia tidak kenapa-napa. Lukanya juga tidak terlalu parah."

Anton bernapas lega. "Syukurlah."

"Apa perampok itu juga melukaimu?"

Akira menggeleng. "Tidak. Karena waktu itu yang keluar hanya Samudra, Akira menunggu di dalam mobil."

Selesai bercerita kepada Anton perihal kejadian yang dialaminya bersama Samudra, Akira memutuskan untuk masak. Dan Akira sangat bersyukur, hari ini Samuel memberinya ijin untuk tidak berangkat.

"Mbak mau ke mana?" tanya Aji yang sedang membuat layang-layang.

Akira yang sudah siap dengan pakaiannya tak lupa kardigan berwarna hitam melekat pada tubuhnya. "Mbak mau ke pasar. Aji mau ikut?" tawar Akira.

Aji langsung berdiri, tersenyum mengangguk. "Mau!"

Akira terkekeh. "Yaudah ayo!"

Mereka berjalan beriringan, melewati jalan setapak yang kumuh dan becek karena sehabis hujan. Jika ada ibu-ibu atau bapak-bapak yang berpapasan dengan Akira, gadis itu tidak sungkan untuk menyapanya.

"Akira, mau ke mana?" tanya ibu paruh baya yang sedang duduk di kursi panjang.

Akira memberhentikan langkahnya, dengan tersenyum ramah gadis itu menjawab. "Pasar, Bu."

"Oalah, yowes ati-ati." (Oalah, yaudah hati-hati)

"Iya, Bu," jawab Akira. "Akira pergi dulu," pamitnya yang diangguki ibu tadi.

Sesampainya di pasar yang tidak terlalu ramai, mengingat hari sudah mulai siang. Terik matahari yang menyengat tidak membuat Akira mengurungkan niatnya. Membuat kulitnya yang putih bersih sedikit kusam dan berkeringat di pelipisnya.

Akira langsung menuju penjual sayur-sayuran. Tadi, Ara bilang padanya jika adiknya itu ingin Akira memasakkannya sop ayam. Mendapat yang diinginkan, Akira menuju penjual ayam. Lalu membeli setengah kilo ayam filet.

"Mbak, Aji mau pukis," ujarnya pada Akira.

Akira menatap Aji. "Iya sebentar."

Selesai melakukan transaksi, Akira menuju penjual pukis yang diinginkan Aji. "Mas, pukisnya lima ribu."

Penjual pukis itu mengangguk, lalu memasukkan beberapa pukis berasa coklat dan keju ke dalam mika.

*****

Samudra menatap layar tv dengan serius. Acara yang ditampilkan membuat Samudra enggan mengalihkan pandangannya.

Lalu tiba-tiba Samudra tergelak, bahkan tawanya memenuhi ruang kamarnya. Ya, Samudra sedang menonton Mr. Bean. Siapa yang tidak mengenal pria konyol yang selalu membawa boneka teddy bear kesayangannya. Bahkan tidak menyangka jika di balik wajahnya yang konyol, beliau adalah dosen.

Pintu terbuka, Samuel masuk tanpa menunggu si pemilik kamar mengijinkan. "Sam, Ayah akan berangkat ke Manila, besok."

Samudra yang sedang tertawa tiba-tiba berhenti. "Manila?" ujarnya mengulang, "Untuk apa?"

"Apa Ayah memiliki pekerjaan di sana? Bahkan Samudra bisa menggantikannya dan ayah beristirahatlah di rumah."

Ini yang Samuel suka dari anaknya. Samudra sangat menyayanginya. Bahkan ketika Samudra sudah beranjak dewasa ia yang mengambil alih perusahaannya. Samuel terkekeh. "Ayah tidak ada pekerjaan di sana. Ayah hanya ingin berlibur.''

Samudra cengo. Lalu mendengus. "Bahkan Ayah bisa berlibur di Bali atau Lombok.''

"Apa harus ke Manila? Ayah pasti tau itu jauh," lanjut Samudra.

Samuel menggeleng. "Tidak. Masih satu benua dengan Indonesia, Sam."

Samudra menggeleng tak percaya. "Yasudah terserah Ayah. Yang penting Ayah bahagia, Samudra juga."

"Dan Yah, Samudra ingin meminta persetujuan Ayah. Eh tapi Ayah harus setuju, dan tidak boleh menolak."

Samuel mendengus. "Kau tidak usah meminta persetujuan Ayah pun, kau tetap akan melakukannya."

Samudra terkekeh, menyetujui kalimat ayahnya. Katakan Samudra keras kepala, ya memang pada nyatanya seperti itu. "Samudra ingin tinggal di apartemen."

Samuel menaikkan sebelah alisnya, heran. "Kenapa kau tiba-tiba berpikir ingin tinggal di apartemen Sam?"

"Samudra ingin mandiri. Lagipula Ayah bisa sering berlibur nanti."

"Tapi Akira bersamaku," lanjutnya.

Samuel memicingkan matanya. "Jangan bilang kau memiliki hubungan terlarang dengan Akira, Sam."

"Tidak!" sergah Samudra cepat. "Hanya saja Samudra masih sedikit meminta bantuan padanya," jelasnya.

Samuel mengangguk. ''Akan Ayah pertimbangkan."

*****

Samudra menyeringai mendengar jawaban ayahnya, setidaknya Samuel memberikan peluang untuk mengijinkan Akira dibawanya nanti ketika Samudra pindah ke apartemen.

Persetan dengan dirinya yang ingin memonopoli Akira, karena pada nyatanya seperti itu tujuannya. Samudra hanya ingin Akira melayaninya. Entahlah, kadang berjauhan dengan Akira membuatnya tidak nyaman. Mungkin-faktor bibir gadis itu yang sudah menjadi candunya.

Sejak pertama kali Samudra bertemu, tingkat kenapsuannya menjadi tinggi. Hanya berdekatan dengan Akira saja sudah membuatnya bergairah, apalagi melakukan hal yang sangat intim. Tapi selama itu Samudra menahannya, hingga ketika Samudra menyuruh Akira menyiapkan air hangat untuknya mandi. Disaat itulah Samudra sudah tidak kuat menahan hasratnya.

Samudra jadi membayangkan, tubuh Akira yang polos di bawahnya bergairah karenanya. Membayangkan saja sudah membuatnya tersiksa. Apalagi mendapatkannya, butuh kerja keras. Ah, ditambah wajah Akira yang berkeringat pasti sangat sexy.

Samudra mendesah, bagaimana bisa dirinya membayangkan Akira yang notabenya adalah pembantu di rumah ini?! Sepertinya Samudra benar-benar sudah gila. Mungkin Samudra perlu mendatangi seorang psikiater.

Ponselnya bergetar membuat semua khayalan Samudra hancur. Mendengus, Samudra mengambil ponselnya yang berada di saku celana lalu menggeser tombol hijau.

"Ada apa Raf? Ah, sepertinya aku tidak bisa .... Oke, baiklah aku akan mengusahakannya .... Membawa seorang wanita?" Samudra mendengus. "Ya baiklah, tapi aku tidak berjanji," ujarnya lalu menutup sambungan telpon.

Akira. Satu kata yang terlintas dari otaknya ketika Rafi menyuruhnya untuk membawa seorang wanita. Nanti siang, ayahnya akan berangkat ke Manila dan Samudra akan mengantarkannya ke bandara Ahmad Yani. Mungkin setelah itu Samudra langsung menjemput Akira.

Tapi, tunggu dulu Samudra tidak tau rumah Akira lebih tepatnya. "Aish!" geramnya. Samudra berdecak, lalu kembali membuka ponselnya mencari nomor Akira karena memang Samudra menyimpannya.

Samudra menempelkan ponselnya pada telinga, dering telpon menyambung lalu ketika dering ketiga suara lembut seorang gadis menyapa pendengarannya.

"Nanti siang datanglah ke rumah .... Ada yang harus aku bicarakan .... Aku bahkan tidak menerima penolakan, Akira." Dengus Samudra di akhir kalimat sebelum memutus sambungan telpon sepihak.

Tadi, Akira sempat menolak karena yang Akira tau Samuel memberinya cuti sehari. Ah, sepertinya Samudra harus membelikan gaun untuk Akira sekarang.

Oh, mungkin lebih baik bersama Akira membelinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri   27. After Marriage

    “Sam, berapa lama kamu akan pergi?” Akira menatap Samudra dengan sendu. Lagi-lagi, Samudra akan meninggalkannya dan Benua untuk beberapa hari ke depan karena ada pekerjaan yang mengharuskan Samudra ke sana.Apalagi, tempatnya sudah bukan satu negara dengannya. Karena Samudra lebih sering bolak-balik ke luar negeri untuk bisnisnya. Lalu untuk masalah di dalam negeri, masih Papa mertuanya, Samuel yang mengerjakan.“Seperti biasa, paling lama satu minggu.” Samudra berjalan menghampiri Akira, kedua tangannya terulur untuk mengusap pipi istrinya itu. “Apa kamu dan Benua ingin ikut denganku?”“Tidak, itu tidak perlu,” jawab Akira pelan. Meskipun ingin sekali ikut, tapi dia juga tidak bisa bersikap seenaknya seperti itu. Lagipula di sana Samudra bekerja bukan liburan atau bersenang-senang.“Apa kamu yakin tidak ingin ikut? Kamu tidak akan merindukanku?” tanya Samudra menaikkan sebelah alisnya, kedua tangannya masih berada di pipi Akira.“Jika kamu bertanya apakah aku akan merindukanmu atau t

  • Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri   26. Lamaran

    Akira tidak menyangka jika kehidupan Samudra sama dengannya. Sama-sama ditinggal oleh ibu mereka ketika masih kecil dan alasannya bosan dengan kehidupan yang miskin. Akira masih diam, mendengar cerita Samudra dengan tenang tanpa berniat untuk memotong. "Ternyata om Shamir memiliki penyakit, hingga beberapa tahun yang lalu beliau menginginkan seseorang untuk meneruskan perusahaannya dan Ibu mengusulkan Ayah. Bahkan ketika Ibu mengusulkan Ayah, om Shamir tidak marah padahal beliau tau itu adalah mantan suami Ibu. Om Shamir juga merahasiakan semuanya. Hingga beliau menulis wasiat, jika Samira harus dinikahkan padaku.""Aku sangat terkejut, awalnya aku menolak tapi Ibu bilang setidaknya aku harus menghargai om Shamir semacam balas budi dan dengan bodohnya aku menurutinya. Padahal ketika itu Papa sudah menolak mentah, Papa bilang tidak apa jika aku tidak menerimanya. Kita bisa memulai dari awal, tapi yang aku pikirkan adalah benar kata Ibu, semua tentang balas budi mungkin dengan menerima

  • Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri   25. Melepas Rindu

    Pandangannya bahkan fokus menatap Samudra dari samping yang terlihat begitu menyayangi Benua. Sedangkan Samudra hanya berharap ini awal yang manis untuk kebahagiaan mereka.*****Hujan mengguyur kota Bogor di malam hari membuat hawa dingin begitu menusuk sampai ke tulang-tulang. Sesekali Akira mengusap lengannya yang tertutup oleh kardigan berwarna hitam, sesekali rambutnya yang digerai berkibar karena hembusan angin. Sudah satu minggu semenjak dirinya bertemu dengan Samudra, pria itu tidak pernah menampilkan batang hidungnya lagi. Akira mendesah kecewa ketika dirinya terbangun, dan tidak mendapati Samudra ada di kasur. Karena hanya ada dirinya dan Benua di sini sekarang. Ingatlah Akira jika dia memiliki Samira. Batinnya mengingatkan. Tapi matanya tidak sengaja melihat secarik kertas di atas nakas, dengan cepat Akira mengambilnya.Aku pulang, maaf tidak membangunkanmu. Besok aku akan menemuimu dan Benua lagi.—Samudra.Akira ingat betul, jika Samudra menuliskan di kertas jika besok ak

  • Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri   24. Kembali Berjumpa

    Samudra tersenyum samar. Bahkan air matanya tak terasa jatuh. Ia menemukannya. Mencengkeram stirnya kuat, Samudra memutuskan untuk mencari penginapan di sekitar sini dengan senyum yang tidak pernah luntur. Bahkan orang yang berada di lobi penginapan disapa oleh Samudra, padahal tidak saling mengenal."Mari Pak, Saya antar," ujar seorang laki-laki dengan seragam berwarna hitam.Samudra menggeleng, tersenyum ramah."Tidak usah, biar aku sendiri yang mencarinya.""Baik Pak, kamar Bapak ada di lantai tiga," ujar laki-laki itu yang diacungi jempol oleh Samudra.Sesampainya di kamar, Samudra langsung saja menaruh ranselnya asal dan melepas kemejanya, karena tubuhnya sudah terasa lengket dan bau. Di bawah guyuran air, Samudra memejamkan mata. Sedikit demi sedikit bebannya terangkat. Hanya saja ia harus menyusun rencananya. Menyiapkan semuanya karena Samudra juga berpikir jika Akira akan menolaknya, mengingat perlakuannya itu pasti wanitanya kecewa. Sangat. Pikiran Samudra beralih pada kejadi

  • Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri   23. Menemukanmu

    Samudra melangkahkan kakinya menuju ruangannya, sesekali ia membalas sapaan para karyawan yang menyapanya. "Pagi Pak Samudra," sapa Hani—sekertarisnya.Samudra tersenyum, "Pagi juga Hani," balasnya sebelum mendorong pintu ruangannya. Entahlah, hari ini Samudra merasa lebih bersemangat dari sebelumnya. Karena Samudra merasa, ini adalah awal yang indah. Pintu terbuka, di sana Hani berdiri dengan membawa beberapa lembar kertas. "Pak, Saya hanya akan memberi tau agenda Bapak hari ini."Samudra mengangguk, mempersilahkan Hani untuk memulai."Hari ini bapak ada jadwal meeting dengan Pak Johan pukul sembilan, lalu setelahnya tidak ada agenda. Dilanjutkan lusa, bapak akan ke Bogor untuk menemui klien di sana." Terang Hani membuat Samudra mengangguk mengerti."Terima kasih Hani, kamu boleh pergi." Selepas kepergian Hani, Samudra memutuskan untuk bersiap menyiapkan keperluan untuk meetingnya. Mengecek sekali lagi jika semuanya sudah beres dan rapi.Hingga dua jam berlalu, meeting yang dilakukan

  • Jatuh Cinta dengan Majikan Sendiri   22. Little Samudra

    Sudah satu tahun sejak wanita itu pergi, Samudra terus mencarinya tanpa lelah apalagi ketika mengetahui Akira hamil dan malah mungkin sudah melahirkan. Jangan tanyakan hubungannya dengan Samira karena sampai sekarang pun masih terjalin baik. Samudra hanya merasa ayahnya menyembunyikan sesuatu padanya. Entahlah Samudra tidak tau. "Apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang Akira?" tanya Samira yang duduk di depannya.Sekarang mereka sedang berada di salah satu kafe, menghabiskan waktu istirahat siang bersama. Samudra menghela napasnya lelah, menggeleng. "Belum, seorang suruhanku juga belum menemukannya."Matanya menerawang, membayangkan Akira hamil besar lalu melahirkan anaknya dan mengurus sendiri tanpanya membuat matanya memanas. Samira mengusap bahu Samudra menguatkan. "Tenanglah Sam. Pasti Akira akan ditemukan.""Aku tidak yakin, aku sudah satu tahun mencarinya tapi wanita itu...." Samudra mengacak-acak rambutnya frustasi tidak melanjutkan kalimatnya."Percayalah Sam, pencarianmu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status