Ini hanya kisah klasik romantis ala Akira dan Samudra. Di mana memiliki kisah bak film Cinderella. Kita tidak pernah tau, dengan siapa kita berjodoh di masa depan. Ini adalah lika-liku perjalanan cinta seorang Akira. Di mana dia menjatuhkan hatinya pada atasannya. Juga Samudra yang memiliki ketertarikan pada Akira. Pria itu selalu saja mencari cara untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan. Lalu, apakah Samudra berhasil mengambil apa yang diinginkannya? Dan apakah Akira berhasil masuk ke dalam perangkapnya, juga semakin menjatuhkan hatinya pada pria itu? "Setidaknya, jika aku tidak bersamanya. Aku memiliki sesuatu paling berharga yang dia tinggalkan." - Syakira Andriana "Hal terbodoh yang pernah aku lakukan adalah mengabaikan perasaanku sendiri dan melukai seseorang yang aku cintai demi sebuah balas budi." - Samudra Bagaskara Selamat Jatuh Cinta dengan Akira dan Samudra♡
view more"Ayah, Akira akan bekerja. Akira pamit," ujar seorang gadis cantik mencium tangan pria tua yang terbaring lemah di atas ranjang. Dia—Anton, orang tua yang Akira punya satu-satunya.
Pria tua itu mengangguk lemah. "Hati-hati ya, Nak. Jaga dirimu baik-baik, maafkan ayah karena sakit-sakitan ini." Akira menggeleng. "Tidak. Ini semua bukan salah Ayah. Ini memang sudah kewajiban Akira untuk mencari uang menggantikan Ayah. Dan Ayah istirahat saja di rumah." Akira lalu berbalik, berjalan melewati jalanan yang becek dan kumuh. Ya, Akira dan keluarganya tinggal di tempat yang begitu kumuh, rumah yang sempit. Tapi Akira bersyukur, ia masih memiliki tempat tinggal. Walau rumahnya entah bisa dikatakan layak atau tidak. Hidup seperti ini justru membuatnya selalu bersyukur dengan apa yang ia punya. Memiliki rumah kecil dengan keluarga yang menyayanginya. Akira tumbuh dewasa, tanpa seorang ibu. Ibunya itu pergi entah ke mana, karena bosan dengan kehidupannya yang miskin. Lalu meninggalkan ayahnya untuk mencari pria yang kaya raya. Ia sudah berumur dua puluh tahun. Begitu lulus SMA Akira tidak melanjutkan kuliahnya memilih untuk bekerja mencari uang. Apalagi melihat ayahnya yang sudah tua, banting tulang mencari uang sendiri membuatnya sedih sekaligus tidak tega. Tak terasa kakinya sudah menginjak di jalan raya. Ia segera menuju halte yang akan membawanya pergi. Akira segera naik, dan ia berdiri karena semua kursi sudah penuh terisi. Kebanyakan adalah ibu-ibu, mungkin mereka akan pergi ke pasar berbelanja atau pergi karena urusan sesuatu. Pikirnya. ***** Begitu sampai ditujuan, Akira turun. Ia sedikit berjalan untuk sampai di rumah majikannya. Akira berjalan memasuki kawasan komplek, di BSB rumah begitu didesain dengan apik dan mewah. Terkadang, Akira berdecak kagum, ingin sekali ia membawa keluarganya pergi dari rumah kumuhnya dan menempati rumah yang bagus dan layak. Tapi, itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Mengingat ia hanya bekerja sebagai pembantu dan pelayan di klub ketika malam hari. Akira juga memiliki keinginan, menikah dengan laki-laki yang mencintai apa adanya, menerima kekurangannya. Layaknya di film disney, si cinderella yang menikah dengan pangerannya. Ia ingin seperti itu, seperti cinderella yang bernasib baik. Memiliki takdir yang begitu indah. Sesampainya di sebuah rumah berukuran besar yang menjulang tinggi Akira segera melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah yang begitu luas. Sudah dua tahun ia bekerja di sini, menggantikan mbok Jah-tetangganya yang sudah tua. Hitung-hitung lumayanlah penghasilannya. Selalu sepi ketika Akira datang. Karena majikan dan anaknya sudah pergi ke kantor. Di sini ia hanya menyapu, mengepel, dan memasak untuk makan malam. Baru setelah pukul sembilan malam, jika semuanya sudah beres ia akan segera pergi ke klub. Akira bersyukur, atasannya memberikan kelonggaran waktu untuk Akira datang. Akira tidak pernah mengeluh, selalu sabar menghadapi semuanya. Ia akan bekerja lebih keras agar semua keinginannya tercapai. Dulu, Akira kecil bermimpi untuk menjadi seorang dokter. Tapi mimpi itu hancur begitu saja saat Ibunya pergi meninggalkannya. Entahlah, saat itu ia benar-benar hancur. Seperti tidakk memiliki semangat untuk hidup. Orang yang dicintai pergi meninggalkan, perlahan tapi pasti. ***** "Ayah tau, aku tidak pernah percaya dengan wanita semenjak saat itu," ujar Samudra menerawang. Saat di mana, Samudra kecil ditinggalkan oleh ibunya. Ibunya tidak meninggal, bukan seperti itu. Tapi, dia pergi meninggalkan ayahnya hanya demi uang. Mencari seorang pria yang lebih kaya dari ayahnya saat itu. Dulu, dulu sekali ayahnya tidak sesukses sekarang. Samuel dulu hanya pegawai kantoran biasa. Lalu seseorang yang sangat percaya pada ayahnya dengan enteng memberikan semuanya pada Samuel. Awalnya ayahnya menolak. Jelas, karena di situ menuai pro dan kontra. Banyak orang yang protes dengan keputusan seseorang itu. Tapi apalah daya Samuel yang didesak hingga akhirnya menyetujui dan menjadi orang penting hingga sekarang. Lalu dengan sungguh-sunggu Samuel berkerja keras mengelola perusahaan ini dan menjadikannya lebih maju dari sebelumnya. Begitu pesat peningkatannya dalam setiap tahun. Samuel menghela napasnya lelah mendengar perkataan putranya. "Kamu tau Sam, seharusnya masa lalu kamu jadikan pembelajaran. Supaya kamu bisa lebih pintar dalam memilih pasangan.'' "Tidak seharusnya masa lalu itu membuatmu menjadi tidak mau menikah dan membenci wanita. Semua wanita tidak seperti itu, Sam," lanjut Samuel menegaskan kalimat terakhirnya-sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Samudra yang termenung. ***** Kata-kata ayahnya benar-benar mengganggu otak Samudra. Ah, Samudra benar-benar membenci wanita. Menurutnya, wanita sama saja. Hanya uang yang berada di otak mereka. Semenjak ibunya pergi, ia tidak pernah sudi untuk menjalin hubungan dengan wanita atau bahkan menikah. Tidak akan pernah. Camkan itu. Cukup dirinya bermain wanita tanpa harus memiliki ikatan. Dengan begitu, keduanya tetap menguntungkan dan diuntungkan. Si wanita mendapatkan uang dengan jumlah yang diinginkan sedangkan Samudra mendapatkan kepuasannya. Jika bisa seperti itu, mengapa harus terikat secara sah dengan wanita? Batinnya. Persetan dengan kata menikah karena Samudra tidak akan pernah melakukannya. ***** Setelah selesai dengan pekerjaan kantornya Samudra segera pulang karena ia benar-benar lelah sekarang. Pria itu membelah kota Semarang di malam hari. Apalagi keadaan simpang lima yang macet karena malam minggu membuatnya mendengus kesal. Padahal ini adalah kali pertamanya pulang lebih awal dari sebelumnya, pikirnya ingin segera pulang dan istirahat, tapi malah terjebak macet. Benar-benar menjengkelkan. Sesampainya di rumah, ia segera masuk dan mendapati Akira sedang menyiapkan makan malam. Percayalah, entah kenapa melihat Akira yang hanya memakai rok lipat di bawah lutut dan atasan kuno yang lusuh terkesan sexy di tubuhnya yang berisi. Dan itu membuat Samudra kadang tergoda untuk menyentuhnya. "Ekhm, Tolong siapkan aku air hangat," dehem Samudra memerintahkan Akira menyiapkan air hangat untuk mandi. Akira yang membawa semangkuk sayur segera meletakkannya di atas meja ketika mendengar suara anak majikannya. "Baik, ditunggu Tuan." Gadis itu segera melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju lantai dua. Karena kamar Samudra berada di sana. Sesampainya di depan pintu kamar pria itu, ia segera memutar knop pintu. Lalu menyalakan mesin pemanas air, dan menyiapkan segalanya untuk Samudra. Ketika sudah siap semuanya, Akira memutuskan untuk keluar memanggil Samudra. Tapi langkahnya terhenti ketika pandangannya melihat Samudra yang sedang bertelanjang dada memunggunginya. "Mmm Tuan, airnya sudah siap," ujar Akira lembut. Samudra menoleh, lalu mengangguk. Tapi entah kenapa pandangannya terjatuh pada bibir merah ranum gadis itu yang menggoda. Dengan langkah pelan Samudra berjalan mendekat ke arah Akira, membuat gadis itu mundur. Tapi, seketika terhenti saat punggungnya bersentuhan dengan tembok. Jantungnya berdegup was-was. Sedetik kemudian, Samudra menempatkan kedua tangannya pada sisi kanan kiri Akira, mengurung gadis itu. Dengan sorot mata tajam, Samudra memajukan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan membuat napas mereka beradu. Akira yang takut memejamkan matanya, dan saat itu pula bibir mereka bersentuhan cukup lama membuat gadis itu terkejut setengah mati. Ciuman pertamanya, Samudra telah mencurinya! Teriak Akira dalam hati.“Sam, berapa lama kamu akan pergi?” Akira menatap Samudra dengan sendu. Lagi-lagi, Samudra akan meninggalkannya dan Benua untuk beberapa hari ke depan karena ada pekerjaan yang mengharuskan Samudra ke sana.Apalagi, tempatnya sudah bukan satu negara dengannya. Karena Samudra lebih sering bolak-balik ke luar negeri untuk bisnisnya. Lalu untuk masalah di dalam negeri, masih Papa mertuanya, Samuel yang mengerjakan.“Seperti biasa, paling lama satu minggu.” Samudra berjalan menghampiri Akira, kedua tangannya terulur untuk mengusap pipi istrinya itu. “Apa kamu dan Benua ingin ikut denganku?”“Tidak, itu tidak perlu,” jawab Akira pelan. Meskipun ingin sekali ikut, tapi dia juga tidak bisa bersikap seenaknya seperti itu. Lagipula di sana Samudra bekerja bukan liburan atau bersenang-senang.“Apa kamu yakin tidak ingin ikut? Kamu tidak akan merindukanku?” tanya Samudra menaikkan sebelah alisnya, kedua tangannya masih berada di pipi Akira.“Jika kamu bertanya apakah aku akan merindukanmu atau t
Akira tidak menyangka jika kehidupan Samudra sama dengannya. Sama-sama ditinggal oleh ibu mereka ketika masih kecil dan alasannya bosan dengan kehidupan yang miskin. Akira masih diam, mendengar cerita Samudra dengan tenang tanpa berniat untuk memotong. "Ternyata om Shamir memiliki penyakit, hingga beberapa tahun yang lalu beliau menginginkan seseorang untuk meneruskan perusahaannya dan Ibu mengusulkan Ayah. Bahkan ketika Ibu mengusulkan Ayah, om Shamir tidak marah padahal beliau tau itu adalah mantan suami Ibu. Om Shamir juga merahasiakan semuanya. Hingga beliau menulis wasiat, jika Samira harus dinikahkan padaku.""Aku sangat terkejut, awalnya aku menolak tapi Ibu bilang setidaknya aku harus menghargai om Shamir semacam balas budi dan dengan bodohnya aku menurutinya. Padahal ketika itu Papa sudah menolak mentah, Papa bilang tidak apa jika aku tidak menerimanya. Kita bisa memulai dari awal, tapi yang aku pikirkan adalah benar kata Ibu, semua tentang balas budi mungkin dengan menerima
Pandangannya bahkan fokus menatap Samudra dari samping yang terlihat begitu menyayangi Benua. Sedangkan Samudra hanya berharap ini awal yang manis untuk kebahagiaan mereka.*****Hujan mengguyur kota Bogor di malam hari membuat hawa dingin begitu menusuk sampai ke tulang-tulang. Sesekali Akira mengusap lengannya yang tertutup oleh kardigan berwarna hitam, sesekali rambutnya yang digerai berkibar karena hembusan angin. Sudah satu minggu semenjak dirinya bertemu dengan Samudra, pria itu tidak pernah menampilkan batang hidungnya lagi. Akira mendesah kecewa ketika dirinya terbangun, dan tidak mendapati Samudra ada di kasur. Karena hanya ada dirinya dan Benua di sini sekarang. Ingatlah Akira jika dia memiliki Samira. Batinnya mengingatkan. Tapi matanya tidak sengaja melihat secarik kertas di atas nakas, dengan cepat Akira mengambilnya.Aku pulang, maaf tidak membangunkanmu. Besok aku akan menemuimu dan Benua lagi.—Samudra.Akira ingat betul, jika Samudra menuliskan di kertas jika besok ak
Samudra tersenyum samar. Bahkan air matanya tak terasa jatuh. Ia menemukannya. Mencengkeram stirnya kuat, Samudra memutuskan untuk mencari penginapan di sekitar sini dengan senyum yang tidak pernah luntur. Bahkan orang yang berada di lobi penginapan disapa oleh Samudra, padahal tidak saling mengenal."Mari Pak, Saya antar," ujar seorang laki-laki dengan seragam berwarna hitam.Samudra menggeleng, tersenyum ramah."Tidak usah, biar aku sendiri yang mencarinya.""Baik Pak, kamar Bapak ada di lantai tiga," ujar laki-laki itu yang diacungi jempol oleh Samudra.Sesampainya di kamar, Samudra langsung saja menaruh ranselnya asal dan melepas kemejanya, karena tubuhnya sudah terasa lengket dan bau. Di bawah guyuran air, Samudra memejamkan mata. Sedikit demi sedikit bebannya terangkat. Hanya saja ia harus menyusun rencananya. Menyiapkan semuanya karena Samudra juga berpikir jika Akira akan menolaknya, mengingat perlakuannya itu pasti wanitanya kecewa. Sangat. Pikiran Samudra beralih pada kejadi
Samudra melangkahkan kakinya menuju ruangannya, sesekali ia membalas sapaan para karyawan yang menyapanya. "Pagi Pak Samudra," sapa Hani—sekertarisnya.Samudra tersenyum, "Pagi juga Hani," balasnya sebelum mendorong pintu ruangannya. Entahlah, hari ini Samudra merasa lebih bersemangat dari sebelumnya. Karena Samudra merasa, ini adalah awal yang indah. Pintu terbuka, di sana Hani berdiri dengan membawa beberapa lembar kertas. "Pak, Saya hanya akan memberi tau agenda Bapak hari ini."Samudra mengangguk, mempersilahkan Hani untuk memulai."Hari ini bapak ada jadwal meeting dengan Pak Johan pukul sembilan, lalu setelahnya tidak ada agenda. Dilanjutkan lusa, bapak akan ke Bogor untuk menemui klien di sana." Terang Hani membuat Samudra mengangguk mengerti."Terima kasih Hani, kamu boleh pergi." Selepas kepergian Hani, Samudra memutuskan untuk bersiap menyiapkan keperluan untuk meetingnya. Mengecek sekali lagi jika semuanya sudah beres dan rapi.Hingga dua jam berlalu, meeting yang dilakukan
Sudah satu tahun sejak wanita itu pergi, Samudra terus mencarinya tanpa lelah apalagi ketika mengetahui Akira hamil dan malah mungkin sudah melahirkan. Jangan tanyakan hubungannya dengan Samira karena sampai sekarang pun masih terjalin baik. Samudra hanya merasa ayahnya menyembunyikan sesuatu padanya. Entahlah Samudra tidak tau. "Apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang Akira?" tanya Samira yang duduk di depannya.Sekarang mereka sedang berada di salah satu kafe, menghabiskan waktu istirahat siang bersama. Samudra menghela napasnya lelah, menggeleng. "Belum, seorang suruhanku juga belum menemukannya."Matanya menerawang, membayangkan Akira hamil besar lalu melahirkan anaknya dan mengurus sendiri tanpanya membuat matanya memanas. Samira mengusap bahu Samudra menguatkan. "Tenanglah Sam. Pasti Akira akan ditemukan.""Aku tidak yakin, aku sudah satu tahun mencarinya tapi wanita itu...." Samudra mengacak-acak rambutnya frustasi tidak melanjutkan kalimatnya."Percayalah Sam, pencarianmu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments