Share

BAB 2

Penulis: Jw Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-18 23:12:00

“Selamat ulang tahun, Sasi.”

Sasi tersenyum lembut, kemudian gadis itu menoleh ke arah kekasihnya. “Apa kau yang menyiapkan semua hadiah ini untukku?” tanyanya dengan suara pelan.

Tom mengangguk, lalu mengecup dahi Sasi dengan sayang. Setidaknya itu yang dilihat Sasi kala itu. “Tentu saja, aku akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia.”

Saat itu adalah ulang tahun Sasi ke 26 tahun. Tepat ketika Tom ingin melamarnya. Suasananya begitu meriah, hingga tak ada yang sadar semabuk apa Sasi malam itu. Para tamu pun mabuk, hingga tak sadar apa yang sudah terjadi. Sasi sendiri berdiri dengan keadaan kepala berdenyut, langkahnya menjadi tidak stabil.

Sasi berusaha berjalan ke arah kamar yang telah dipesan oleh Tom untuk mereka dapat habiskan malam penuh cinta tersebut. Gadis itu tidak terlalu mengingatnya, ia hanya memasuki kamar yang cukup gelap, lalu mulutnya ditutup kain dengan aroma yang cukup menyengat, hingga gadis itu berontak.

“Tom, kaukah itu?” lirihnya.

Namun, tubuhnya yang telah dikuasai alkohol yang memabukkan, membuatnya limbung dan jatuh pingsan.

Saat dia membuka mata, dirinya telah berada di tempat yang gelap, bau besi karat, lembab dan banyak tikus serta hewan melatah lain.

^^^

Sasi bergerak tidak nyaman, jantungnya berdegup ketika mereka menuju lift yang menuju lantai atas. Tangannya mencengkeram begitu erat kemeja lelaki yang tidak dikenal yang saat ini sedang menggendong dirinya. Perempuan itu bahkan melupakan luka bakar yang berada di punggungnya, ia ingin segera bebas.

“Bisakah kau sembunyikan wajahmu?”

Lelaki itu berkata saat mereka sampai di lantai atas. Tanpa diperintah dua kali, Sasi sudah menelusupkan wajahnya di dada lelaki yang tak dikenalnya itu. Terlalu banyak orang asing, serta suara musik yang begitu menggema keras. Sasi memang sudah terbiasa dengan keheningan serta kegelapan, semua ini terasa asing baginya.

Lalu, langkah pria itu berhenti ketika mereka sampai di mobil yang sudah menyambut, inilah saatnya untuk kabur bagi gadis malang itu.

Saat pria misterius tersebut menurunkan tubuhnya. Tanpa berkata apa-apa, Sasi memilih membalikkan tubuhnya dan langsung berlari. Hanya beberapa langkah saja, sebuah tangan memeluk pinggangnya, menarik tubuhnya dengan mudah hingga ia menabrak sesuatu yang terasa keras di belakangnya. Sasi langsung memberontak dengan tubuh bergetar.

Tubuhnya melayang, ia kembali diangkat. Sasi kembali memberontak ketika dirinya berhasil duduk di dalam mobil yang akan membawanya pergi entah ke mana. Kenangan lalu kembali berkelebat di dalam pikirannya.

Dulu ia juga dibawa pergi dan berakhir di tempat terkutuk itu. Apa sekarang dirinya akan berakhir di tempat yang lebih menyeramkan? Tanpa sadar air matanya mengalir, Sasi terisak dengan tubuh bergetar. Kepalanya menggeleng panik ketika mobil yang dinaikinya mulai berjalan.

“Hei, kau kenapa?”

Lelaki yang menggendong dirinya itu mendekat, berniat ingin memeluknya agar dirinya sedikit tenang. Namun, bukan membuatnya tenang, Sasi malah semakin bergetar. Bersembunyi dibalik tuxedo kebesaran yang menyelimuti tubuhnya.

Tangannya berusaha menutupi kepala, Sasi sudah siap menerima pukulan yang akan mengenainya.

“Aku tidak akan memukulmu, jadi … jangan takut seperti itu. Namamu Sasi Theresia ‘kan? Coba lihat aku, aku di sini untuk menjagamu. Tenang manis, mulai saat ini tidak akan ada yang berani menyakitimu. Aku janji.”

Sasi tetap tidak bergerak, kukuh menutup kepalanya dengan tangan. Menyembunyikan wajahnya di dalam kerah tuxedo kebesaran yang dipakainya. Ia tidak bisa mendengar apa pun, yang ada di pikirannya saat ini hanya suara-suara cambuk yang menemaninya selama ini.

Bahunya disentuh dengan lembut sebelum tubuhnya ditarik masuk ke dalam pelukan seseorang. Sasi memberontak, tapi kemudian ia sedikit meringis ketika lukanya terasa perih saat ia bergerak. Ada luka baru yang didapatnya beberapa hari lalu.

“Mulai saat ini aku adalah tuanmu, namaku Jonatan Allard, dan kau bisa memanggilku dengan sebutan Jo tanpa memakai kata ‘Tuan’. Aku yang akan mengurusmu mulai sekarang. Jadi … kau harus menuruti apa perkataanku.”

Perlahan Sasi mendongak, menatap wajah Jonatan dengan pandangan bertanya. Apakah ia akan dipukul jika tidak menuruti perkataan Jonatan? Apakah dia akan mendapatkan siksaan yang lebih parah dari sebelumnya? Banyak pertanyaan lain yang bersarang dalam otaknya. Namun, Sasi memilih diam tak bersuara.

Jonatan mengulurkan tangannya, menyentuh lembut bagian rambut Sasi.

“Jangan menatapku dengan raut seperti itu. Sudah kukatakan jika aku akan menjagamu, aku tidak akan menyakitimu, Sasi.”

Tangan Jonatan berpindah pada ujung bibir Sasi yang tampak membiru, ia yakin jika itu adalah bekas tamparan algojo yang didapatnya tadi. Selain bibirnya yang membiru, ada beberapa luka lain di wajahnya. Beberapa memar di tulang pipi serta dahinya. Bahkan, sebelah kelopak matanya membengkak, membuat mata indah tersebut sedikit tertutup.

“Sekejam apa mereka memperlakukanmu, hingga membuat wajahmu seperti ini?”

Jonatan mengerutkan dahinya, seolah menyadari sesuatu, lalu dengan sigap ia membuka tuxedo yang menutup tubuh Sasi, menyingkap kain tipis yang dikenakannya dan melihat satu luka yang masih bernanah dan tampak mengerikan.

“Ini seperti luka bakar yang berasal dari besi panas atau.” Jonatan kembali bersuara.

Kemudian, Jonatan menyentuh pinggiran luka yang masih basah itu dan mendapati Sasi meringis. Wanita itu menarik dirinya dan kembali melindungi kepalanya.

Sasi merasa bersyukur ketika melihat Jonatan tidak mendekat. Tubuhnya belum terbiasa disentuh dengan cara yang lembut seperti itu.

“Aku ingin mengobati lukamu, jangan takut,” ujar Jonatan kembali mendekat. Lelaki itu tersenyum berusaha menenangkan.

Tidak peduli dengan sikap Sasi yang jelas-jelas menolak, Jonatan berusaha menyentuh lukanya dengan sesuatu yang terasa dingin.

Bagi Sasi, manusia tidak ada yang baik. Mereka hanya akan baik ketika pertama kali bertemu dengannya. Jika mereka tahu kelemahan serta kekurangannya, mereka akan memanfaatkan lalu menyiksanya, lebih parahnya lagi, mereka akan pergi meninggalkan.

“Maaf, aku lupa jika tidak mempunyai persediaan obat lengkap di dalam mobil. Setelah sampai nanti, biar dokter yang akan menanganimu.” Jonatan membasuh luka Sasi dengan cairan yang dingin.

Sasi hanya berkedip bingung, memilih untuk tidak menjawab. Ia bahkan tidak terbiasa bersuara, itulah mengapa dirinya hampir saja lupa bagaimana caranya bicara.

Jonatan menganjur napas perlahan.

“Kau mengerti dengan apa yang kukatakan padamu, Sasi?”

Masih tidak mengangguk atau pun merespon, Sasi hanya mengedipkan matanya. Entah itu sebagai sebuah jawaban atau memang sudah saatnya kelopak mata itu bergerak.

“Jika kau tidak keberatan dengan ucapanku, kau harus menganggukkan kepalamu sebagai jawaban ‘ya’ dan jika tidak setuju, kau bisa menjawab dengan cara menggelengkan kepalamu,” ujar Jonatan sambil menirukan ucapannya.

Sasi menatap dalam.

“Apa kau ingin tubuhmu tidak merasakan sakit lagi?”

Sasi menganggukkan kepalanya pelan, sedikit merasa ragu. Saat melihat senyum tersungging di bibir Jonatan, ia merasa jika itu adalah hal yang benar.

“Gadis pintar.” Jonatan mengacak rambut Sasi dengan pelan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (19)
goodnovel comment avatar
putristana
waduh tom ternyata orang yang berbahaya. apa yang akan terjadi pada sasi?
goodnovel comment avatar
Noviani Siregar
apakah tom yg sudah menjual sasi....??? siapa jonatan sebenarnya.... apa maksudnya membeli sasi.....???
goodnovel comment avatar
Masruroh Masruroh
semoga Jonatan benar" merawat luka sasi, biar dia tidak merasakan kesakitan lagi.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 44

    Kejadian yang telah dilewati, tidak bisa serta merta Sasi lupakan begitu saja. Terlebih nada suara yang terkesan sumbang dan penuh dengan kengerian. Sasi memang sudah lupa dengan sosok dari suara yang selalu terngiang di benaknya itu. Namun, kemana pun dia melangkah, seolah olah dirinya telah disadarkan jika—semua kemalangan ini untuk menghindar dari pemilik suara yang saat ini tengah berdiri di hadapannya dengan wajah yang cukup bringas. “Apa kau tahu, sudah berapa lama ayah mencarimu, hmm? Apa kau tahu rasa malu yang ayah tanggung selama bertahun tahun karena kau kabur!” Suaranya bahkan terkesan ingin menguliti inci demi inci daging Sasi. Tubuh wanita itu semakin bergetar. Bahkan karena rasa takutnya yang begitu besar, Sasi tidak sanggup lagi mengeluarkan air matanya. Alexander Melolo tertawa kacil. “K-kau!” pekiknya sambil menunjuk wajah sang putri. “Apa-apaan kau ini! Kenapa hanya aku yang merasa senang karena telah bertemu kembali denganmu, Naina!”Sasi bahkan telah melupakan

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 43

    Aroma yang tidak asing. Besi karat, serta bau anyir darah. Suara teriakan karena kesakitan yang terlalu menggema, memekakkan gendang telinga. Perlahan, kesadaran Sasi kembali. Darah sedikit mengering rembas dari helai-helai rambutnya. Gadis itu kemudian berusaha membuka kedua matanya. Awalnya, dia ingin terpejam, karena tak terbiasa dengan silau matahari membuat pandangannya kabur. Namun, kali ini beda. Matanya yang masih tampak sayu-sayup terbuka lebar, ketika kendapati kedua tangannya terikat kuat. Gadis itu saat ini tengah berada di dalam ruangan yang begitu sempit. Dadanya bahkan begitu terasa sesak. Sasi kemudian kembali memejamkan kedua matanya. Mencoba tenang dengan mengatakan jika ini semua hanyalah bagian dari mimpi buruk. Saat membuka kedua kelopak matanya, dia yakin jika semua ini akan lenyap terbawa arus mimpi dalam tidur. Namun, dia sadar jika ada sesuatu yang nyeri di bagian kepalanya, bahkan aroma anyir dari darah yang sedikit mengering dari helai-helai rambutnya masi

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 42

    Sasi merengek pada Jonathan. Pasalnya, gadis itu ingin sekali diajak jalan-jalan menikmati suasana di luar sana. Karena merasa tidak tega dengan sang budak—akhirnya Jonathan mengangguk setuju. “Tapi, aku tidak mau membawamu ke pusat keramaian. Di wilayah ini ada sebuah danau bagus. Kau Pasti menyukainya.” Jonathan mencium kening Sasi dengan hangat. “Cepat ganti pakaianmu. Sebelum aku berubah pikiran.”Sasi berhambur masuk dalam kamar. Karena merasa bingung harus berpenampilan seperti apa. Gadis itu pun mengintip Jonathan dari balik pintu kamar. “J-Joe, b-bisakah kau mencarikanku baju?”Sial! Jonathan bahkan sangat hapal, ketika gadis itu merengek seperti itu dengan kedipan mata yang terbilang binal—berarti dia sedang tidak memakai apa pun saat itu. “Jangan berulah, Sasi. Ayolah, kau tinggal ambil baju di dalam lemari. Kalau aku sampai masuk ke dalam kamar saat ini juga kau bakal habis ku makan!”“T-tapi, aku serius, Joe.”Jonathan menghirup udara banyak-banyak kemudian menghembuska

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 41

    “Nathalie, kau di rumah?” Jonathan menelepon wanita itu ketika Leo sudah pergi. “Aku sedang di butik, ada apa, Jo?” tanya Nathalie dari balik telepon. Jonathan diam sesaat. “Brian ada di rumah? Aku menghubunginya beberapa kali, tapi tidak di respon. Apa dia sibuk?” Suranya datar, bahkan terkesan jauh dari kata marah. “Kau tahu siapa dia. Jam-jam seperti ini, dia masih tidur.”“Katakan padanya, besok malam aku ingin bertemu dengannya di kelab Davin’z.”“Ya, nanti kusampaikan. Bagaiaman kabar Sasi? Apa dia semakin baik? Maksudku, apa dia sudah lebih mengert dengan lingkungannya?”“Ehm. Dia lebih baik dari sebelumnya.”“Syukurlah. Jo, aku rindu denganmu—““Maaf, Nath, aku sedang sibuk.” Jonathan memutus panggilannya sepihak, sebelum sempat mendengar Nathalie melengkapi kata-katanya. “Brian.” Jonathan mengetuk-ngetukkam ujung jarinya pelan di atas meja, sebelah tangannya bertumpu di bawah dagunya. Seola

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 40

    “Sam, apakah Zack sudah sadar?” Pria itu langsung bertanya ketika selesai mencuci tangannya. Ada bercak darah di sana. “Sudah Tuan, saya sudah mengintrogasinya. Katanya penyusup itu bersembunyi di ruangan urutan empat dari pintu masuk. Dekat dengan sel keenam. Saat mengetahui tidak ada pengawal Anda yang berwajah sepertinya, Zack ingin menangkapnya. Tapi penyusup itu melarikan diri. Dia juga mengatakan tidak menyadari jika ada wanita Anda di sana, Tuan. Yang Zack tahu setelah dia terjatuh, seorang wanita menangkapnya dengan ragu ragu. Dan dia langsung menjerit dan meminta tolong.” Jonathan berkeinginan akan menambah ruang penyekapan pribadinya. Jendela di ruangan utama baru saja selesai dibuat, ruangan itu ingin dijadikan tempat beristirahat para pengawal. Sebab, selama ini ruangan para pengawalnya begitu dekat dengan sel penyekapan. Aroma anyir darah memang sudah bersatu di ruangan itu. Setidaknya bau anyir tidak terlalu dekat jika mereka berada di ruangan utama. Tumbuh besar

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 39

    Selepas bersenggama, Jonathan menidurkan Sasi di dalam pelukannya. Mereka menghangatkan tubuh satu sama lain di dalam selimut yang sama tanpa mengenakan pakaian. Pikiran Jonathan berkecamuk. Pria itu bahkan tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Dia tidak mengerti, padahal dirinya belum memukul gadis itu sama sekali, hanya menjambaknya. Namun, tubuhnya sedikit demam sejak tadi. Andai suatu saat dia memukul gadis itu, Jonathan akan menjadi salah satu jajaran pria. Pecundang yang hanya bisa menyakiti wanita. Saat berada di ruangan penyekapan miliknya, entah kenapa Jonathan begitu menaruh curiga pada Sasi. Bukan hanya pada gadis itu, tapi kepada semua orang. Namun, kecurigaannya lebih besar pada Sasi, karena gadis itu orang paling dekat dengannya. Bukankah musuh memang kebanyakan tercipta dari orang terdekat sendiri? Tapi, saat melihat gadis itu memeluk tubuhnya sendiri dan menangis terisak-isak, membuat sesuatu dalam diri Jonathan hancur. Jika

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status