Share

Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik
Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik
Penulis: Jw Hasya

BAB 1

Penulis: Jw Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-18 22:38:00

“Kau haus?”

Sasi Theresia, gadis bernasib malang itu tampak mengangguk antusias.

Lalu, pria berperawakan tinggi besar yang biasa dikenal sebagai salah satu Algojo itu tersenyum miring. Melepaskan cambuk dari tangannya.

“Buka mulutmu!” Perintahnya dengan suara lantang dan keras.

Sasi menggeleng. Kedua kelopak matanya sayu.

“Aku akan memberimu minum. Cepat!”

Sasi membelalakkan kedua bola matanya, kemudian langsung beringsut mundur sembari terus menggeleng-geleng takut. Air matanya mengancam keluar. Di antara puluhan wanita yang berada di sana, hanya dialah satu-satunya yang masih memiliki reaksi terhadap apa pun bentuk tindakan yang dilakukan kepada dirinya.

Pasalnya, algojo itu bukan menawarinya minuman. Itu adalah hal terburuk yang akan Sasi ingat.

Ruangan itu gelap serta lembab, bau busuk serta karat besi menguar menjadi satu. Terdengar suara nyaring antara besi bertemu dengan kulit, tapi tidak ada jeritan. Segala mimpi buruk seakan bersatu ada di tempat itu, mimpi yang akan terus disimpan tanpa kemampuan untuk membuangnya.

Mereka semua akan dijual.

Seharusnya berita tersebut menjadi berita yang membahagiakan. Namun, tentu tergantung siapa yang akan membeli mereka. Nasib mereka akan berubah seiring dengan pemiliknya.

“Sekali lagi kukatakan, buka mulutmu!”

Sasi menelan ludah dengan susah payah, kerongkongannya begitu kering. Rasa haus yang mencekik membuatnya terpaksa mengerang.

Sebuah erangan tidak bisa dikatakan sebagai keributan. Namun, di dalam ruangan sunyi itu, helaan napas yang terlalu kuat juga bisa menjadi gangguan dalam pendengaran.

Jika wanita lain akan menurut dengan pandangan kosong, karena jiwa mereka sudah mati, hanya tersisa tubuh tanpa pikiran. Maka, tidak dengan Sasi. Wanita itu bahkan selalu berusaha menolak apa pun yang Algojo perintah. Itulah yang menjadi sebab, dirinya malam ini akan dijual dengan harga yang paling tinggi.

“Atas dasar apa kau menolak, P*lacur!” Algojo itu membentak, lalu mendekat dan menjambak rambut Sasi.

Kemudian, satu tamparan yang maha kuat mendarat mulus di wajah Sasi, hingga membuat tubuhnya limbung serta telinganya berdengung. Bahkan, sudut bibirnya telah berdarah, sebelum luka lama sembuh, sudah ditimpa dengan luka baru.

Satu Algojo lainnya menghampiri mereka.

“Kau lupa, jika hari ini mereka dijual? Jangan menyakiti mereka lebih parah atau pelanggan yang berminat semakin sedikit.”

“Wajah dia cantik, dan itu satu-satunya perawan yang masih tersisa. Kau bahkan juga tahu jika dia tidak terpengaruh pada obat kita. Dia masih memiliki reaksi, hal yang mustahil jika dia tidak laku malam ini. “

Jika mereka mendapat majikan kejam yang menginginkan mereka menjadi anjing, maka mereka akan melaksanakannya. Makan langsung dengan mulut, memakai kalung anjing, dan menggonggong ketika dipanggil.

Seharusnya itu lebih baik, daripada harus tinggal selamanya di dalam ruangan gelap, lembab, serta mengerikan tersebut. Makan makanan busuk setiap hari, lalu mendapat perlakuan kasar. Namun, jika dipikir kembali, seorang dominan tidak mungkin lebih baik dibandingkan para Algojo yang berada di sana.

***

Mereka dibawa ke ruangan gelap, yang tampak bersih di antara puluhan ruangan yang berada di sana. Ruangan itu menjadi tempat mereka menunggu giliran untuk dilelang. Gelap dan senyap, sudah menjadi keadaan yang wajar. Hingga rasa kantuk seketika menyerang. Sasi jatuh tertidur. Rasanya ia belum pernah merasakan senyaman ini, tubuhnya terasa lebih segar karena sudah terkena air, dan ditambah juga dengan tempat yang lembab tanpa debu serta bau busuk yang menyengat.

Hanya berselang beberapa menit, setelah Sasi terlelap, perutnya ditendang dengan begitu kuat, hingga membuatnya sekonyong-konyong membuka mata dan langsung beringsut. Gadis itu tampak meringis menahan sakit yang tak berkesudahan.

Sejurus kemudian, ia menoleh ke arah kanan serta kiri. Sepi. Hanya dirinya yang tersisa di sana saat ini. Para wanita yang berada di ruangan yang sama dengannya tadi sudah tidak ada.

Sasi di seret tanpa tahu dirinya akan dibawa ke mana. Hingga sebuah tirai disingkap. Tampak puluhan manusia ada di sana. Sedangkan dirinya menjadi sorot utama. Di paksa duduk disebuah bangku kosong yang berada di tengah-tengah panggung, membuat Sasi kembali diselimuti rasa takut.

Seketika ia meringkuk, mencoba menghindar dari sorot mata puluhan manusia dan juga cahaya lampu yang menyakitkan netranya.

“Lihat ke depan, dan duduk dengan tegak. Jika tidak, maka cambuk ini akan berakhir di atas tubuhmu,” ujarnya ketus.

Terkesan sebagai sebuah ancaman, dan Sasi sudah terbiasa mendengarnya. Matanya melirik takut-takut ke arah cambuk kasar yang berada di tangan algojo, ia berusaha menelan ludahnya dengan rasa gugup. Kemudian Sasi mencoba untuk duduk tegak, meski kepalanya tertunduk dalam.

“Tuan-tuan sekalian. Dia adalah aset berharga kami, cantik dan bersih, masih perawan. Dan dia satu-satunya budak yang masih memiliki reaksi. Tapi … tenang saja, jika dia berbuat macam-macam, Anda bisa membawanya kepada kami untuk diisolasi!”

Ketukan palu terdengar. Tawaran harga pun dimulai. Hari ini, Sasi akan memiliki majikan baru. Dan … ini jugalah kesempatannya untuk melarikan diri.

“Buka bajunya, aku ingin melihat bagaimana kondisi tubuhnya. Bukankah budak ini yang paling spesial dan sampai pada harga tertinggi, aku akan rugi jika ternyata dia tidak benar-benar perawan!”

Beberapa pria lain yang mendengar ucapannya mengangguk setuju. Sasi langsung beringsut mundur, berniat turun dari bangku tinggi yang didudukinya. Namun, sayangnya Algojo yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk langsung sigap menghampirinya. Menahan kedua bahu Sasi dan langsung menarik bajunya lepas hingga tubuhnya terekspos.

“Jatuhkan tanganmu darinya. Seratus juta euro aku akan membayarnya!” Suara lantang itu menghentikan sorak sorai para pria yang ingin melihat inti tubuh Sasi. Tatapan mereka beralih secara bersamaan ke arah lelaki yang memakai tuxedo navy dengan sebuah topeng serigala.

Pria misterius itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah algojo dengan bibir terlihat menukik sebelah.

“Aku akan membawanya pulang. Bawahanku yang akan mengurus pembayarannya.” Suaranya begitu seksi. Terkesan tegas. “Berapa tadi? Seratus juta euro? Cukup ‘kan untuk membayarnya?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Indri GN
siapapun ituu... tolong jadilah penyelamat bagi Sasi. sudah cukup penderitaan sasi disana
goodnovel comment avatar
fatmawati
sabar ya Sasi semoga orang yang membelimu tidak arogan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 6

    Jonatan mengangkat kedua alisnya, sedikit gugup saat melihat Nathalie yang menajamkan pandangannya. “Kau bilang, kau menemukan gadis ini di tengah jalan? Jangan pikir aku tidak tahu siapa dia, Jo. Kau lupa, jika Brian punya kegemaran yang sama denganmu?” “Baiklah-baiklah.” Jonatan menggenggam kedua bahu Nathalie, mendorongnya masuk dalam kamar. “Kau tahu, jika aku tidak piawai dalam membohongimu, Nath. Dia adalah budak yang kubeli dari kelab. Kurasa suamimu juga tahu itu.” “Kau bahkan tidak pernah membeli budak sebelumnya, apalagi memeliharanya. Apa ….” Nathalie menggantung kalimatnya, kedua bola matanya menelisik ke arah Jonatan. “Jangan bilang karena masalah kita dulu, jadi kau memilih untuk memelihara budak, Jo.” Jonatan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Tentu saja bukan, Naht. Aku hanya butuh barang untuk bermain-main. Akhir-akhir ini aku sedikit bekerja keras karena masalah Leo, dan aku butuh sesuatu untuk bisa membuat pikiranku lebih segar.” Nathalie bekacak ping

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 5

    “Tidak ada masalah yang serius, selain luka-luka yang lumayan parah. Tapi, dia memiliki luka batin yang begitu serius, hingga jiwanya terguncang,” ujar dokter Violetta sambil membetulkan posisi kacamatanya. Jonatan menatap lekat ke arah Sasi. “Jo, aku tidak mau tahu apa yang sudah kau lakukan terhadap gadis malang ini. Namun, karena saat ini dia adalah pasienku, jadi sudah tanggung jawabku.” Jonatan menahan senyumnya. Wanita paruh baya yang sialnya dokter khusus yang ditugaskan untuknya itu, selalu ingin tahu banyak hal untuk kemudian diadukannya kepada Anthony Allard, dengan tambahan sedikit bumbu dramatis. “Kau tenang saja, Vio, karena tidak ada kejadian yang lebih untuk kau ketahui. Aku hanya menolongnya. Katakan pada Ayah, jika putranya ini sudah menjadi lebih dewasa dan baik.” Dokter Violetta terbatuk-batuk, kemudian wanita paruh baya tersebut kembali membetulkan posisi kacamatanya. “Aku tidak pernah memberitahu apa pun tentangmu pada Anthony, Jo. Jadi, tolong jan

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 4

    Jonatan tidak tahu apakah perbudakan tempat Sasi berada, memaksa mereka makan dengan gaya anj*ng atau tidak, tetapi melihat bagaimana gaya Sasi makan, sepertinya tempat itu memang mengajarkan budak-budak mereka makan dengan gaya hewan. Lelaki itu meringis. Ia merasa punya hewan dalam wujud manusia. Dia berjalan mendekati Sasi, berjongkok di hadapannya sembari tersenyum lembut. “Aku tidak akan mengambil makananmu, kau boleh makan sesukamu kapan pun kau mau, Sasi. Aku akan mengajarimu bagaimana caranya makan yang baik dan benar.” Jonatan mengambil piring Sasi yang berada di lantai, membawanya kembali ke atas meja makan lalu mengedikkan dagunya untuk menyuruh gadis itu duduk di atas kursi. “Ini sendok, dan ini garpu. Kau harus memakainya saat. Seperti ini ….” Sasi tidak mengikutinya, gadis itu hanya memperhatikan dengan kedua bola mata membesar, dahinya berkerut sebelum wajahnya perlahan tampak berbinar. Seolah-olah ia kembali mengingat sesuatu yang pernah dilupakannya. Me

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 3

    Malam itu, Jonatan mengubah posisi tidurnya, berbalik ke kanan lima menit, lalu kembali telungkup. Tidak sampai satu menit, ia kembali mengubah gaya tidurnya menghadap ke kiri. Begitu terus sampai menjelang pagi. Sejak kejadian beberapa bulan lalu tidurnya selalu gelisah. Ia selalu teringat bagaimana dirinya meniduri seorang wanita yang dicintainya. Karena perbuatan Jonatan—Nathalie—memilih menikah dengan orang lain, yang membuat wanita itu tidak bahagia. Jonatan kemudian mengerang frustrasi. Mungkin hanya dirinya yang seperti saat ini, karena bisa saja sekarang Nathalie sedang tertidur nyenyak. Sahabatnya itu tidak terlalu mempermasalahkan apa yang pernah terjadi. Sebetulnya mereka mempunyai perasaan yang sama. Yang berbeda hanya cara dalam memelihara rasa yang mereka miliki. Lalu Nathalie memilih menikah dengan orang lain. Jonatan menatap jam di ponselnya dengan malas, lalu mencari nomor Paman Leonard sebelum meneleponnya, tampaknya malam itu ia akan menghabiskan malam di seb

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 2

    “Selamat ulang tahun, Sasi.” Sasi tersenyum lembut, kemudian gadis itu menoleh ke arah kekasihnya. “Apa kau yang menyiapkan semua hadiah ini untukku?” tanyanya dengan suara pelan. Tom mengangguk, lalu mengecup dahi Sasi dengan sayang. Setidaknya itu yang dilihat Sasi kala itu. “Tentu saja, aku akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia.” Saat itu adalah ulang tahun Sasi ke 26 tahun. Tepat ketika Tom ingin melamarnya. Suasananya begitu meriah, hingga tak ada yang sadar semabuk apa Sasi malam itu. Para tamu pun mabuk, hingga tak sadar apa yang sudah terjadi. Sasi sendiri berdiri dengan keadaan kepala berdenyut, langkahnya menjadi tidak stabil. Sasi berusaha berjalan ke arah kamar yang telah dipesan oleh Tom untuk mereka dapat habiskan malam penuh cinta tersebut. Gadis itu tidak terlalu mengingatnya, ia hanya memasuki kamar yang cukup gelap, lalu mulutnya ditutup kain dengan aroma yang cukup menyengat, hingga gadis itu berontak. “Tom, kaukah itu?” lirihnya. Namun, tubuhnya

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 1

    “Kau haus?” Sasi Theresia, gadis bernasib malang itu tampak mengangguk antusias. Lalu, pria berperawakan tinggi besar yang biasa dikenal sebagai salah satu Algojo itu tersenyum miring. Melepaskan cambuk dari tangannya. “Buka mulutmu!” Perintahnya dengan suara lantang dan keras. Sasi menggeleng. Kedua kelopak matanya sayu. “Aku akan memberimu minum. Cepat!” Sasi membelalakkan kedua bola matanya, kemudian langsung beringsut mundur sembari terus menggeleng-geleng takut. Air matanya mengancam keluar. Di antara puluhan wanita yang berada di sana, hanya dialah satu-satunya yang masih memiliki reaksi terhadap apa pun bentuk tindakan yang dilakukan kepada dirinya. Pasalnya, algojo itu bukan menawarinya minuman. Itu adalah hal terburuk yang akan Sasi ingat. Ruangan itu gelap serta lembab, bau busuk serta karat besi menguar menjadi satu. Terdengar suara nyaring antara besi bertemu dengan kulit, tapi tidak ada jeritan. Segala mimpi buruk seakan bersatu ada di tempat itu, mimpi yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status