Share

BAB 3

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-09-18 23:24:00

Malam itu, Jonatan mengubah posisi tidurnya, berbalik ke kanan lima menit, lalu kembali telungkup. Tidak sampai satu menit, ia kembali mengubah gaya tidurnya menghadap ke kiri. Begitu terus sampai menjelang pagi. Sejak kejadian beberapa bulan lalu tidurnya selalu gelisah. Ia selalu teringat bagaimana dirinya meniduri seorang wanita yang dicintainya.

Karena perbuatan Jonatan—Nathalie—memilih menikah dengan orang lain, yang membuat wanita itu tidak bahagia. Jonatan kemudian mengerang frustrasi. Mungkin hanya dirinya yang seperti saat ini, karena bisa saja sekarang Nathalie sedang tertidur nyenyak. Sahabatnya itu tidak terlalu mempermasalahkan apa yang pernah terjadi.

Sebetulnya mereka mempunyai perasaan yang sama. Yang berbeda hanya cara dalam memelihara rasa yang mereka miliki. Lalu Nathalie memilih menikah dengan orang lain.

Jonatan menatap jam di ponselnya dengan malas, lalu mencari nomor Paman Leonard sebelum meneleponnya, tampaknya malam itu ia akan menghabiskan malam di sebuah kelab.

“Kuharap, aku tidak mengganggu waktumu, Paman.”

Hening, hanya deru napas yang terdengar, Jonatan tersenyum simpul.

“Malam ini kelab biasa,” tanpa basa-basi, Paman Leonard langsung berujar.

Jonatan tertawa ringan. “Maaf, malam ini aku telah mengganggu malam indahmu, Paman. Kau bisa melanjutkannya lagi.”

Jonatan meraih kunci mobilnya, bersenandung kecil dan langsung menuju kelab yang sering di datanginya.

Kelab Davin’z salah satu kelab yang begitu sering ia kunjungi. Selain menyediakan berbagai macam jenis minuman langka dan mahal, tempatnya juga cukup tertutup. Menjunjung tinggi privasi, itulah sebabnya kelab ini banyak dikunjungi para petinggi serta orang-orang penting di negaranya.

Pemilik kelab sendiri banyak mengetahui rahasia para petinggi serta orang-orang penting yang berada di negara tersebut. Sayangnya tidak satu pun dari para petinggi dan orang-orang penting itu tahu wajah Davin. Dia selalu mengenakan topeng rubah, dan kehidupan pribadinya amat tertutup. Tidak ada yang dapat menjelaskan bagaimana bentuk wajah aslinya, tapi yang pasti Davin adalah pebisnis muda yang cukup sukses.

Jonatan memiliki kartu VIP, membuatnya dengan mudah memasuki dunia bawah tempat pelelangan para budak dilakukan. Memilih tempat duduk di bagian akhir, ia senang mengamati gerakan tubuh pebisnis dan orang-orang penting yang berada di sana.

Meski wajahnya mereka tutupi dengan topeng, Jonatan dengan begitu mudah dapat mengingat setiap kebiasaan serta gerakan. Salah satu rahasia sukses yang dimilikinya. Jonatan tidak mungkin bekerja sama dengan pebisnis yang tergila-gila pada tubuh wanita dan dominan pada budak-budak yang dibelinya. Seperti biasa, acaranya cukup membosankan. Budak-budak itu berdiri dengan tatapan kosong, hanya berbentuk tubuh tanpa pikiran. Persis seperti sebuah manekin.

“Malam ini kami hendak menjual budak yang paling spesial. Dia satu-satunya budak yang masih perawan, bukan hanya itu … dia juga punya pikiran dan seperti perempuan pada umumnya. Tapi tenang saja, dia akan tetap mematuhi perintah, jika tetap berontak dan tidak bisa diatur, Anda bisa membawanya kembali pada kami dalam beberapa minggu untuk diisolasi.”

Jonatan berniat pergi, tapi segera mengurungkan niatnya tersebut ketika mendengar kalimat itu. Selama mengikuti pelelangan belum pernah ada yang hidup. Semua wanita yang menjadi budak seolah telah mati, mereka berdiri bagaikan boneka.

“Sasi Theresia.”

Seorang wanita diseret agar mengikuti langkah algojo berbadan besar, dipaksa duduk di bangku tinggi yang menjadi tempat para budak-budak sebelumnya.

Kedua bola mata wanita itu menatap takut-takut ke arah semua orang yang berada di sana. Jonatan tampak tersenyum tipis, ternyata wanita itu memang memiliki reaksi.

Tubuhnya kurus, ada puluhan lebam yang berada di sekitar pundak serta kakinya. Setidaknya itulah yang terlihat saat ini. Wajahnya pucat, dan kerutan di dahinya membuat Jonatan memiliki dorongan kuat untuk segera bisa menghilangkannya.

Bahkan terkesan aneh, pria itu memiliki rasa ingin segera membawa gadis itu pergi jauh dari tempat terkutuk tersebut lalu memeluknya dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa gadis bernama Sasi Theresia itu akan aman bersamanya. Tidak tahu apa yang merasuki pikiran Jonatan, tetapi ketika mereka ingin melihat alat vital gadis itu, lelaki itu menyebutkan angka yang mungkin bisa dicatat dalam sejarah pelelangan.

Yang Jonatan tahu, Sasi harus segera dirawat dengan baik. Gadis itu memiliki reaksi dan tidak seperti budak-budak lainnya. Jonatan bahkan tidak tahu, dari mana rasa ketertarikan itu berasal, tapi mari anggap saja rasa itu sebagai hadiah keberuntungan bagi gadis tersebut, karena dirinyalah yang membeli.

Pembeli yang lain belum tentu memperlakukannya dengan hormat. Mereka membeli budak untuk sekadar memuaskan nafsu. Bukan untuk membebaskannya. Ya, meskipun nanti, ketika Sasi berada di tangannya, ia tidak akan membebaskannya juga. Setidaknya Jonatan tidak akan menyakiti budaknya sendiri.

Mungkin ia akan mengajari Sasi beberapa hal, agar gadis itu bisa seperti wanita-wanita pada umumnya. Agar ia bisa menghentikan pembantunya dan membuat gadis itu mengerjakan pekerjaan rumah.

^^^

Jonatan menatap tubuh polos Sasi di dalam bathtub. Berniat akan memandikan sang budak. Gadis itu meringis saat luka-lukanya terkena air. Ada binar senang di wajahnya saat melihat seluruh tubuhnya tertutup busa. Sejurus kemudian Sasi mendongak menatap Jonatan dengan sorot mata takut. Ragu-ragu mengambil air lalu memasukkannya dalam mulut dengan gerakan begitu cepat.

Jonatan tercengang melihatnya. Itu air sabun.

“Muntahkan, Sasi! Kenapa kau meminumnya? Ini air sabun, kau bisa sakit.”

Tidak ada jalan lain, Jonatan memasukkan telunjuknya ke dalam kerongkongan Sasi. Hingga membuat gadis itu memuntahkan isi perutnya.

“Jika memang kau haus dan ingin minum, aku akan memberikannya. Jangan pernah meminum air dari kamar mandi lagi, apa kau mengerti?”

Sasi mengangguk takut-takut. Matanya berair karena dipaksa mengeluarkan isi perutnya.

Jonatan mengerang, akan sejauh mana usahanya nanti agar bisa membuat Sasi seperti gadis normal. Tampaknya, ia harus menyewa orang untuk mengajari gadis itu.

“Buka mulutmu.” Jonatan mengambil sikat gigi miliknya lalu menggosok gigi Sasi. “Mulai hari ini dan seterusnya, kau harus menyikat gigimu ketika sedang mandi. Kau juga harus mengenakan sabun serta shampo, ini untuk badan, sementara yang ini untuk rambut.” Jonatan menunjuk satu persatu botol yang berjajar di sana.

Sasi mengamati setiap gerak Jonatan.

“Basuh mulutmu dan jangan meminum airnya.” Jonatan mengambil air langsung dari telapak tangannya dan memberikannya pada Sasi.

“Tutup matamu, dan tenangkan tubuhmu. Iya seperti itu, aku akan mencuci rambutmu,” bisik Jonatan di salah satu cuping telinga Sasi, membuat suasana sedikit terasa panas, junior miliknya mendadak tegang, ketika melihat gadis itu merebahkan tubuhnya di dalam bathtub, hingga menyembulkan dua gundukan kenyal yang tak seberapa besar. Lantas, Jonatan pun berupaya menghalau keinginannya saat ini.

Lelaki itu menarik keinginannya, dia sendiri yang akan mengajari Sasi segalanya. Tidak perlu orang lain, sebab melakukannya terasa begitu menantang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
putristana
typo akan ada pelangi setelah badai. malah kebalik.........
goodnovel comment avatar
putristana
waduh, kayaknya sasi itu masih trauma. kasihan Sasi, kapan badai akan berakhir? .... katanya akan ada badai setelah pelangi?
goodnovel comment avatar
Masruroh Masruroh
pasti sasi trauma Sampek dia kek gitu,,,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 44

    Kejadian yang telah dilewati, tidak bisa serta merta Sasi lupakan begitu saja. Terlebih nada suara yang terkesan sumbang dan penuh dengan kengerian. Sasi memang sudah lupa dengan sosok dari suara yang selalu terngiang di benaknya itu. Namun, kemana pun dia melangkah, seolah olah dirinya telah disadarkan jika—semua kemalangan ini untuk menghindar dari pemilik suara yang saat ini tengah berdiri di hadapannya dengan wajah yang cukup bringas. “Apa kau tahu, sudah berapa lama ayah mencarimu, hmm? Apa kau tahu rasa malu yang ayah tanggung selama bertahun tahun karena kau kabur!” Suaranya bahkan terkesan ingin menguliti inci demi inci daging Sasi. Tubuh wanita itu semakin bergetar. Bahkan karena rasa takutnya yang begitu besar, Sasi tidak sanggup lagi mengeluarkan air matanya. Alexander Melolo tertawa kacil. “K-kau!” pekiknya sambil menunjuk wajah sang putri. “Apa-apaan kau ini! Kenapa hanya aku yang merasa senang karena telah bertemu kembali denganmu, Naina!”Sasi bahkan telah melupakan

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 43

    Aroma yang tidak asing. Besi karat, serta bau anyir darah. Suara teriakan karena kesakitan yang terlalu menggema, memekakkan gendang telinga. Perlahan, kesadaran Sasi kembali. Darah sedikit mengering rembas dari helai-helai rambutnya. Gadis itu kemudian berusaha membuka kedua matanya. Awalnya, dia ingin terpejam, karena tak terbiasa dengan silau matahari membuat pandangannya kabur. Namun, kali ini beda. Matanya yang masih tampak sayu-sayup terbuka lebar, ketika kendapati kedua tangannya terikat kuat. Gadis itu saat ini tengah berada di dalam ruangan yang begitu sempit. Dadanya bahkan begitu terasa sesak. Sasi kemudian kembali memejamkan kedua matanya. Mencoba tenang dengan mengatakan jika ini semua hanyalah bagian dari mimpi buruk. Saat membuka kedua kelopak matanya, dia yakin jika semua ini akan lenyap terbawa arus mimpi dalam tidur. Namun, dia sadar jika ada sesuatu yang nyeri di bagian kepalanya, bahkan aroma anyir dari darah yang sedikit mengering dari helai-helai rambutnya masi

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 42

    Sasi merengek pada Jonathan. Pasalnya, gadis itu ingin sekali diajak jalan-jalan menikmati suasana di luar sana. Karena merasa tidak tega dengan sang budak—akhirnya Jonathan mengangguk setuju. “Tapi, aku tidak mau membawamu ke pusat keramaian. Di wilayah ini ada sebuah danau bagus. Kau Pasti menyukainya.” Jonathan mencium kening Sasi dengan hangat. “Cepat ganti pakaianmu. Sebelum aku berubah pikiran.”Sasi berhambur masuk dalam kamar. Karena merasa bingung harus berpenampilan seperti apa. Gadis itu pun mengintip Jonathan dari balik pintu kamar. “J-Joe, b-bisakah kau mencarikanku baju?”Sial! Jonathan bahkan sangat hapal, ketika gadis itu merengek seperti itu dengan kedipan mata yang terbilang binal—berarti dia sedang tidak memakai apa pun saat itu. “Jangan berulah, Sasi. Ayolah, kau tinggal ambil baju di dalam lemari. Kalau aku sampai masuk ke dalam kamar saat ini juga kau bakal habis ku makan!”“T-tapi, aku serius, Joe.”Jonathan menghirup udara banyak-banyak kemudian menghembuska

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 41

    “Nathalie, kau di rumah?” Jonathan menelepon wanita itu ketika Leo sudah pergi. “Aku sedang di butik, ada apa, Jo?” tanya Nathalie dari balik telepon. Jonathan diam sesaat. “Brian ada di rumah? Aku menghubunginya beberapa kali, tapi tidak di respon. Apa dia sibuk?” Suranya datar, bahkan terkesan jauh dari kata marah. “Kau tahu siapa dia. Jam-jam seperti ini, dia masih tidur.”“Katakan padanya, besok malam aku ingin bertemu dengannya di kelab Davin’z.”“Ya, nanti kusampaikan. Bagaiaman kabar Sasi? Apa dia semakin baik? Maksudku, apa dia sudah lebih mengert dengan lingkungannya?”“Ehm. Dia lebih baik dari sebelumnya.”“Syukurlah. Jo, aku rindu denganmu—““Maaf, Nath, aku sedang sibuk.” Jonathan memutus panggilannya sepihak, sebelum sempat mendengar Nathalie melengkapi kata-katanya. “Brian.” Jonathan mengetuk-ngetukkam ujung jarinya pelan di atas meja, sebelah tangannya bertumpu di bawah dagunya. Seola

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 40

    “Sam, apakah Zack sudah sadar?” Pria itu langsung bertanya ketika selesai mencuci tangannya. Ada bercak darah di sana. “Sudah Tuan, saya sudah mengintrogasinya. Katanya penyusup itu bersembunyi di ruangan urutan empat dari pintu masuk. Dekat dengan sel keenam. Saat mengetahui tidak ada pengawal Anda yang berwajah sepertinya, Zack ingin menangkapnya. Tapi penyusup itu melarikan diri. Dia juga mengatakan tidak menyadari jika ada wanita Anda di sana, Tuan. Yang Zack tahu setelah dia terjatuh, seorang wanita menangkapnya dengan ragu ragu. Dan dia langsung menjerit dan meminta tolong.” Jonathan berkeinginan akan menambah ruang penyekapan pribadinya. Jendela di ruangan utama baru saja selesai dibuat, ruangan itu ingin dijadikan tempat beristirahat para pengawal. Sebab, selama ini ruangan para pengawalnya begitu dekat dengan sel penyekapan. Aroma anyir darah memang sudah bersatu di ruangan itu. Setidaknya bau anyir tidak terlalu dekat jika mereka berada di ruangan utama. Tumbuh besar

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 39

    Selepas bersenggama, Jonathan menidurkan Sasi di dalam pelukannya. Mereka menghangatkan tubuh satu sama lain di dalam selimut yang sama tanpa mengenakan pakaian. Pikiran Jonathan berkecamuk. Pria itu bahkan tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Dia tidak mengerti, padahal dirinya belum memukul gadis itu sama sekali, hanya menjambaknya. Namun, tubuhnya sedikit demam sejak tadi. Andai suatu saat dia memukul gadis itu, Jonathan akan menjadi salah satu jajaran pria. Pecundang yang hanya bisa menyakiti wanita. Saat berada di ruangan penyekapan miliknya, entah kenapa Jonathan begitu menaruh curiga pada Sasi. Bukan hanya pada gadis itu, tapi kepada semua orang. Namun, kecurigaannya lebih besar pada Sasi, karena gadis itu orang paling dekat dengannya. Bukankah musuh memang kebanyakan tercipta dari orang terdekat sendiri? Tapi, saat melihat gadis itu memeluk tubuhnya sendiri dan menangis terisak-isak, membuat sesuatu dalam diri Jonathan hancur. Jika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status