Share

BAB 8

Author: Jw Hasya
last update Huling Na-update: 2025-09-24 18:25:00

Sasi Theresia beringsut di balik punggung Jonatan. Menatap takut ke arah pria bermanik biru lazuardi, kedua tangannya meremas jas Jonatan hingga tampak kusut.

Pagi ini Jonatan betul-betul membawa Sasi ke rumah sang sahabat. Seperti perkataannya kepada sang budak dua hari lalu—bahwa dirinya hendak pergi dan akan membawanya ke tempat di mana Sasi bisa beradaptasi.

Jonatan menghela napas. “Bisakah kau tidak memperhatikannya? Lihatlah, dia bahkan seperti seekor anak kucing yang ketakutan.”

“Apa kau yakin kalau dia bukan mata-mata yang diutus oleh para musuh padamu, Jo? Jangan terkecoh, karena musuh kita biasanya akan mengirim wanita yang tampak polos dan lugu untuk membuat orang-orang seperti kita merasa kasihan.” Leo berdecih, menatap tidak suka kepada Sasi.

“Aku membelinya langsung saat pelelangan, bagaimana bisa dia mata-mata. Lagipula kau tahu, jika kelab Davin’s terkenal dengan pelayanan serta transaksinya.”

Leo mengedikkan pundaknya dengan gaya acuh tak acuh. “Mungkin aku terlalu khawatir. Aku akan menyuruh pelayan untuk mengantar makan padanya di depan pintu. Kau bahkan tahu, aku belum pernah menunjukkan ruangan itu kepada bawahanku selain Hans.”

Jonatan berdecak. “Kuharap kau tidak mempersulit dirinya. Jika kau tidak meminjamkam ruangan ini, aku tidak akan pernah lagi membantumu.”

Dengan bersungut-sungut, Leo melangkahkan kakinya menuju sebuah perpustakaan dan Jonatan mengikutinya. Di sana, tepat di balik jejeran rak buku yang tertata rapi, ada jalan menuju ruang rahasia bawah tanah. Tempat Leo menghabiskan waktu untuk menenangkan diri.

Tempat persembunyian dari dunia luar, tempat Leo menjadi gila dengan segala permainannya. Dan kini, demi seorang budak, Leo menyewakan tempat rahasianya. Jonatan bahkan mengancam tidak akan pernah lagi membantunya demi mendapatkan tempat untuk budak kesayangannya.

Katakanlah jika Jonatan memang benar-benar peduli terhadap keselamatan Sasi, mencintai budaknya tanpa ia sadari.

Benar-benar tidak masuk akal. Diam-diam Leo berjanji tidak akan sebodoh Jonatan, yang diperbudak oleh budaknya sendiri. Miris.

“Aku tahu, kau sedang menyumpahiku,” ucap Jonatan ketika mereka sampai di depan pintu batu ruangan bawah tanah milik Leo.

Lama berteman dengan Leo, sudah cukup bagi Jonatan untuk tahu bagaimana sifat kawannya tersebut. Jika di depan kolega bersikap manis, jika di depan pengkhianat bersikap iblis. Bahkan, dedepan wanita yang dikencani saja dia mampu bersikap kejam, arogan dan sadis. Lelaki itu bisa membunuh tanpa harus menyentuh. “Ya, kau benar. Aku memang menyumpahimu,” sungut Leo. “Pintu ini tidak perlu dikunci. Kau cukup menutupnya saja. Ini terlalu berat, aku yakin budakmu tidak akan bisa membukanya,” sambung Leo sebelum melangkah pergi dan meninggalkan Jonatan serta Sasi di dalam ruangan itu.

Jonatan melangkah mendekati Sasi, senyumnya penuh godaan. “Kau takut dengannya?” tanya Jonatan.

Budak cantik itu langsung mengangguk cepat. Matanya bersinar seolah ingin bercerita lebih banyak tentang alasannya kenapa dia tidak menyukai Leo. Namun, yang berhasil diucapkan hanya sepatah kata yang terputus-putus.

“Di … dia … m …mir …rip Algojo.”

Jonatan terbahak hingga tubuhnya sedikit berguncang. Ia tahu jika Sasi akan bicara apa adanya. Andai saja Leo tahu apa yang dikatakan Sasi tentang dirinya, entah seperti apa reaksi pria dingin itu.

“Se … seram, Jo ….”

Dengan gaya gemas, Jonatan mencubit ujung hidung Sasi. “Akan kuadukan kau padanya, jika dirimu telah menghina Leo.”

Sasi terkejut.

Jonatan berbisik menakuti. “Dia akan mendatangimu lalu memukulmu,” ujarnya.

Mendengar kata-kata Jonatan, Sasi pun beringsut merapatkan tubuhnya ke dada Jonatan, memeluknya erat-erat kemudian menangis histeris sambil menggeleng kuat-kuat.

Sejenak, Jonatan terdiam, ia tidak menyangka jika reaksi Sasi akan seperti itu. Mungkin gadis itu membayangkan beberapa algojo yang pernah memukulinya. Mungkin saat ini dia sedang membayangkan Leo adalah algojo yang siap memukul dirinya.

Bukan merasa kasihan, Jonatan malah semakin terbahak. Sementeramkan itukah sosok Leo di mata Sasi?

Namun, seakan tersadar Jonatan langsung terdiam. Kondisi budak itu belum stabil sepenuhnya, tidak seharusnya dia menakutinya.

Jonatan langsung menepuk punggung Sasi pelan. “Tidak usah takut, aku hanya bercanda. Dia tidak akan memukulmu. Berhenti menangis, hmm?”

Sasi menyerahkan jari kelingkingnya kepada Jonatan, agar pria itu berjanji padanya.

“Kau ingin aku membuat janji?”

Sasi mengangguk. “K … ka … kau … tidak … mem …buang … ku ‘kan?”

“Tentu saja tidak, darimana kau punya pemikiran seperti itu?”

Jonatan kemudian mendaratkan kecupan di ubun-ubun Sasi, layaknya seorang ayah yang hendak akan meninggalkan buah hatinya.

“Aku memang pergi cukup lama, tapi aku tidak membuangmu. Kau harus paham, aku tidak mungkin membawamu dalam keadaan seperti ini, keselamatanmu lebih penting, Sasi.” Kali ini Jonatan berujar penuh dengan penekanan. Entah sadar atau tidak, secara tidak langsung pria itu tak ingin Sasi mengalami hal buruk lagi.

Sasi berhambur masuk dalam jas Jonatan, memeluknya erat seakan tidak ingin melepasnya. Sasi membutuhkan Jonatan lebih dari yang dia tahu.

“Sepeninggalku, kau harus mandi, harus makan biar badanmu tidak kurus lagi. Kau harus mengingat hal-hal apa saja yang harus kau lakukan ketika mandi. Satu lagi, jangan pernah meminum air sabun, mengerti?”

Sasi mengangguk dalam dekapan Jonatan.

“Kau harus belajar menggunakan sendok dan garpu. Setelah aku pulang, aku ingin melihatmu berubah menjadi lebih baik. Kalau kau tetap tidak bisa, maka aku akan berpikir ulang untuk membawamu kembali.”

Sasi mengurai pelukannya, menatap dengan seksama inci demi inci wajah sang tuan.

Jonatan tersenyum. “Kalau begitu aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik.”

Sasi memegang keras lengan Jonatan, seakan tidak memperbolehkan pria itu pergi.

Jonatan lantas memeluk pinggul Sasi, mengecup lembut bibir merah ceri milik sang budak. “Kau harus yakin pada dirimu sendiri, jika kau bisa mengalahkan rasa takutmu.” Pria itu lantas menjambak lembut rambut Sasi, lalu mencium ceruk leher sang budak. “Tunggu aku kembali, Sayang.”

Sasi tidak benar-benar masuk ke dalam ruangan Leo sebelum melihat sosok Jonatan lenyap di kegelapan, meninggalkannya sendiri di ruangan asing.

Seharusnya ini yang diinginkannya, sendiri tanpa manusia lain dalam ruangan. Tapi kenapa saat dirinya betul-betul berada di dalam ruangan sunyi dan gelap, dadanya terasa begitu sesak, wanita itu ingin berada di tempat Jonatan, tidur dengan aroma lelaki tersebut.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (10)
goodnovel comment avatar
~•°Putri Nurril°•~
jadi penasaran, yang bakalan merindu siapa ini. jonatan apa sasi ?? apa dua-dua
goodnovel comment avatar
Iin Huang
kepergian Jonatan membuat sasi merasa kehilangan. Sasi udh mulai bergantungan sama Jonatan karena Jonatan memperlakukan ny dengan lembut. Leo semoga kamu tidak membuat sasi ketakutan ya. semoga perjalanan Jonatan lancar dan cepat kembali untuk bertemu sasi. semoga sasi juga udh mulai berubah nanti.
goodnovel comment avatar
Lisa Anggraini
sasi mulai suka atau bergantung nih sama Jonatan.. semoga di masa depan ada hal tidak terduga jadi.. banyak rahasia besar seperti nya sasi Theresia ini
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 15

    Jonathan tampak bersemangat ketika memasuki area apartemen miliknya. Ia berkeinginan akan memperkenalkan Massimo miliknya kepada sang budak. Ia berpikir jika saat ini adalah moment yang tepat agar Sasi lebih mengenal dirinya secara menyeluruh. Pria itu tampak menggendong Sasi. Wanita itu tidur pulas, sehingga Jonathan enggan membangunkannya. Setelah sampai di dalam tempat tinggalnya, pria itu kaget karena di dalam sudah ada seorang wanita cantik duduk dengan menyilangkan kaki. Namun, setelah beberapa detik Jonathan kembali ke fokus utamanya—Sasi Theresia. “Siapa itu, Jo? Kau punya kekasih?” tanya wanita cantik dengan tatanan rambut disanggul. Dia adalah Liodra Allard ibu dari Jonathan. “Ada apa Ibu ke sini? Mana ayah?” bukan menjawab pertanyaan, pria itu malah melontarkan pertanyaan kepada Liodra. Matanya menelusuri ruang apartemen, mencoba untuk mencari sosok sang ayah. Liodra tersenyum. “Lebih baik kau tidurkan saja gadis itu. Tampaknya dia

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 14

    “Davin, kau tidak benar-benar menjual Naina, ‘kan?” Seorang pria bertubuh gagah, berwajah tampan, sedang duduk di dalam kelab milik Davin. Kelab yang kerap sekali melelang para budak di akhir pekan. Davin, pria bertopeng rubah itu tersenyum picing, ia sedang memainkan cerutu yang berada di atas sebuah asbak. “Kau ini kacau, Tom. Bukankah aku sudah membeli Naina satu juta euro. Jadi … terserah padaku, kujual atau tidak. Bukan lagi menjadi urusanmu.”Tommi atau yang kerap disapa Tom itu melurutkan pundaknya. Pasalahnya, ia hanya berencana ingin menitipkan wanita bernama Naina di pusat perdagangan budak tersebut, bukan ingin menjualnya. Sebab, ia begitu mencintai wanita bernama Naina. “Berapa kau jual dia. Siapa yang telah membelinya?”Davin kembali terkekeh. “Barang yang sudah dijual, jangan pernah lagi berharap kembali. Mungkin wanita itu saat ini sudah menjadi santapan anj*ng tuannya.”Bruuak!Tom menggebrak meja berbentuk bund

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 13

    Mungkin Jonathan tidak terlalu fokus dengan inti pertanyaan Sasi. Pria itu hanya mendengarkan sang budak dapat mengucapkan kalimat dengan begitu lancar tanpa gugup. Namun, bagi Sasi sendiri ia telah kehilangan kesempatan besar. Kesempatan untuk tahu apa arti dari kata kekasih. Jonathan segera melajukan kendaraannya, membelah pusat kota yang terbilang cukup ramai. Dilihatnya Sasi dari ekor matanya yang tampak bingung melihat segala keragaman yang tersuguh di depan mata. Wanita itu sesekali memegang kaca jendela dengan ketakjubannya. Jonathan yang mencuri-curi pandang hanya bisa tersenyum dalam diam. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, mobil sport keluaran terbaru milik Jonathan pun perlahan menepi dan terparkir di depan sebuah toko yang lumayan besar. Kedua mata Sasi berkerling saat mereka memasuki toko boneka. Pria itu sudah memesannya, bahkan telah membeli toko itu untuk Sasi. Sebelum sampai di tempat tersebut, Jonathan pun tela

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 12

    Samar-samar Sasi mengingat sesuatu, tentang mimpi sebuah tato kumbang hitam yang berada di dahi seorang laki-laki. Pikirannya berkecamuk saat ini, tapi ia tak mungkin bercerita kepada Jonatan dengan keadaan terbata. Wanita cantik itu memutuskan akan bercerita kepada Jonatan setelah ia sedikit lancar berbicara. Ingatannya berlarian pada pria bernama Tom—seorang pemuda yang begitu tampan, yang menyiapkan segala perlengkapan untuk menyambut Sasi ulang tahun. Lalu, wanita itu berjanji pada pria bernama Tom jika di malam ulang tahunnya ia bersedia melepas kegadisannya untuk sang kekasih. Namun, segalanya berubah ketika pria yang memiliki tato kumbang berwarna hitam menyeretnya ke dalam ruangan yang begitu dingin. Kala itu, tangannya diikat oleh sebuah rantai. Ia dipaksa masuk ke dalam sebuah tabung berwarna putih. Tanpa sempat memberontak mulutnya dipaksa untuk terbuka. Cairan pahit langsung menghampiri kerongkongannya. Selepas itu, Sasi melupakan segalanya.

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 11

    “Namaku Arra, aku tidak ingin menyakitimu, aku hanya ingin berteman denganmu.” Wanita yang berada di hadapan Sasi tampak mengulurkan tangannya. Sasi melebarkan kedua matanya dan langsung menutup kepalanya. Pasti dia orang jahat! Sasi ingin menjauh dari wanita yang bernama Arra, tapi wanita dengan rambut bergelombang itu duduk di samping Sasi. Sontak, Sasi menjauhkan tubuhnya agar tidak bersentuhan. “Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin berteman,” ujar wajita itu pelan, seolah-olah dirinya begitu tersakiti atas sikap Sasi. Mau tidak mau rasa tidak nyaman merambat. Jonatan telah berpesan padanya jika ia tidak boleh percaya kepada orang lain selain padanya. Namun, tampaknya wanita yang berada di sampingnya begitu baik. Dengan susah payah, ia mengucapkan namanya. “S … Sa … Sassi ….” Dapat ia rasakan wanita yang duduk berjajar dengannya menoleh. Sedangkan Sasi sendiri menundukkan pandangannya. Menyembunyikan wajahnya di balik helaian rambut. “Kau mengatakan sesu

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 10

    Sepeninggal Renatta, Jonatan kembali beraksi. Ia melangkah keluar, berjalan menuju ruang rahasia miliknya. Seorang laki-laki bertubuh besar dengan tangan serta kaki dirantai meringkuk di sudut ruangan. Matanya menatap was-was tempat yang menjadi akhir dari takdirnya. “Tuan Jo datang.” Salah satu petugas yang bertubuh jangkung sedang berbisik kepada beberapa rekannya, yang ditugaskan untuk mengurung Vito. . “Cepat, copot rantainya!” titah petugas lain yang segera dilakukan oleh yang lain. “Tolong lepaskan aku! Tolong maafkan aku! Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama ….” rintih Vito yang saat ini kedua tangannya telah dilepas dari rantai. “Beritahu Tuan Jonatan, aku akan melakukan apa pun, asal dia tidak membunuhku!” sambungnya dengan suara yang terdengar bergetar. Ini adalah salah satu pekerjaan Jonatan Allard selain menjadi seorang CEO, yang tak pernah tercium oleh keluarga besarnya. Ya, laki-laki itu adalah seorang Mafia yan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status