“Huh?” Claire membeo. Apa Jayden baru saja mengajaknya tinggal bersama?“Tinggal bersamaku.” Jayden mengulang ucapannya.“Dengan begitu kita tidak perlu mengatur waktu untuk bertemu. Aku bisa melihatmu kapan saja.” Itu ajakan yang sangat menggoda. Namun, Claire tidak bisa langsung menjawab Jayden.“Aku tidak akan kesepian jika kau tinggal di sini.” Suara Jayden lembut. Dia harus berhasil membujuk Claire. Sia-sia dia membeli penthouse kalau wanita itu hanya mampir saja.“Aku mau, tapi ....” Claire menggigit bibirnya. Dia sudah sering memakai alasan menginap di apartemen temannya, Claire tidak yakin ayahnya akan mengizinkan dia menginap di luar rumah lagi.“Jangan,” Jayden mengusap bibir bawah Claire yang digigitnya.“Kau harus menghilangkan kebiasaan ini jika tidak mau aku serang.” Jayden menangkupkan tangannya di wajah Claire lalu mengecup bibir wanita itu lembut.“Apa kau memiliki perasaan yang mengganjal tentang diriku?” lebih baik Jayden bertanya langsung daripada Claire menghilang
Tuan Wilson langsung menolak keinginan Claire.“Kau bisa melakukan apa saja yang kau inginkan, tapi tidak keluar dari rumah ini.” Sambung Tuan Wilson tegas.“Aku mohon, Ayah. Ini bukan seperti aku yang pergi dari rumah begitu saja dan tidak mengunjungi kalian. Satu-satunya keinginanku yang belum tercapai hanya itu.”“Baik, kau bisa tinggal sendiri.” Claire tersenyum setelah mendengar ucapan Tuan Wilson. Dia tidak menyangka ayahnya setuju secepat ini.“Tapi, ada syaratnya. Kau harus bertunangan dengan Andrew.” Senyum Claire langsung hilang dari wajahnya. Dia berharap terlalu besar. Claire sangat tahu mustahil Tuan Wilson mengizinkannya tinggal sendiri. Ternyata ayahnya masih berharap dia mau menjalin hubungan dengan Andrew. Claire berdiri dan berjalan meninggalkan kamar orang tuanya. Dia akan terus terlihat tidak sopan jika ayahnya membicarakan Andrew tiap ada kesempatan. Claire tidak mau menghabiskan energi berdebat dengan Tuan Wilson. Keluar dari rumah, dia pasti bisa melakukannya.“
Detik berikutnya Claire berbalik dan menarik kedua kopernya menuju kamar. Mungkin cara dia melakukan kejutannya salah.Wanita itu duduk di tempat tidur menunggu Jayden selesai mandi.“Aku pikir kau sudah pergi,” ucap Jayden begitu membuka pintu kamar mandi dan melihat Claire.“Aku ....” Jayden tidak melanjutkan ucapannya karena menangkap dua koper yang berdiri manis di depan Claire.“Kau ... kau akan tinggal di sini?” tanya Jayden ingin meyakinkan dirinya.“Iya. Tadinya aku ingin mengerjaimu lalu memberi tahu aku akan tinggal bersamamu. Aku tidak menyangka kau akan marah. Aku minta maaf.” Sekarang Jayden merasa buruk. Dia berjalan cepat mendekati wanita itu.“Tidak, Sayang.” Dia berlutut di depan wanita itu dan menggenggam tangannya.“Seharusnya aku tidak bereaksi seperti itu,” Jayden menatap Claire penuh penyesalan.“Aku minta maaf. Aku begitu karena,” Jayden menghela napas.“Aku sudah berpikir kita akan tinggal bersama dan mendengar kau mengatakan tidak membuatku merasa kesal. Aku s
Claire mengambil ponselnya yang berdering dari tas. Hatinya sedikit kecewa mendapati bukan Jayden yang menghubunginya.“Halo,” Claire keluar dari lift setelah sampai di lantai kantor divisinya.“Halo, Claire.” Balas Andrew.“Apa yang sedang kau lakukan?”“Aku baru sampai kantor.” Claire masuk ke ruangan, tersenyum pada Diana yang sampai lebih dulu darinya.“Aku punya kejutan untukmu,” ucap Andrew sambil tersenyum. Benar saja, Claire mendapati sebuket bunga mawar pink begitu tiba di meja kerjanya.“Kau sudah melihatnya?” Claire mengambil kartu ucapan yang ada di bunga itu.Untuk ClaireBunga ini tidak lebih indah darimu,Have a nice day, Sweetheart.Orang yang menyukaimu,AndrewMata Claire terpejam setelah membaca tulisan itu, dia tidak merasa berbunga menerimanya.“Kau tidak perlu melakukan ini, Andrew.”“Aku tidak punya motif apa pun, Claire. Itu tulus dari hatiku.” Claire meletakkan bunga yang dia pegang kembali ke meja.“Kita perlu bicara.” Suara Claire serius. Dia harus segera me
Jayden tidak mendengarkan Claire, dengan cepat dia menarik turun celana pendek sekaligus celana dalam yang wanita itu kenakan.“Jayden,” Claire ingin melawan, tapi pria itu menekannya dengan kuat. Kenapa dia bar-bar begini? Napas Claire tercekat saat tangan pria itu menyentuh bokongnya.“Apa kau gila?” Claire menggertakkan giginya. Jayden memandang dengan teliti bokong Claire, mencari bekas tangannya.“Jika kau ingin, kau bisa minta baik-baik!” tekanan Jayden di punggung Claire hilang. Syukurlah, yang dia pikirkan tidak benar. Sekarang dia bisa bernapas lega. Jayden segera pergi dari kamar Claire.Wanita itu menegakkan tubuh dan membenarkan celananya. Bagaimana bisa sikap Jayden berubah secepat itu? Claire pikir Jayden akan memaksanya untuk berhubungan, tapi setelah membuka celananya dia pergi. Apa yang salah dengan pria itu?***Ini aneh. Jayden tidak bisa memejamkan matanya padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas dua puluh malam. Pria itu mendudukkan dirinya. Dia mengacak rambut
Suara Jayden menghentikan Claire untuk melangkahkan kakinya.“Kau bilang akan melayaniku sampai puas bukan?” Claire membalikkan tubuhnya dan melihat Jayden yang berada di bawahnya. Namun, secara emosi Jayden yang berada lebih tinggi dari wanita itu. Claire melihat keadaan Jayden, dia bersikap biasa. Semua pada tempatnya kecuali celana pria itu yang berada di lututnya. Fokus mata Claire tertarik pada benda di selangkangan Jayden. Dia setengah menegang. Claire meringis dalam hati. Bagaimana bisa Jayden tidak peka begini?“Suck me.” Dua kata itu langsung membuat Claire melihat Jayden. Apa dia baru saja meminta Claire untuk menghisapnya? Jayden menaikkan sebelah alisnya. Claire belum pernah melakukan oral seks dengannya sebelumnya. Dia juga tidak pernah memintanya karena berpikir Claire tidak menyukainya. Namun, lagi-lagi Jayden terpancing untuk menguji Claire. Sejauh mana wanita itu tahan bermain dengannya.“Kenapa?” Jayden memegang batangnya.“Kau tidak mau?”“Aku akan melakukannya deng
Claire mengerang pelan. Dia sudah sadar, tapi enggan membuka mata. Tubuhnya serasa remuk. Dia menarik napas perlahan lalu membuka kelopak matanya. Claire memegang selimut yang menutupi tubuhnya. Dia sadar di kamar Jayden. Wanita itu tidak ingat waktu sejak Jayden menggunakan tubuhnya berkali-kali. Claire mendesah berat. Ini resiko yang harus dia tanggung jika ingin seperti Jayden.Wanita itu menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Penerangan di kamar Jayden tidak banyak, hanya lampu tidur yang menyala. Claire tidak tahu sekarang jam berapa. Dia memejamkan mata, dia merasa tidak sanggup pergi ke kantor. Claire menoleh ke arah jam digital. Matanya membulat melihat angka sepuluh dan delapan belas di sana. Dia sudah sangat terlambat. Hal yang paling masuk akal dia lakukan adalah menelepon bagian HRD dan minta izin. Namun, secarik kertas yang berada di bawah jam digital menarik perhatian Claire sebelum dia turun dari tempat tidur. Claire mengambil kertas itu dan membacanya.
“Tidak, Ma. Aku menginap di tempat temanku yang lain.” Claire memejamkan matanya. Benar kata orang-orang. Kita akan mengatakan kebohongan lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya.“Kami tidak pernah mengajarimu untuk berbohong, Claire.” Nyonya Wilson berucap tegas. Dia merasa kecewa karena puterinya berbohong. Apa ini alasan Claire meminta keluar dari rumah? Beliau semakin ingin tahu alasan Claire berbohong.“Katakan di mana kamu sekarang.”“Aku menginap di hotel.”“Claire,” Nyonya Wilson sedikit menaikkan suaranya.“Jangan sampai Mama memberi tahu ayahmu. Dia akan memakai cara lain untuk mencarimu. Katakan di mana dirimu sekarang. Katakan dengan jujur. Ini peringatan terakhir Mama.” Claire berpikir lama, mempertimbangkan apa yang harus dia katakan.“Aku tinggal bersama temanku yang lain. Mama tidak mengenalnya. Aku berkata jujur.” Ucapan Claire pelan di akhir kata-katanya.“Pria atau wanita?”“Pria,” suara Claire ciut.“Claire!” Nyonya Wilson marah sekaligus terkejut. Dia tidak perc