Jayden tidak mendengarkan Claire, dengan cepat dia menarik turun celana pendek sekaligus celana dalam yang wanita itu kenakan.“Jayden,” Claire ingin melawan, tapi pria itu menekannya dengan kuat. Kenapa dia bar-bar begini? Napas Claire tercekat saat tangan pria itu menyentuh bokongnya.“Apa kau gila?” Claire menggertakkan giginya. Jayden memandang dengan teliti bokong Claire, mencari bekas tangannya.“Jika kau ingin, kau bisa minta baik-baik!” tekanan Jayden di punggung Claire hilang. Syukurlah, yang dia pikirkan tidak benar. Sekarang dia bisa bernapas lega. Jayden segera pergi dari kamar Claire.Wanita itu menegakkan tubuh dan membenarkan celananya. Bagaimana bisa sikap Jayden berubah secepat itu? Claire pikir Jayden akan memaksanya untuk berhubungan, tapi setelah membuka celananya dia pergi. Apa yang salah dengan pria itu?***Ini aneh. Jayden tidak bisa memejamkan matanya padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas dua puluh malam. Pria itu mendudukkan dirinya. Dia mengacak rambut
Suara Jayden menghentikan Claire untuk melangkahkan kakinya.“Kau bilang akan melayaniku sampai puas bukan?” Claire membalikkan tubuhnya dan melihat Jayden yang berada di bawahnya. Namun, secara emosi Jayden yang berada lebih tinggi dari wanita itu. Claire melihat keadaan Jayden, dia bersikap biasa. Semua pada tempatnya kecuali celana pria itu yang berada di lututnya. Fokus mata Claire tertarik pada benda di selangkangan Jayden. Dia setengah menegang. Claire meringis dalam hati. Bagaimana bisa Jayden tidak peka begini?“Suck me.” Dua kata itu langsung membuat Claire melihat Jayden. Apa dia baru saja meminta Claire untuk menghisapnya? Jayden menaikkan sebelah alisnya. Claire belum pernah melakukan oral seks dengannya sebelumnya. Dia juga tidak pernah memintanya karena berpikir Claire tidak menyukainya. Namun, lagi-lagi Jayden terpancing untuk menguji Claire. Sejauh mana wanita itu tahan bermain dengannya.“Kenapa?” Jayden memegang batangnya.“Kau tidak mau?”“Aku akan melakukannya deng
Claire mengerang pelan. Dia sudah sadar, tapi enggan membuka mata. Tubuhnya serasa remuk. Dia menarik napas perlahan lalu membuka kelopak matanya. Claire memegang selimut yang menutupi tubuhnya. Dia sadar di kamar Jayden. Wanita itu tidak ingat waktu sejak Jayden menggunakan tubuhnya berkali-kali. Claire mendesah berat. Ini resiko yang harus dia tanggung jika ingin seperti Jayden.Wanita itu menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Penerangan di kamar Jayden tidak banyak, hanya lampu tidur yang menyala. Claire tidak tahu sekarang jam berapa. Dia memejamkan mata, dia merasa tidak sanggup pergi ke kantor. Claire menoleh ke arah jam digital. Matanya membulat melihat angka sepuluh dan delapan belas di sana. Dia sudah sangat terlambat. Hal yang paling masuk akal dia lakukan adalah menelepon bagian HRD dan minta izin. Namun, secarik kertas yang berada di bawah jam digital menarik perhatian Claire sebelum dia turun dari tempat tidur. Claire mengambil kertas itu dan membacanya.
“Tidak, Ma. Aku menginap di tempat temanku yang lain.” Claire memejamkan matanya. Benar kata orang-orang. Kita akan mengatakan kebohongan lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya.“Kami tidak pernah mengajarimu untuk berbohong, Claire.” Nyonya Wilson berucap tegas. Dia merasa kecewa karena puterinya berbohong. Apa ini alasan Claire meminta keluar dari rumah? Beliau semakin ingin tahu alasan Claire berbohong.“Katakan di mana kamu sekarang.”“Aku menginap di hotel.”“Claire,” Nyonya Wilson sedikit menaikkan suaranya.“Jangan sampai Mama memberi tahu ayahmu. Dia akan memakai cara lain untuk mencarimu. Katakan di mana dirimu sekarang. Katakan dengan jujur. Ini peringatan terakhir Mama.” Claire berpikir lama, mempertimbangkan apa yang harus dia katakan.“Aku tinggal bersama temanku yang lain. Mama tidak mengenalnya. Aku berkata jujur.” Ucapan Claire pelan di akhir kata-katanya.“Pria atau wanita?”“Pria,” suara Claire ciut.“Claire!” Nyonya Wilson marah sekaligus terkejut. Dia tidak perc
“Tidak.” Tolak Claire tegas. Dia tidak akan meninggalkan Jayden.“Dia hanya perlu waktu untuk menyadari perasaannya padaku. Aku merasakannya, Ma. Jayden peduli padaku.” Akhirnya Nyonya Wilson mendengar nama yang membuat anaknya seperti dimabuk cinta. Wanita paruh baya itu menggeleng pelan.“Kamu akan jadi pihak yang paling dirugikan dalam hal ini, Claire. Mama sudah mengingatkanmu. Tapi, jika mengalami itu bisa membuka matamu,” Nyonya Wilson melihat puterinya sendu. Beliau tidak mau Claire merasakan sakit, apa pun bentuknya. Pengalaman hubungannya yang lalu saja sudah membuat Claire sedih, apalagi dengan pria ini.“Lakukan. Semoga saja pria itu seperti yang kamu harapkan.”***Hari berlalu dengan cepat. Claire menjalani rutinitasnya seperti biasa walaupun tanpa kehadiran Jayden. Namun, hal buruk selalu membuka hari Claire di kantornya. Andrew tetap mengiriminya bunga sekalipun Claire sudah melarang pria itu.Ini malam Sabtu. Claire sedang menyiapkan diri untuk keluar bersama teman-tem
“Anda sudah kembali, Tuan?” tanya Bibi Roberts saat melihat Jayden masuk ke dapur. Jayden pulang dua hari lebih lambat dari waktu yang dia katakan. Wanita paruh baya itu pikir Jayden akan tinggal lebih lama di Paris.“Iya. Di mana Claire? Dia sudah pulang kerja ‘kan?”“Belum, Tuan.” Alis Jayden menyatu. Sekarang hampir pukul sembilan malam. Ke mana wanita itu pergi?“Apa yang Claire lakukan selama aku pergi, Bi? Apa dia sering pulang malam seperti ini?”“Pergi kerja lalu pulang. Nona Wilson pulang larut Jumat lalu,” Jayden menganggukkan kepalanya. dia tahu. Claire mengklaim dia pergi dengan teman-temannya.“Ini pertama kali Nona Wilson pulang lama di hari kerja, Tuan.”“Apa Claire mengajak teman-temannya kemari?” Interogasi Jayden masih berlanjut. Ini tujuan lain Jayden meminta Bibi Roberts menemani Claire. Wanita itu menjadi sumber Jayden mendapatkan informasi kegiatan apa yang Claire lakukan.“Tidak, Tuan.”“Tidak ada hal istimewa yang terjadi selama aku pergi,” gumam Jayden lalu me
Dia mengusap punggung wanita itu lembut. Jayden senang tidak perlu melakukan ini lagi dengan Claire.“Hey, it’s okay.” Jayden berkata berusaha untuk menenangkan Claire yang terisak di pelukannya. Mungkin Jayden keterlaluan, tapi ini semua karena Claire. Dia tidak memiliki cara lain selain mendorong Claire melewati limit terakhirnya. Dia tidak akan melakukan ini jika Claire tidak memancingnya.“Aku tidak akan melakukannya jika kau tidak mau,” ucapnya lembut namun isakan wanita itu tidak berhenti. Claire sudah sangat takut jika Jayden tidak mendengarkannya dan tetap melakukan apa yang dia inginkan.“Apa yang kau inginkan sekarang, Claire?”“Ti-tidak ada.” Jayden memejamkan matanya. Dia merasa buruk karena membuat wanita seperti Claire menangis.“Kita tidak akan melakukan apa-apa.” Pria itu berujar menyetujuinya. Situasi ini sangat kacau. Jika wanita yang bersamanya sekarang adalah orang lain, Jayden pasti sudah meninggalkannya. Saat ini dia malah mengayun pelan tubuh Claire ber
Claire tidak mendapati Jayden begitu membuka mata. Dia hanya terdiam melihat tempat kosong di sebelahnya. Jam berapa sekarang? Kehidupan tinggal bersama mereka yang sebenarnya baru dimulai hari ini. Claire tidak tahu apa yang Jayden lakukan begitu bangun pagi. Wanita itu menggeliat lalu duduk. Dia mencari ponsel di nakas dan ingat dia tidak mengeluarkan ponselnya dari tas. Sekarang pukul enam dua lima pagi. Claire masih memiliki waktu untuk bersantai. Dia bangun dalam suasana hati yang baik. Apa yang Claire khawatirkan tidak terjadi. Jayden juga memiliki rasa yang sama sepertinya. Bukan hanya itu, Jayden menyukai Claire karena karakter yang dia miliki. Memikirkan karakter, Claire jadi ingat kata-kata Jayden yang melarangnya untuk menjadi seperti pria itu. Kenapa? Terlepas dari dirinya yang terkesan playboy, Jayden memiliki sifat yang baik. Dia sopan dan tahu cara memperlakukan wanita. He’s a great person. Kenapa dia bicara seolah-olah dia orang yang buruk?“Apa yang