“Anda sudah kembali, Tuan?” tanya Bibi Roberts saat melihat Jayden masuk ke dapur. Jayden pulang dua hari lebih lambat dari waktu yang dia katakan. Wanita paruh baya itu pikir Jayden akan tinggal lebih lama di Paris.“Iya. Di mana Claire? Dia sudah pulang kerja ‘kan?”“Belum, Tuan.” Alis Jayden menyatu. Sekarang hampir pukul sembilan malam. Ke mana wanita itu pergi?“Apa yang Claire lakukan selama aku pergi, Bi? Apa dia sering pulang malam seperti ini?”“Pergi kerja lalu pulang. Nona Wilson pulang larut Jumat lalu,” Jayden menganggukkan kepalanya. dia tahu. Claire mengklaim dia pergi dengan teman-temannya.“Ini pertama kali Nona Wilson pulang lama di hari kerja, Tuan.”“Apa Claire mengajak teman-temannya kemari?” Interogasi Jayden masih berlanjut. Ini tujuan lain Jayden meminta Bibi Roberts menemani Claire. Wanita itu menjadi sumber Jayden mendapatkan informasi kegiatan apa yang Claire lakukan.“Tidak, Tuan.”“Tidak ada hal istimewa yang terjadi selama aku pergi,” gumam Jayden lalu me
Dia mengusap punggung wanita itu lembut. Jayden senang tidak perlu melakukan ini lagi dengan Claire.“Hey, it’s okay.” Jayden berkata berusaha untuk menenangkan Claire yang terisak di pelukannya. Mungkin Jayden keterlaluan, tapi ini semua karena Claire. Dia tidak memiliki cara lain selain mendorong Claire melewati limit terakhirnya. Dia tidak akan melakukan ini jika Claire tidak memancingnya.“Aku tidak akan melakukannya jika kau tidak mau,” ucapnya lembut namun isakan wanita itu tidak berhenti. Claire sudah sangat takut jika Jayden tidak mendengarkannya dan tetap melakukan apa yang dia inginkan.“Apa yang kau inginkan sekarang, Claire?”“Ti-tidak ada.” Jayden memejamkan matanya. Dia merasa buruk karena membuat wanita seperti Claire menangis.“Kita tidak akan melakukan apa-apa.” Pria itu berujar menyetujuinya. Situasi ini sangat kacau. Jika wanita yang bersamanya sekarang adalah orang lain, Jayden pasti sudah meninggalkannya. Saat ini dia malah mengayun pelan tubuh Claire ber
Claire tidak mendapati Jayden begitu membuka mata. Dia hanya terdiam melihat tempat kosong di sebelahnya. Jam berapa sekarang? Kehidupan tinggal bersama mereka yang sebenarnya baru dimulai hari ini. Claire tidak tahu apa yang Jayden lakukan begitu bangun pagi. Wanita itu menggeliat lalu duduk. Dia mencari ponsel di nakas dan ingat dia tidak mengeluarkan ponselnya dari tas. Sekarang pukul enam dua lima pagi. Claire masih memiliki waktu untuk bersantai. Dia bangun dalam suasana hati yang baik. Apa yang Claire khawatirkan tidak terjadi. Jayden juga memiliki rasa yang sama sepertinya. Bukan hanya itu, Jayden menyukai Claire karena karakter yang dia miliki. Memikirkan karakter, Claire jadi ingat kata-kata Jayden yang melarangnya untuk menjadi seperti pria itu. Kenapa? Terlepas dari dirinya yang terkesan playboy, Jayden memiliki sifat yang baik. Dia sopan dan tahu cara memperlakukan wanita. He’s a great person. Kenapa dia bicara seolah-olah dia orang yang buruk?“Apa yang
Oh, sial. Ini Lee Hyunjoo. Jayden juga memblokir nomor baru itu dan menghapus pesan Hyunjoo. Dia mencari kontak Donghyuk dan menghubunginya.“Hyunjoo menghubungimu?” tanya Jayden langsung begitu Donghyuk menjawab.“Iya. Aku sudah pernah bilang 'kan? Dia terus saja menghubungiku untuk menanyakanmu.”“Kau menjawabnya.” Suara Jayden rendah, padahal dia sudah mengingatkan Donghyuk untuk mengabaikan komunikasi dari Hyunjoo.“Apa lagi yang bisa kulakukan? Dia sudah seperti peneror.” Jayden menghembuskan napasnya kasar.“Blokir nomornya, Kak. Kau tidak memberi tahu di mana aku ‘kan?”“Tidak. Karena kupikir kau ingin menjauh darinya,” managernya benar. Dia sedang tidak ingin diganggu, apalagi oleh Hyunjoo—wanita yang bersikeras memiliki hubungan dengannya.“Aku tidak mau dia mengganggu liburanmu.”“Thanks, Kak.” Jayden bisa tenang sekarang.“Sebenarnya hubungan kalian seperti apa? Hyunjoo bilang kalian sudah kembali.” Jayden melihat Claire berjalan ke arahnya. Napasnya tercekat karena wanita
Jayden merutuki dirinya dalam hati. Bagaimana bisa dia seceroboh ini? Dia selalu ingat untuk mengeluarkan batangnya jika melakukan seks tanpa kondom. This is so fuck up. Jayden meringis dalam hati. Wanita ini membuatnya kacau dan lepas kendali—Jayden tidak mengenali dirinya untuk beberapa saat. Dia mengeluarkan batangnya dari organ feminin Claire, membuat celana dalam Claire kembali pada tempatnya. Wanita itu merasakan basah di sana. Itu perpaduan cairan mereka. Entah kenapa Claire merasa semakin terhubung dengan Jayden. Wanita itu menggeleng kecil. Apa yang dia pikirkan? Ini hanya seks instan. Claire merapatkan pahanya begitu kakinya kembali berpijak. Pintu lift pribadi mereka sudah lama terbuka.“Kau masuk duluan. Aku akan membeli morning after pill,” ucap Jayden tanpa menatap Claire. Hanya karena bertemu dengan pria yang mungkin dekat dengan Claire dia jadi seperti ini. Dia merasa lemah.“Tidak apa-apa,” ucapan itu membuat Jayden melihat Claire. Apanya yang tidak apa-apa?
“Apa itu hal yang buruk?” Jayden tersenyum tipis. Itu hal yang buruk baginya, tapi Jayden tidak mau mengatakannya.“Tidak. Itu bagus.” Dia mengelus pipi Claire. Apa yang harus dia lakukan pada wanita ini?“Bisakah aku meminta sesuatu padamu?”“Selama aku bisa mengabulkannya, kau bisa minta apa saja.” Claire menyunggingkan senyumnya. Dia tidak begitu yakin Jayden bisa melakukannya. Namun, tidak ada salahnya mencoba.“Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, bicarakan padaku, Jayden. Sekalipun itu tidak berkaitan denganku. Aku pasti mendengarkanmu.” Jayden menatap Claire lama. Apa Claire tidak tahu dia seperti ini karena wanita itu yang terkesan tidak terus terang padanya?“Aku juga bisa mengatakan hal yang sama padamu. Kau tidak jujur padaku.”“Aku sudah katakan dia hanya kenalanku. Aku tidak perlu bicara panjang lebar tentang Andrew karena memang aku tahu dia ha
“Sial!” Jayden terduduk di tepi tempat tidur. Dia menyatukan tangannya. Ini semakin tidak terkendali. Jayden tidak mau menghabiskan waktunya bermain tarik-ulur emosi seperti ini. Sudah saatnya dia pergi. Itu yang harus Jayden lakukan. Namun, dia merasa berat. Jayden memulas wajahnya. Apa yang harus dia lakukan? Pasti ada sesuatu yang bisa membuat Claire tenang dan tidak membahas perasaan terus menerus. Kalau saja Claire tahu baru dia wanita pertama yang Jayden perlakukan seperti ini. Bisa melakukan seks dengan Jayden saja sudah seperti kemewahan, apalagi tinggal bersama. Jayden bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Dia pergi menuju lantai dua, pergi ke kamar yang Claire tempati sebelumnya. Namun, Claire tidak ada di sana. Jayden kembali ke lantai dasar, dia mengecek semua ruangan di sana. Dia pergi menuju kolam renang begitu tidak mendapati Claire di ruangan mana pun. Pintu menuju kolam renang terbuka. Ja
Claire menginap di hotel malam itu. Dia tidak mau pulang ke rumah atau menginap di kediaman teman-temannya. Mereka pasti bertanya dan dia tidak sanggup mendengar kata-kata mereka jika tahu apa yang sudah terjadi padanya. Claire langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur begitu masuk ke kamar hotel. Air matanya mengalir lagi tidak bisa dia bendung. Apa yang dia alami seperti rollercoaster. Emosinya dikuras seiring waktu dengan Jayden. Padahal hubungan Claire sebelumnya tidak serumit ini.Wanita itu tertawa miris. Tentu saja ini rumit karena apa yang dia lakukan dengan Jayden bukan hubungan. Momen Claire mengasihani dirinya terganggu oleh suara ponsel. Dia mengambil benda itu dan melihat nama Jayden di sana. Claire hanya menatapnya sampai benda itu berhenti berdering lalu notifikasi pesan muncul di ponsel Claire. Kenapa Jayden masih menghubunginya? Wanita itu membuka pesan Jayden.Jayden: Kau di mana? Ayo bicara lagi, Claire.Claire meletakkan ponselnya di kasur. Apa lagi yan