“Jadi, apa kegiatanmu?” tanya Jayden sambil mengemudikan mobilnya menuju alamat yang Claire berikan. Awalnya wanita itu menolak diantar, tapi Jayden memaksa.“Bekerja.” Jawaban singkat Claire membuat Jayden mencengkeram setir. Claire tetap pada batasannya. Dia seperti dihadapkan pada dirinya versi wanita.“Aku ingin minta tolong padamu,” Claire melihat Jayden. Bukankah hubungan mereka hanya sebatas one night stand? Apa minta tolong tidak berlebihan?“Ini pertama kalinya aku ke New York.”“Kau tidak tinggal di sini, maksudku bukan warga New York?” Jayden menggelengkan kepalanya.“Aku dari Seoul.” Claire melihat Jayden tidak percaya.“Tapi, kau hapal jalan di sini,” pria itu tahu belokan mana yang harus diambil untuk menuju apartemen Alicia.“Aku mendengarkan GPS, Sayang.” Balas Jayden sambil mengetuk earphone di telinga kanannya. Ah, tentu saja dia tahu jika menggunakan GPS.“Jadi, ini pertama kali aku New York. Aku tinggal sekitar satu minggu lagi di sini dan aku ingin mengunjungi des
“Kau tidak cocok melakukan one night stand, Claire. Jangan lakukan itu lagi.” Komentar Mia terus berputar di kepalanya. Dia tidak senaif itu ‘kan? Claire bisa memisahkan kebutuhan fisik dan emosionalnya. Dia hanya tidak menyangka kalau one night stand akan seindah itu. Claire tahu batasannya.“Jangan temui model itu lagi. Dia hanya ingin menggunakan tubuhmu.” Lagi-lagi suara Mia mengusiknya. Bukankah itu tujuan one night stand? Menggunakan tubuh satu sama lain untuk memuaskan kebutuhan fisik masing-masing? Lagi, Claire tahu batasannya. Mia khawatir untuk alasan yang tidak jelas. Ponsel Claire bergetar saat dia hendak memadamkan komputernya. Dia mengabaikan benda itu dan meneruskan niatnya. Claire mengambil ponsel yang berada di samping keyboard, membukanya dan mendapati pesan dari nomor tidak dikenal.Hai, ini Jayden.“Kau tidak pulang, Claire?” Diana Brown rekan kerja Claire bertanya.“Sebentar lagi.”“Baiklah. Sampai jumpa besok.” Diana dan satu rekannya yang lain keluar dari ruanga
“Manajer akan mentraktir kita hari ini!” Justin Maxwell berseru begitu dia keluar dari ruang kerja atasannya.“Akhirnya Paul punya waktu untuk menyambut Claire,” Kate Williams berkomentar. Hampir tiga minggu sejak Claire menjadi anggota baru divisi mereka. Itu cukup lama untuk menyambut anggota baru.“Semua harus ikut, tidak ada alasan. Terutama orang yang menjadi alasan pesta ini diadakan.” Justin memperingatkan yang dibalas senyuman oleh Claire. Dia tidak punya kegiatan malam ini.“Tentu saja harus ikut. Tidak ada yang lebih baik daripada pesta di Jumat malam.” Sambung Diana. Mereka berbenah sebelum jam pulang kerja. Mereka pergi begitu atasan mereka keluar dari ruang kerjanya. Paul Ahn, manajer Claire membawa anggotanya ke restoran yang cukup mahal. Setelah makan malam, mereka pergi ke bar untuk minum. Bukan pesta namanya jika tanpa alkohol.“Aku penasaran, Claire,” Kate bersuara.“Kenapa kau mau bekerja menjadi pegawai biasa saat kau bisa menjadi pimpinan di perusahaan keluargamu?
“Bukan siapa-siapa,” balas Claire cepat.“Dia ingin bertemu denganmu.”“Dia pasti salah sambung. Aku tidak punya kenalan bernama Andrew.” Mereka bertatapan cukup lama sampai Jayden bersuara.“Kau mau menungguku mandi sebentar? Aku akan mengantarmu pulang dan kita pergi bersama dari sana.” Claire menganggukkan kepalanya, lagipula dia meninggalkan mobil di kantor karena pesta penyambutannya. Jayden pergi ke kamar mandi meninggalkan Claire yang sibuk dengan pikirannya.Penolakan Claire tidak berpengaruh jika Andrew meneleponnya. Pria itu pasti mendapatkan nomor ponsel Claire dari keluarganya. Perjodohannya dengan Andrew belum dibatalkan. Claire mendesah berat. Baru sebentar dia menjalani hidup sesuai yang dia inginkan, tapi perjodohan itu terus mengikutinya. Sampai kapan dia menghindar seperti ini? Claire ingin menjalani hidup yang nyaman. Apa lagi yang harus dia lakukan?***“Tidak apa jika kau menunggu di sini ‘kan?” tanya Claire sebelum keluar dari mobil.“Aku tinggal bersama Alicia.”
Manajer Jayden berhenti di tempatnya setelah membuka pintu. Beberapa kali mendapati Jayden dalam posisi seperti itu tidak membuatnya terbiasa. Jayden menoleh, matanya berkilat marah melihat orang yang mengganggu kegiatannya.“Keluar!” suara Jayden keras dalam bahasa Korea. Mereka sudah mencapai puncak kepuasan, tapi Jayden dan Claire tidak bisa benar-benar menikmatinya karena Donghyuk. Claire menutup matanya meringis dalam hati. Dia harap orang itu tidak melihatnya.***Jayden sudah mengenakan pakaian saat Claire keluar dari ruang tidurnya. Wanita itu tersenyum padanya.“Aku harap kau mendapatkan pengalaman yang indah di sini.”“Aku mendapatkannya. Semua karenamu.” Claire tersenyum kecil. Dengan kepulangan Jayden, one night stand mereka berakhir.“Have a safe flight, Jayden. Goodbye.” Jayden duduk di sofa setelah Claire menutup pintu kamar hotelnya.
Apa yang dia lakukan di sini? Bagaimana dia tahu di mana tempatku bekerja? Pertanyaan itu berputar di kepala Claire. “Claire,” panggilan itu tidak dibalas Claire. “Collins mengatakan dia kenal dekat denganmu. Apa itu benar, Claire?” Wanita itu tidak tahu apa hubungan Andrew dengan atasannya. Dari nada menggoda Tuan Lee, mungkin mereka berteman atau rekan bisnis. “Tidak dekat.” Kedua pria itu terkejut dengan respon Claire. Senyum di wajah Andrew menghilang. “Joseph, bisa kau tinggalkan kami sebentar?” Joseph melihat Claire lalu Andrew. Andrew menganggukkan kepalanya meminta Joseph untuk keluar. Atasan Claire melakukan permintaan Andrew. “Apa kau harus bertindak sejauh ini, Andrew?!” emosi yang Claire tahan meledak. Andrew melewati batas. Pria itu menggunakan koneksi hanya untuk bertemu dengannya. Ini keterlaluan. “Entah apa yang dipikirkan atasanku sekarang.” “Joseph mengerti hubungan kita.” Claire melihat Andrew tidak per
Claire membeku. Pertunangan dengan Andrew bulan depan. Kata-kata itu terngiang di telinganya. Dia datang ke rumah bukan untuk mendengar hal itu.“Claire,” Claire tersentak saat Nyonya Wilson menyentuhnya.“Bagaimana kalian bisa memutuskan itu tanpa bertanya padaku?” Claire menggigit bibirnya. Dia menahan diri agar air matanya tidak keluar. Apa pendapatnya tidak berarti?“Andrew bukan orang yang buruk, Nak.”“Dia menemuiku di kantor menggunakan koneksinya dengan atasanku. Menurut Mama dia orang seperti apa?” Claire tidak suka orang yang menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan keinginannya. Ditambah berita pertunangan ini, Claire semakin tidak menyukai pria itu.“Kau tidak memberinya pilihan,” ucapan ayahnya sama seperti Andrew.“Jika kau tidak menolak panggilan dan mau bertemu dengannya, dia tidak akan melakukan itu.” sambung ayahnya lagi.“Aku tidak tahu har
Jayden memberi jarak antara dirinya dan Hyunjoo—membuat wanita itu mengernyitkan dahinya.“Jayden, kau tidak merindukanku?”“Kenapa aku merindukan orang yang tidak dekat denganku?” Jayden mengambil botol vodka dan menuang isinya ke gelas.“Seharusnya kau tidak ke sini.” Dia meminum vodka-nya.“Aku merindukanmu. Kau tidak pernah menghubungiku sejak pergi ke New York.” Jayden melihat Hyunjoo tidak percaya. Apa kepalanya terbentur sebelum kemari?“Kita sudah putus, Hyunjoo. Kau yang mempublikasikannya.” Jayden berujar dingin.“Jayden,” suaranya manja, dia memeluk lengan pria itu.“Kau tahu itu tidak benar. Aku hanya menyukaimu, Sayang.” Jayden melihat lengannya yang bersentuhan dengan buah dada kenyal Hyunjoo. Wanita itu datang dengan persiapan. Dia memakai dress ketat yang membentuk tubuhnya. Mata Jayden tertuju pada belahan dada Hyunjoo. Dia terkekeh. Usaha wanita itu sia-sia karena dia tidak tergoda.“Kau terlihat suka menggandeng Michael Choi.”“Itu tidak benar, Jayden. Ak