"Dia melepaskan ku begitu saja," ucap Langit dengan wajah datar.
Paman Sam yang tidak percaya dengan ucapan dari Langit. Hampir terjatuh. Menganggap Langit sedang bergurau. "Kamu tidak berbohong pada Paman?" tanya Paman Sam. Langit menatap dengan wajah bingung. Selama ini ia tidak pernah berkata bohong pada pamannya. Tetapi mengapa paman Sam menanyakan hal demikian pada Langit. "Untuk apa Langit berbohong Paman." Paman Sam membelakangi Langit. Mencoba mencerna ucapan dari Langit secara baik-baik. Sangat tidak mungkin tuan Satria bersikap demikian. Ini jauh dari bayangan paman Sam. "Tuan Satria adalah seorang mafia. Dia tidak mungkin punya hati seluas ini. Apalagi kamu berusaha untuk mencelakainya. Mungkin kamu akan mendapatkan balasan yang sesuai," ucap paman Sam. "Langit tidak takut Paman. Kalau perlu Langit yang akan memberikan pelajaran pada tuan Satria. Langit akan membalas semua perbuatannya," ucap Langit dengan penuh keyakinan. Ini masih belum bisa diterima secara logika. Seharusnya Langit kembali dalam keadaan tidak bernyawa. Tetapi Paman Sam bertemu dengan Langit dalam keadaan baik-baik saja. Jauh dari harapannya, di mana ia berharap sesuatu hal yang buruk terjadi pada Langit. Langit butuh masukan dari paman Sam akan rencana berikutnya. Apalagi Langit mendapatkan semua informasi dari paman Sam. Sehingga akan sangat mudah bagi Langit untuk membinasakan tuan Satria. Sesuai dengan dendam yang ada di dalam hatinya. Namun ini juga menjadi kesempatan emas bagi paman Sam. Ia tidak perlu melakukan tindakan apapun untuk melenyapkan Langit. Tanpa harus susah payah, paman Sam hanya perlu terus membakar amarah di dalam diri Langit. Sehingga pertarungan dengan tuan Satria, tentu akan membuat Langit binasa dengan sendirinya. Ia akan merancang rencana itu, memuluskan jalannya menuju kemenangan. "Jika hari ini kamu gagal. Mungkin hari besok dan hari berikutnya kamu akan berhasil. Jangan pernah menyerah," ucap paman Sam. "Aku tidak akan pernah menyerah. Aku harus bisa melenyapkan tuan Satria. Sehingga dendam keluargaku akan terbalas padanya," Paman Sam mendekat ke arah Langit. Tidak lupa ia mengelus lembut pundak Langit. "Jangan kasih kendor. Kamu pasti bisa melakukannya!" "Tapi Paman akan selalu berada di belakang Langit?" "Sudah pasti. Paman akan selalu ada di belakang kamu. Bahkan Paman akan selalu mendukung setiap upaya yang kamu lakukan. Ingat Langit. Kita punya musuh yang sama. Tuan Satria harus kita lenyapkan. Sehingga dendam kita akan terbalaskan," ucap paman Sam dengan wajah semangat. Langit semakin optimis. Ia semakin yakin bisa segera menghancurkan tuan Satria. Apalagi Langit merasa paman Sam berada di pihaknya saat ini. Kepercayaan diri dari Langit semakin tumbuh besar. Paman Sam juga tidak sabar untuk melihat kehancuran dari Langit dan tuan Satria. Ia yakin, ini akan menjadi pertarungan yang begitu sengit. Keduanya memiliki ego yang besar, sehingga mereka akan saling mengalahkan satu sama lain. "Mereka yang bertarung, tetapi aku yang akan memanen. Senang bisa melihat pertarungan ini. Semoga keduanya kalah. Sehingga aku yang akan semakin memanen banyak," ucap paman Sam di dalam hatinya. Langit sama sekali tidak curiga dengan niat jahat dari pamannya sendiri. Langit terlihat semakin yakin, jika paman Sam akan selalu mendukung dirinya dalam bentuk apapun. Sehingga Langit akan semakin mudah dalam mengalahkan tuan Satria. Satu harapan yang sudah pasti Langit ingin rasakan.Paman Sam memerintahkan anak buahnya untuk membawa Nadira ke ruang bawah tanah yang gelap dan lembab. Nadira merasa takut, tetapi ia tidak mau menyerah. Ia berusaha untuk tetap tegar dan tidak menunjukkan rasa takutnya. Saat mereka tiba di ruang bawah tanah, Nadira melihat berbagai alat penyiksaan yang tergantung di dinding. Ia merasa jantungnya berdebar dengan keras. Anak buah Paman Sam kemudian memulai penyiksaan terhadap Nadira, tetapi Nadira tetap tidak mau berbicara. Paman Sam yang semakin marah kemudian memutuskan untuk menghadapi Nadira secara langsung. Ia berjalan menuju Nadira dengan wajah yang merah dengan kemarahan. "Kamu pikir kamu bisa melawan saya?" Paman Sam bertanya dengan suara yang keras. "Kamu pikir kamu bisa menghancurkan kerajaan saya?" Paman Sam memerintahkan anak buahnya untuk meningkatkan intensitas penyiksaan terhadap Nadira. Nadira merasa sakit yang tidak terhingga, tetapi ia tidak mau menyerah. Ia berusaha untuk tetap tegar dan tidak menunjukkan rasa tak
Dokjen datang ke rumah sakit dengan pakaian serba tertutup, mencuri perhatian banyak orang. Ia di sambut baik oleh dua pengawal tuan Satria dan di antar masuk ke dalam ruang perawatan tuan Satria.Saat Dokjen memasuki ruang perawatan, ia terlihat begitu kaget saat melihat keberadaan dari Langit. Ia tidak asing dengan wajah Langit, tapi ia lupa pernah bertemu dengan Langit.Tuan Satria memperkenalkan Langit sebagai asisten pribadinya pada Dokjen. "Dokjen, ini Langit, asisten pribadi saya."Dokjen sedikit curiga pada Langit. Ada perasaan kurang pas di dalam hatinya saat pertama kali bertemu dengan Langit. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang membuatnya merasa tidak nyaman."Senang bertemu dengan Anda, Langit," Dokjen berkata dengan nada yang tidak terlalu ramah.Langit tersenyum dan membalas, "Senang bertemu dengan Anda juga, Dokjen."Dokjen terus mengamati Langit, sembari ia terus mengingat pertemuan dengan Langit. Ia tidak bisa memahami mengapa ia merasa tidak nyaman saat bertemu dengan
Langit tidak peduli dengan ancaman dari paman Sam. Ia tetap datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi dari tuan Satria. Langit sangat mengkhawatirkan tuan Satria yang masih terbaring di rumah sakit.Saat ia tiba di ruang perawatan, Langit melihat tuan Satria yang masih terbaring di tempat tidur. Ia berjalan mendekati tuan Satria dan melihat keadaannya."Tuan Satria, bagaimana kabar Anda?" Langit bertanya dengan lembut.Tuan Satria membuka mata dan melihat Langit. Ia tersenyum lemah dan berusaha duduk."Langit, kamu datang lagi," tuan Satria berkata dengan lemah.Langit tersenyum dan membantu tuan Satria duduk. "Tentu, tuan Satria. Saya khawatir dengan keadaan Anda."Langit kemudian menyuapi tuan Satria dengan begitu lembut. Tuan Satria merasa begitu di perhatikan oleh Langit. Ia merasa bahwa Langit sangat peduli dengan keadaannya.Namun, perhatian dari Langit justru menjadi sebuah masalah besar bagi Alena. Dia tidak terima dengan kedekatan itu. Alena berusaha mengambil alih tugas La
Paman Sam langsung marah besar ketika ia mengetahui bahwa Langit telah menolong tuan Satria dari serangan preman. Ia merasa bahwa Langit telah berkhianat dan tidak memihak pada saudara laki-lakinya yang telah disakiti oleh tuan Satria. "Kamu bodoh, Langit!" paman Sam berteriak. "Kamu seharusnya senang melihat tuan Satria di sakiti, bukan malah menolongnya! Apa yang kamu pikirkan, Langit? Apa yang membuat kamu berpihak pada musuh kita?" Langit berusaha untuk menjelaskan pada paman Sam bahwa ia hanya ingin menolong tuan Satria karena ia merasa kasihan padanya. Namun, paman Sam tidak mau mendengarkan. "Kamu tidak tahu apa yang telah dilakukan tuan Satria pada saudara laki-lakimu!" paman Sam berteriak. "Ia telah menyakiti saudara laki-lakimu dengan sangat kejam! Kamu seharusnya membenci tuan Satria, bukan malah menolongnya! Apa yang kamu pikirkan, Langit? Apa yang membuat kamu berpihak pada musuh kita?" Langit merasa bahwa paman Sam tidak memahami perasaannya. Ia tidak bisa membohongi
Malam itu, tuan Satria sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Ia merasa lelah setelah seharian berdiskusi dengan rekan-rekannya tentang rencana bisnis baru. Tiba-tiba, mobilnya dipepet oleh beberapa mobil lain. Tuan Satria merasa curiga dan mencoba untuk mempercepat mobilnya. Namun, mobilnya dihalangi oleh beberapa preman yang turun dari mobil lain. "Kamu tuan Satria, kan?" salah satu preman bertanya dengan nada kasar. Tuan Satria mengangguk. "Apa yang kalian inginkan?" "Kami ingin memberimu pelajaran," preman lain menjawab sambil mengacungkan tinjunya. Tuan Satria mencoba untuk mempertahankan diri, namun ia kalah jumlah. Ia dipukul dan ditendang oleh ketiga preman tersebut. Langit, yang sedang menonton dari dalam mobil, merasa tidak tega melihat tuan Satria disakiti. Ia memikirkan sesuatu untuk membantu tuan Satria. Tiba-tiba, ia teringat bahwa ia memiliki aplikasi sirine polisi di ponselnya. Ia segera mengaktifkan aplikasi tersebut dan memutar suara sirine polisi. Ketiga
Meskipun tidak ada bukti yang jelas, tuan Satria memiliki keyakinan yang sama dengan Dokjen. Ia merasa ada keterlibatan dari paman Sam dalam kasus penculikan Nadira. Tuan Satria tidak bisa membiarkan Nadira menjadi korban dari tindakan paman Sam. Ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri tentang kasus ini. "Aku tidak akan membiarkan paman Sam melakukan hal seperti ini," kata tuan Satria dengan suara yang sangat keras dan marah. "Aku akan mencari tahu sendiri tentang kasus ini." Tuan Satria mengutus beberapa orang untuk mencari keberadaan Nadira. Ia yakin bahwa paman Sam yang menjadi dalang utama dari kasus penculikan ini. "Aku ingin kamu mencari keberadaan Nadira," kata tuan Satria kepada orang-orang yang ia utus. "Aku yakin bahwa paman Sam yang menjadi dalang utama dari kasus penculikan ini." Orang-orang yang diutus oleh tuan Satria langsung bergerak untuk mencari keberadaan Nadira. Mereka mencari ke seluruh kota, mencari informasi tentang keberadaan Nadira. Sementara itu, tuan