Tuan Satria begitu gugup, begitu bertemu dengan Langit di dalam lift. Ditambah penampilan Langit yang begitu mempesona dengan rambut panjang, dengan setelan dokter. Semakin membuat tuan Satria panas dingin berada disampingnya.
Melihat keberadaan tuan Satria di sampingnya. Langit terlihat begitu marah. Wajahnya memerah, dengan kobaran api di dalam hati. Ingin rasanya ia menerkam tuan Satria saat itu juga. Tuan Satria perlahan masuk ke dalam lift dengan pandangan tertunduk. Jauh dari kesan mafia yang melekat pada dirinya. Ia sama sekali tidak mampu menatap wajah Langit. Terkesan canggung berada disampingnya. Langit mencoba menjaga jarak dari tuan Satria. Ia berharap tidak berdekatan dengan pria tersebut. Merasa kurang nyaman berada di dekat pria yang menghabisi anggota keluarganya sendiri. Sedikit gugup, tetapi tuan Satria tetap mencoba berkenalan dengan Langit. Ia terlihat begitu berusaha untuk tampil sebaik mungkin. Berharap Langit akan menyambut dirinya dengan baik. "Hai," sapa tuan Satria singkat. Langit berusaha untuk menoreh ke arah tuan Satria. Khawatir tuan Satria akan ingat kejadian dua hari yang lalu. Tentu Langit dalam masalah besar, jika tuan Satria ingat kejadian tersebut. Mengingat Langit yang berusaha melenyapkan tuan Satria. Usaha tuan Satria tidak berhenti begitu saja. Ia sengaja memencet angka berikutnya. Sehingga lift kembali menuju lantai atas. Menjauh dari tujuan dari Langit dan tuan Satria. Langit tentu kesal dengan kelakuan tuan Satria. Dia menoreh ke arah tuan Satria. Wajahnya mulai memerah, ia pun langsung memarahi tuan Satria dengan tegas. "Kenapa kamu pencet lagi liftnya?" Tuan Satria selama ini dikenal sebagai seorang yang tidak mudah tersenyum. Tetapi ia bersikap jauh dari biasanya. Tuan Satria langsung tersenyum melihat kemarahan dari Langit. Mengingatkan ia pada mantannya. Amarah itu hampir sama ketika Iren marah padanya. Itu cukup mengobati rasa rindu tuan Satria pada Iren. Merasa ada yang aneh dengan tuan Satria. Langit segera menekan tombol alarm. Merasa dirinya dalam bahaya besar. Seketika lift itu pun berhenti, lalu suara alarm terdengar ke petugas keamanan hotel. Lift berhenti di lantai 17. Dua orang petugas keamanan bersiaga di depan lift. Mereka siap menolong Langit yang menekan tombol alarm. Bantuan pertama untuk Langit yang sedang dalam kesusahan. Melihat keberadaan tuan Satria di dalam lift. Petugas keamanan itu langsung tidak berkutik. Mereka menundukan kepala masing-masing, menyapa tuan Satria dengan begitu lembut. Langit tentu bingung dengan sikap dari petugas keamanan. Ia berteriak meminta bantuan pada keduanya. Namun ucapan dari Langit diabaikan oleh kedua petugas keamanan tersebut. Merasa tidak ada yang salah dengannya. "Saya butuh bantuan dari Bapak-bapak. Kenapa Bapak diam saja?" tanya Langit dengan wajah panik. "Tidak ada bahaya di sini. Apa mungkin kamu yang membuat semuanya menjadi bermasalah?" jawab salah seorang petugas keamanan. Langit merasa bingung. Mengapa kedua petugas keamanan itu justru menuduh dirinya. Padahal sudah jelas, jika Langit yang menekan tombol alarm. Tetapi Langit yang dituduh melakukan tindakan tidak baik di dalam lift. "Pria ini berbahaya. Dia berusaha menculik saya, membawa saya ke lantai 20. Tujuan saya ada di lantai 10," ucap Langit dengan tegas. Tuan Satria mendekat ke arah Langit. Ia berusaha menghilangkan rasa gugup ketika berhadapan dengan Langit. Bersikap normal saat di dekatnya. "Saya cuman ingin berkenalan dengan kamu. Bukan untuk menyakiti kamu. Jadi jangan pernah berpikir yang aneh-aneh tentang saya," ucap tuan Satria dengan tenang. Langit tentu bingung melihat sikap dari tuan Satria. Ia terlihat begitu antusias bertemu dengan Langit. Padahal Langit sempat berusaha untuk mencelakai tuan Satria. Tuan Satria semakin dekat ke arah Langit. Menatap wajah Langit dengan tatapan tajam. Sebelum akhirnya memberikan tangan kanan untuk berkenalan dengan Langit. "Perkenalkan. Nama saya Satria Wiraguna. Pemilik perusahaan Wiraguna group." Entah apa yang ada dipikiran Langit. Tetapi ia merasa ada hal yang janggal saat berhadapan dengan tuan Satria. Mengapa pria dingin ini berubah menjadi hangat. Langit dipenuhi dengan pertanyaan besar di dalam kepalanya. Melihat Langit yang urung memberikan tangan kanannya untuk bersalaman dengan tuan Satria. Salah seorang petugas keamanan itu, langsung mengangkat tangan Langit untuk bersalaman dengan tuan Satria. Merasa Langit diperlakukan kurang baik oleh petugas keamanan. Tuan Satria segera membentak petugas keamanan tersebut. Tidak lupa tamparan keras dilayangkan oleh tuan Satria pada petugas keamanan. Tuan Satria tidak senang dengan sikap kurang sopan dari petugas keamanan tersebut pada Langit. "Jangan pernah memaksa dia. Jangan pernah lakukan itu!" Bentak tuan Satria. Langit terkejut dengan suara tinggi dari tuan Satria. Gambaran seram tuan Satria akhirnya bisa terlihat. Hingga Langit mulai ketakutan melihat tuan Satria. Ia berjalan mundur untuk segera masuk ke dalam lift. Menghindari amukan lanjutan dari tuan Satria. Begitu Langit sudah berada di dalam lift. Ia segera menutup pintu lift. Segera menuju lantai bawah untuk pergi dari hotel tersebut. Membatalkan rencana awal Langit dalam acara penyuluhan produk kecantikan. Tuan Satria membiarkan Langit pergi begitu saja. Ia tidak mengejar Langit sama sekali. Ia terlihat begitu menyesali sikap yang ditunjukkan di depan Langit. Berpikir itu akan membuat Langit takut untuk bertemu dengan dirinya. "Apakah kita harus mengejar perempuan itu, tuan?" tanya salah seorang petugas keamanan. "Tidak perlu. Biarkan dia pergi," jawab tuan Satria. Saat salah seorang petugas keamanan itu berusaha untuk kembali bertanya. Tuan Satria segera pergi dari hadapan keduanya. Meninggalkan sejuta pertanyaan yang ada di dalam diri kedua petugas keamanan tersebut.Dokjen datang ke rumah sakit dengan pakaian serba tertutup, mencuri perhatian banyak orang. Ia di sambut baik oleh dua pengawal tuan Satria dan di antar masuk ke dalam ruang perawatan tuan Satria.Saat Dokjen memasuki ruang perawatan, ia terlihat begitu kaget saat melihat keberadaan dari Langit. Ia tidak asing dengan wajah Langit, tapi ia lupa pernah bertemu dengan Langit.Tuan Satria memperkenalkan Langit sebagai asisten pribadinya pada Dokjen. "Dokjen, ini Langit, asisten pribadi saya."Dokjen sedikit curiga pada Langit. Ada perasaan kurang pas di dalam hatinya saat pertama kali bertemu dengan Langit. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang membuatnya merasa tidak nyaman."Senang bertemu dengan Anda, Langit," Dokjen berkata dengan nada yang tidak terlalu ramah.Langit tersenyum dan membalas, "Senang bertemu dengan Anda juga, Dokjen."Dokjen terus mengamati Langit, sembari ia terus mengingat pertemuan dengan Langit. Ia tidak bisa memahami mengapa ia merasa tidak nyaman saat bertemu dengan
Langit tidak peduli dengan ancaman dari paman Sam. Ia tetap datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi dari tuan Satria. Langit sangat mengkhawatirkan tuan Satria yang masih terbaring di rumah sakit.Saat ia tiba di ruang perawatan, Langit melihat tuan Satria yang masih terbaring di tempat tidur. Ia berjalan mendekati tuan Satria dan melihat keadaannya."Tuan Satria, bagaimana kabar Anda?" Langit bertanya dengan lembut.Tuan Satria membuka mata dan melihat Langit. Ia tersenyum lemah dan berusaha duduk."Langit, kamu datang lagi," tuan Satria berkata dengan lemah.Langit tersenyum dan membantu tuan Satria duduk. "Tentu, tuan Satria. Saya khawatir dengan keadaan Anda."Langit kemudian menyuapi tuan Satria dengan begitu lembut. Tuan Satria merasa begitu di perhatikan oleh Langit. Ia merasa bahwa Langit sangat peduli dengan keadaannya.Namun, perhatian dari Langit justru menjadi sebuah masalah besar bagi Alena. Dia tidak terima dengan kedekatan itu. Alena berusaha mengambil alih tugas La
Paman Sam langsung marah besar ketika ia mengetahui bahwa Langit telah menolong tuan Satria dari serangan preman. Ia merasa bahwa Langit telah berkhianat dan tidak memihak pada saudara laki-lakinya yang telah disakiti oleh tuan Satria. "Kamu bodoh, Langit!" paman Sam berteriak. "Kamu seharusnya senang melihat tuan Satria di sakiti, bukan malah menolongnya! Apa yang kamu pikirkan, Langit? Apa yang membuat kamu berpihak pada musuh kita?" Langit berusaha untuk menjelaskan pada paman Sam bahwa ia hanya ingin menolong tuan Satria karena ia merasa kasihan padanya. Namun, paman Sam tidak mau mendengarkan. "Kamu tidak tahu apa yang telah dilakukan tuan Satria pada saudara laki-lakimu!" paman Sam berteriak. "Ia telah menyakiti saudara laki-lakimu dengan sangat kejam! Kamu seharusnya membenci tuan Satria, bukan malah menolongnya! Apa yang kamu pikirkan, Langit? Apa yang membuat kamu berpihak pada musuh kita?" Langit merasa bahwa paman Sam tidak memahami perasaannya. Ia tidak bisa membohongi
Malam itu, tuan Satria sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Ia merasa lelah setelah seharian berdiskusi dengan rekan-rekannya tentang rencana bisnis baru. Tiba-tiba, mobilnya dipepet oleh beberapa mobil lain. Tuan Satria merasa curiga dan mencoba untuk mempercepat mobilnya. Namun, mobilnya dihalangi oleh beberapa preman yang turun dari mobil lain. "Kamu tuan Satria, kan?" salah satu preman bertanya dengan nada kasar. Tuan Satria mengangguk. "Apa yang kalian inginkan?" "Kami ingin memberimu pelajaran," preman lain menjawab sambil mengacungkan tinjunya. Tuan Satria mencoba untuk mempertahankan diri, namun ia kalah jumlah. Ia dipukul dan ditendang oleh ketiga preman tersebut. Langit, yang sedang menonton dari dalam mobil, merasa tidak tega melihat tuan Satria disakiti. Ia memikirkan sesuatu untuk membantu tuan Satria. Tiba-tiba, ia teringat bahwa ia memiliki aplikasi sirine polisi di ponselnya. Ia segera mengaktifkan aplikasi tersebut dan memutar suara sirine polisi. Ketiga
Meskipun tidak ada bukti yang jelas, tuan Satria memiliki keyakinan yang sama dengan Dokjen. Ia merasa ada keterlibatan dari paman Sam dalam kasus penculikan Nadira. Tuan Satria tidak bisa membiarkan Nadira menjadi korban dari tindakan paman Sam. Ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri tentang kasus ini. "Aku tidak akan membiarkan paman Sam melakukan hal seperti ini," kata tuan Satria dengan suara yang sangat keras dan marah. "Aku akan mencari tahu sendiri tentang kasus ini." Tuan Satria mengutus beberapa orang untuk mencari keberadaan Nadira. Ia yakin bahwa paman Sam yang menjadi dalang utama dari kasus penculikan ini. "Aku ingin kamu mencari keberadaan Nadira," kata tuan Satria kepada orang-orang yang ia utus. "Aku yakin bahwa paman Sam yang menjadi dalang utama dari kasus penculikan ini." Orang-orang yang diutus oleh tuan Satria langsung bergerak untuk mencari keberadaan Nadira. Mereka mencari ke seluruh kota, mencari informasi tentang keberadaan Nadira. Sementara itu, tuan
Dokjen sangat marah dan kecewa ketika ia mendengar tentang penculikan Nadira. Ia langsung menuduh Paman Sam sebagai pelaku penculikan tersebut. "Paman Sam, kamu telah melakukan penculikan terhadap Nadira!" kata Dokjen dengan suara yang sangat keras dan marah. "Aku akan melaporkan kamu ke polisi!" Paman Sam sangat terkejut dengan tuduhan Dokjen. Ia langsung menyangkal semua tuduhan tersebut. "Aku tidak pernah melakukan penculikan terhadap Nadira!" kata Paman Sam dengan suara yang sangat keras dan marah. "Kamu tidak memiliki bukti apa pun untuk menuduh aku!" Dokjen sangat yakin bahwa Paman Sam adalah pelaku penculikan tersebut. Ia meminta bantuan polisi untuk memeriksa Paman Sam. "Aku meminta bantuan polisi untuk memeriksa Paman Sam!" kata Dokjen dengan suara yang sangat keras dan marah. "Aku yakin bahwa Paman Sam adalah pelaku penculikan terhadap Nadira!" Polisi pun datang ke tempat kejadian untuk memeriksa Paman Sam. Mereka meminta Paman Sam untuk menjelaskan tentang tuduh