"Tunggu sebentar,"
Masih mengantuk, Langit kembali menguap begitu bangun dari tempat tidurnya. Tidak ingin tampil buruk. Langit bercermin terlebih dahulu, sebelum merapikan penampilannya. Begitu ia merasa sudah cukup baik, Langit segera membuka pintu kamar. "Selamat pagi Non. Bibi mau kasih bunga ini buat Non Langit," ucap bi Zanah. Jarang mendapatkan bucket bunga. Tentu Langit bingung setengah mati dengan kiriman bunga untuk dirinya di hari ini. Sedikit membingungkan untuk dirinya. "Bunga dari siapa Bi?" tanya Langit dengan wajah bingung. Bi Zanah segera memberikan bunga itu. Membiarkan Langit membaca kartu ucapan yang menempel di bunga. Secara hati-hati Langit menerima bunga besar tersebut. Ia segera membaca secarik surat yang menempel di bunga besar tersebut. "Hi Langit. Aku Satria. Bunga ini sebagai tanda perkenalan kita. Senang bisa mengenal kamu," Langit semakin terkejut saat mengetahui bunga itu merupakan pemberian dari Satria. Tentu Langit tidak bisa membayangkan dirinya akan mendapat kiriman bunga dari tuan Satria. "Tuan Satria siapanya Non Langit? Jangan-jangan pacar barunya Non Langit lagi," tanya bi Zanah sembari mesem kegirangan. Langit segera menyangkalnya. Ia mengatakan jika dirinya sama sekali tidak mengenal tuan Satria. Langit justru membenci tuan Satria yang sudah menghabisi anggota keluarganya. "Bukan! Saya saja tidak mengenal dia. Bagaimana bisa dia jadi pacar saya," jawab Langit. Langit segera membawa bunga itu masuk ke dalam kamar. Ia ingin menghubungi paman Sam. Memberitahu kiriman bunga dari tuan Satria. Beberapa kali gagal terhubung. Akhirnya di panggilan kelima, Langit berhasil menghubungi paman Sam. Wajah panik dari Langit, seketika berubah menjadi bahagia bisa kembali bercakap dengan paman Sam. "Hallo Paman," "Iya. Ada Langit kamu menelpon Paman?" Langit terdiam sejenak. Ia memandangi bunga dari tuan Satria. "Tuan Satria mengirimkan bucket bunga besar padaku." Paman Sam begitu terkejut dengan ucapan Langit. "Bucket bunga dalam rangka apa?" Langit kembali memperhatikan bucket bunga tersebut. Berpikir ada sesuatu yang mungkin membahayakan untuk dirinya. Namun sama sekali ia tidak menemukan apapun di bucket bunga tersebut. "Tidak tahu Paman. Tapi tuan Satria mengirimkan bunga ini," jelas Langit. Paman Sam sama sekali tidak paham dengan maksud dari tuan Satria. Berbeda dengan sikap yang biasa ditunjukkan. Sosok monster memang melekat pada dirinya tuan Satria. Tetapi untuk saat ini, semua itu tidak nampak. Padahal ia berharap Langit akan menjadi korban dari tuan Satria. "Apa yang harus aku lakukan, Paman?" tanya Langit. "Nanti Paman pikirkan terlebih dahulu. Mungkin ini jebakan buat kamu. Jangan pernah bertindak apapun. Biar Paman yang mengatur semuanya untuk kamu," jawab paman Sam. "Baik Paman. Aku akan ikuti semua instruksi dari Paman," tutup Langit. Langit masih kebingungan dengan tingkah dari tuan Satria. Jauh dari apa yang dibayangkan oleh dirinya. Tuan Satria akan bersikap manis. Padahal Langit sudah berusaha untuk melakukan tindakan kurang terpuji pada tuan Satria. Ditengah kerisauan yang bercampur rasa penasaran. Panggilan telepon dari nomor tidak di kenal, seketika membuat Langit terkejut. Beberapa nama temannya coba diingat oleh Langit. Tetapi, nomor itu sama sekali tidak familiar untuknya. Sempat ingin menolaknya, tetapi Langit penasaran dengan panggilan telepon tersebut. Hingga akhirnya Langit mengangkat panggilan telepon. Mendengar suara dari tuan Satria di panggilan telepon. Langit terkejut bukan main. Dia terdiam sejenak, berpikir untuk menutup panggilan tersebut. Namun tuan Satria meminta Langit untuk tidak menutup panggilan telepon dari dirinya. Berharap akan ada sedikit perbincangan. Mendengar permohonan dari tuan Satria. Langit mulai iba, dia pun mengurungkan niatnya untuk mengakhiri panggilan dari tuan Satria. Ia membiarkan tuan Satria berkomunikasi dengan dirinya melalui panggilan telepon. "Terima kasih kamu sudah mau berbicara dengan saya," ucap tuan Satria dengan penuh harap. "Jika tidak penting. Segera matikan panggilan telepon ini. Saya banyak urusan!" ucap Langit sedikit judes. "Mungkin tidak penting untuk kamu. Tetapi penting untuk saya. Saya berharap tahu kamu lebih jauh. Apa kamu bersedia berbicara lebih jauh dengan saya. Maksudnya berbincang lebih dalam lagi," Langit semakin bingung dengan permintaan dari tuan Satria. Ia sama sekali tidak mengerti maksud dari tuan Satria. Untuk apa tuan Satria melakukan semuanya. "Maaf. Saya tidak ingin berbicara dengan Anda. Cari perempuan lain saja. Saya tidak ingin mengenal Anda sama sekali!" tegas Langit. Tuan Satria terhentak. Kehabisan bahan obrolan untuk berbicara lebih banyak dengan Langit. Mengingat Langit begitu tegas dalam menolak perkenalan dengan dirinya. "Saya akan menutup panggilan telepon ini. Jika kamu menyebutkan nama kamu. Saya penasaran dengan kamu. Ingin tahu lebih jauh perihal kamu. Apa kamu bersedia menyebutkan nama kamu," pinta tuan Satria. Langit mulai semakin risih dengan tuan Satria. Berpikir tuan Satria sedikit berlebihan dengan dirinya. Penolakan itu seharusnya membuat tuan Satria berhenti mengejar Langit. Tetapi ia justru terus mengejar Langit. "Henti semuanya. Anda bisa mencari orang lain. Masih banyak perempuan di luar sana. Tidak dengan saya. Saya bukan seorang yang ideal untuk Anda. Jadi berhenti berharap dengan saya!" Merasa sudah semakin kesal. Langit akhirnya menutup panggilan telepon dari tuan Satria. Ia juga segera mematikan telepon genggamnya. Berharap tidak akan mendapatkan panggilan berikutnya dari tuan Satria.Dokjen datang ke rumah sakit dengan pakaian serba tertutup, mencuri perhatian banyak orang. Ia di sambut baik oleh dua pengawal tuan Satria dan di antar masuk ke dalam ruang perawatan tuan Satria.Saat Dokjen memasuki ruang perawatan, ia terlihat begitu kaget saat melihat keberadaan dari Langit. Ia tidak asing dengan wajah Langit, tapi ia lupa pernah bertemu dengan Langit.Tuan Satria memperkenalkan Langit sebagai asisten pribadinya pada Dokjen. "Dokjen, ini Langit, asisten pribadi saya."Dokjen sedikit curiga pada Langit. Ada perasaan kurang pas di dalam hatinya saat pertama kali bertemu dengan Langit. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang membuatnya merasa tidak nyaman."Senang bertemu dengan Anda, Langit," Dokjen berkata dengan nada yang tidak terlalu ramah.Langit tersenyum dan membalas, "Senang bertemu dengan Anda juga, Dokjen."Dokjen terus mengamati Langit, sembari ia terus mengingat pertemuan dengan Langit. Ia tidak bisa memahami mengapa ia merasa tidak nyaman saat bertemu dengan
Langit tidak peduli dengan ancaman dari paman Sam. Ia tetap datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi dari tuan Satria. Langit sangat mengkhawatirkan tuan Satria yang masih terbaring di rumah sakit.Saat ia tiba di ruang perawatan, Langit melihat tuan Satria yang masih terbaring di tempat tidur. Ia berjalan mendekati tuan Satria dan melihat keadaannya."Tuan Satria, bagaimana kabar Anda?" Langit bertanya dengan lembut.Tuan Satria membuka mata dan melihat Langit. Ia tersenyum lemah dan berusaha duduk."Langit, kamu datang lagi," tuan Satria berkata dengan lemah.Langit tersenyum dan membantu tuan Satria duduk. "Tentu, tuan Satria. Saya khawatir dengan keadaan Anda."Langit kemudian menyuapi tuan Satria dengan begitu lembut. Tuan Satria merasa begitu di perhatikan oleh Langit. Ia merasa bahwa Langit sangat peduli dengan keadaannya.Namun, perhatian dari Langit justru menjadi sebuah masalah besar bagi Alena. Dia tidak terima dengan kedekatan itu. Alena berusaha mengambil alih tugas La
Paman Sam langsung marah besar ketika ia mengetahui bahwa Langit telah menolong tuan Satria dari serangan preman. Ia merasa bahwa Langit telah berkhianat dan tidak memihak pada saudara laki-lakinya yang telah disakiti oleh tuan Satria. "Kamu bodoh, Langit!" paman Sam berteriak. "Kamu seharusnya senang melihat tuan Satria di sakiti, bukan malah menolongnya! Apa yang kamu pikirkan, Langit? Apa yang membuat kamu berpihak pada musuh kita?" Langit berusaha untuk menjelaskan pada paman Sam bahwa ia hanya ingin menolong tuan Satria karena ia merasa kasihan padanya. Namun, paman Sam tidak mau mendengarkan. "Kamu tidak tahu apa yang telah dilakukan tuan Satria pada saudara laki-lakimu!" paman Sam berteriak. "Ia telah menyakiti saudara laki-lakimu dengan sangat kejam! Kamu seharusnya membenci tuan Satria, bukan malah menolongnya! Apa yang kamu pikirkan, Langit? Apa yang membuat kamu berpihak pada musuh kita?" Langit merasa bahwa paman Sam tidak memahami perasaannya. Ia tidak bisa membohongi
Malam itu, tuan Satria sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Ia merasa lelah setelah seharian berdiskusi dengan rekan-rekannya tentang rencana bisnis baru. Tiba-tiba, mobilnya dipepet oleh beberapa mobil lain. Tuan Satria merasa curiga dan mencoba untuk mempercepat mobilnya. Namun, mobilnya dihalangi oleh beberapa preman yang turun dari mobil lain. "Kamu tuan Satria, kan?" salah satu preman bertanya dengan nada kasar. Tuan Satria mengangguk. "Apa yang kalian inginkan?" "Kami ingin memberimu pelajaran," preman lain menjawab sambil mengacungkan tinjunya. Tuan Satria mencoba untuk mempertahankan diri, namun ia kalah jumlah. Ia dipukul dan ditendang oleh ketiga preman tersebut. Langit, yang sedang menonton dari dalam mobil, merasa tidak tega melihat tuan Satria disakiti. Ia memikirkan sesuatu untuk membantu tuan Satria. Tiba-tiba, ia teringat bahwa ia memiliki aplikasi sirine polisi di ponselnya. Ia segera mengaktifkan aplikasi tersebut dan memutar suara sirine polisi. Ketiga
Meskipun tidak ada bukti yang jelas, tuan Satria memiliki keyakinan yang sama dengan Dokjen. Ia merasa ada keterlibatan dari paman Sam dalam kasus penculikan Nadira. Tuan Satria tidak bisa membiarkan Nadira menjadi korban dari tindakan paman Sam. Ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri tentang kasus ini. "Aku tidak akan membiarkan paman Sam melakukan hal seperti ini," kata tuan Satria dengan suara yang sangat keras dan marah. "Aku akan mencari tahu sendiri tentang kasus ini." Tuan Satria mengutus beberapa orang untuk mencari keberadaan Nadira. Ia yakin bahwa paman Sam yang menjadi dalang utama dari kasus penculikan ini. "Aku ingin kamu mencari keberadaan Nadira," kata tuan Satria kepada orang-orang yang ia utus. "Aku yakin bahwa paman Sam yang menjadi dalang utama dari kasus penculikan ini." Orang-orang yang diutus oleh tuan Satria langsung bergerak untuk mencari keberadaan Nadira. Mereka mencari ke seluruh kota, mencari informasi tentang keberadaan Nadira. Sementara itu, tuan
Dokjen sangat marah dan kecewa ketika ia mendengar tentang penculikan Nadira. Ia langsung menuduh Paman Sam sebagai pelaku penculikan tersebut. "Paman Sam, kamu telah melakukan penculikan terhadap Nadira!" kata Dokjen dengan suara yang sangat keras dan marah. "Aku akan melaporkan kamu ke polisi!" Paman Sam sangat terkejut dengan tuduhan Dokjen. Ia langsung menyangkal semua tuduhan tersebut. "Aku tidak pernah melakukan penculikan terhadap Nadira!" kata Paman Sam dengan suara yang sangat keras dan marah. "Kamu tidak memiliki bukti apa pun untuk menuduh aku!" Dokjen sangat yakin bahwa Paman Sam adalah pelaku penculikan tersebut. Ia meminta bantuan polisi untuk memeriksa Paman Sam. "Aku meminta bantuan polisi untuk memeriksa Paman Sam!" kata Dokjen dengan suara yang sangat keras dan marah. "Aku yakin bahwa Paman Sam adalah pelaku penculikan terhadap Nadira!" Polisi pun datang ke tempat kejadian untuk memeriksa Paman Sam. Mereka meminta Paman Sam untuk menjelaskan tentang tuduh