Share

Menjauh

Matahari sangat panas. Mbak Cla tidak ingin aku mengikat rambutku. Dia berpikir para pemain golf pria menyukai rambut yang digerai. Tapi tidak bagiku, sangat panas di luar sini. Aku mengambil es batu dalam box pendingin dan menggosokkan ke leherku. Aku hampir berada di lubang 15 untuk ketiga kalinya.

Tidak ada yang bangun pagi ini ketika aku keluar dari kamar. Piring-piring kotor masih ada di meja. Aku membereskannya dan membuang makanan yang ada di panci yang dia tinggalkan sepanjang malam. Membuatku sedih melihat makanan itu dibuang. Baunya sangat enak semalam saat aku pulang.

Lalu aku membuang botol amggur kosong dan mengambil gelas-gelas diluar disamping meja tempat aku menyaksikan Rudy melakukan hal itu dengan seorang gadis.

Kembali ke lapangan yang panas, aku berhenti disamping kelompok pemain golf di lubang ke 15. Mereka masih muda. Aku pernah melihat  mereka berada di lubang ke 3. Mereka membeli banyak minuman dan memberi banyak tips. 

"Itu dia." Salah satu orang berteriak saat aku berhenti di samping mereka dan tersenyum.

"Ah, gadis favoritku kembali. Disini sangat panas seperti neraka. Aku butuh minuman dingin satu, atau mungkin dua."

Aku memarkir kereta dan keluar memutar kebelakang dan mengambil pesanan mereka.

"Kau ingin Bir?" Aku bertanya padanya.

"Ya, sayang aku mau." Dia mengedipkan mata dan berjalan mendekatiku membuatku sedikit tidak nyaman.

"Hei aku juga ingin satu Martin. Mundur." Kata pria lain dan aku terus tersenyum saat aku menyerahkan bir dan dia menyodorkan lima puluh ribu. "Simpan saja kembaliannya."

"Terima kasih." Jawabku, menyelipkan uang ke sakuku. Aku melihat ke pria yang lainnya. "Siapa lagi?"

"Aku." Seorang pria dengan rambut cokelat pendek dan mata hijau yang cantik berkata sambil melambaikan tangannya. 

"Kau ingin bir yang jeruk kan?" tanyaku meraih minuman di box pendingin dan menarik keluar minuman yang dipesannya saat terakhir kali.

"Kurasa aku jatuh cinta. Dia cantik dan dia ingat bir apa yang kuminum. Lalu dia membukanya untukku." Aku tahu dia hanya menggoda sambil menyodorkan uang ditanganku dan mengambil bir dariku. "Kembaliannya untukmu cantik."

Aku melihat uang lima puluh ribu rupiah saat kumasukkan kedalam sakuku. Para pria ini benar-benar tidak keberatan membuang-buang uang. 

"Siapa namamu?" Seseorang bertanya dan aku berpaling untuk melihat seorang pria berambut hitam gelap sedang menunggu pesanannya.

"Aileen."Jawabku mengambil bir dari box pendingin dan membukanya untuknya.

"Kau punya pacar Aileen?" Tanyanya saat mengambil minuman dariku.

"Um, tidak." Jawabku, tidak yakin apakah mungkin lebih baik berbohong dalam situasi seperti ini.

Pria itu mendekat ke arahku dan mengulurkan tangannya membayar dengan tip. "Aku Raka." Pandangan insten dalam matanya yang gelap membuatku gugup. Apa dia sedang menggodaku?

"Tidak adil. Mundur bro. Kau harus berusaha maksimal dengan gadis satu ini. Hanya karena ayahmu pemilik tempat ini, tidak berarti kau harus yang pertama." Canda salah satu pria. Aku pikir dia sedang bercanda.

Raka mengabaikan temannya dan tetap fokus padaku. "Jam berapa kau selesai bekerja?"

Jika ayah Raka adalah bos utamaku. Aku tidak perlu menghambiskan waktuku dengan putra pemilik klub golf ini. Aku bisa bayangkan akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Aku bekerja sampai tutup." Aku menjelaskan padanya.

"Kenapa kau tidak membiarkan aku menjemputmu dan mengajakmu untuk makan malam?" Kata Raka, berdiri sangat dekat denganku sekarang.

Maaf aku lelah. Aku ingin istirahat."

Napas hangan menggelitik telingaku. "Apa kau takut padaku? Jangan. Aku tidak berbahaya."

Aku tidak yakin apa yang harus kulakukan. "Kau tidak menakutiku. Aku hanya tidak terbiasa dengan hal semacam ini." Jawabku, aku tidak tahu bagaimana harus meresponnya.

"Hal apa itu?" Dia bertanya, penasaran.

"Pria dan rayuan. Setidaknya itu yang kupikir sedang terjadi sekarang." Aku terdengar seperti orang bodoh. Senyum perlahan-lahan terlihat diwajah Raka membuatku ingin merangkak dibawah mobil golf dan bersembunyi.

"Tentu saja aku sedang merayumu. Dan bagaimana bisa orang yang luar biasa seksi sepertimu tidak terbisa dengan hal semacam ini."

Aku menggeleng. "Aku sibuk beberapa tahun terakhir. Aku harus pergi, pemain berikutnya mungkin sudah marah karena menungguku."

"Raka mengangguk dan mengambil langkah mundur. "Aku belum selesai denganmu, tapi untuk sekarang aku akan membiarkanmu kembali bekerja."

Aku bergegas kembali kesisi pengemudi kereta dan menaikinya. Lubang berikutnya adalah sekelompok pria pensiunan. Aku tidak pernah mencari perhatian untuk dilirik-lirik pria-pria tua dalam hidupku tapi setidaknya mereka tidak menggoda.

Selesai bekerja, ketika aku berjalan ke trukku malam itu aku merasa lega melihat tidak ada tanda-tanda Raka. Seharusnya aku tahu dia hanya menggoda. AKu telah mendapat tips beberapa ratus rupiah hari ini dan aku memutuskan untuk memperlakukan diriku dengan makanan yang benar-benar enak. Aku menuju ke drive-thru Mc Donals dan memesan sebuah cheeseburger dan kentang goreng.Aku makan dengan senang dalan perjalanan kembali ke rumah Rudy. Tidak ada mobil diluar malam ini.

Aku tidak ingin masuk saat dia berhubungan intim dengan seorang gadis. Tapi mungkin saja, dia menjemput seorang gadis dengan mobilnya.. Aku berjalan dan berhenti di ruang tamu. Tidak ada televisi. Tidak ada suara sama sekali, tapi pintu terbuka. AKu tidak harus menggunakan kunci yang disembunyikannya.

Aku berkeringat. Aku harus mandi sebelum pergi tidur. Aku melangkah kedapur dan memeriksa untuk memastikan tidak ada petualangan intim diluar sana. Mandi akan terasa nyaman.

Aku masuk ke kamarku dan meraih boxer lama milik Bobi dan tank top yang kupakai di malam hari. Bobi memberikannya padaku ketika kami masih muda dan konyol. Sekarang jauh lebih ketat daripada dulu. Tubuhku berkebang sejak usia 15.

Aku menarik napas dalam-dalam dari udara laut saat aku melangkah keluar. Ini adalah malam ketiga aku ketika aku disini dan aku benar-benar belum pernah turun ke air laut. Aku sangat lelah ketika pulang, jadi tidak punya tenaga untuk pergi kelaut. Aku menuruni tangga dan meletakkan piyamaku dikamar mandi sebelum melepas sepatuku.

Pasirnya masih hangat dari sinar matahari.Aku berjalan dalam kegelapan sampai ke tepi air mengenai kakiku. Rasa dingin mengejutkanku. 

Ibuku tersenyum bercerita tentang saat dia bermain dilaut muncul dalam ingatanku dan aku memiringkan kepalaku ke langit dan tersenyum. Aku akhirnya disini. Aku disini untuk kita bedua.

Sebuah suara disisi kiri memecahkan pikiranku. AKu berbalik untuk memandang ke arah suara. Cahaya bulan dari langit bersinar ketika Rudy sedang berlari dalam kegelapan.

Sekali lagi, ia bertelanjang dada. Celana pendek yang ia kenakan di pinggangnya dan aku terpesona olehnya saat dia berlari kearahku. Aku tidak yakin, apakah aku harus berbalik menjauh. Kakinya melambat dan dia berhenti disampingku. Keringat di dadanya berkilau dalam cahaya lembut bulan. Anehnya aku ingin menyentuhnya. 

"Kau kembali." Katanya sambil mengambil napas.

"Aku baru saja pulang kerja." Jawabku, berusaha keras untuk menjaga mataku padanya dan tidak pada dadanya.

"Jadi kau mendapat pekerjaan?"

"Ya, kemarin."

"Dimana itu?"

Aku tidak yakin tentang bagaimana memberitahunya. Dia bukan teman. Dan jelas aku tidak pernah dianggap sebagai keluarganya. Orangtua kami mungkin menikah tapi dia sepertinya tidak ingin berhubungan dengan ayahku atau aku.

"Rooftop klub." Jawabku.

Alis Rudy terangkat dan ia mengambil langkah mendekatiku. dia menyelipkan tangan dibawah daguku dan memeringkan wajahku.

"Kau memakai maskara." Katanya, sambil mengamatiku.

"Ya." Aku menarik daguku dari genggamannya. Dia mungkin membiarkanku tidur dirumahnya tapi aku tidak suka dia menyentuhku tanpa ijinku. Atau mungkin aku menyukai dia menyentuhku dan itulah masalahnya.

"Itu membuatmu terlihat lebih tua." Dia melangkah mundur dan perlahan-lahan  mengamatiku. "Kau gadis kereta di lapangan golf." 

"Bagaimana kau tahu." Tanyaku.

Dia melambaikan tangannya padaku. "Pakaian itu.Celana pendek putih kecil dan kaus polo. Ini seragam."

Aku senang karena gelap. aku yakin wajahku memerah.

"Kau mendapat keuntungan besar. Benarkan?" Tanyanya dengan nada geli.

Aku menghasilkan lebih dari lima ratus ribu rupiah dalam dua hari. Itu bukan keuntungan besar untuknya. Tapi untukku. iya.

Aku mengangkat bahu. "Kau akan lega jika tahu kalau aku akan keluar dari sini dalam waktu kurang dari sebulan."

"Dia tidak menanggapi. Aku mungkin harus meninggalkannya dan pergi untuk mandi. Aku mulai mengatakan sesuatu ketika dia mengambil langkah mendekatiku. "Aku mungkin seharusnya lega. Benar-benar lega. Tapi aku tidak lega. Aku tidak lega Aileen." Dia berhenti dan membungkuk dan berbisik ditelingaku. "kenapa begitu?"

Bagaimana aku tahu itu! Aku ingin meraih dan memegang tangannya agar aku tidak jatuh ke tanah. Tapi aku menahan diri.

"Jaga jarak dari, Aileen. Semalam." Dia menelan ludah. "Kejadian semalam menghantuiku. Kau melihatnya. Membuatku gila. Jadi menjauhlah. Aku melakukan yang terbaik untuk menjauh darimu." Dia berbalik dan berlari kembali kerumah saat aku berdiri disana mencoba untuk tidak terjatuh di pasir pantai.

Apa maksudnya? Bagaimana dia tahu aku melihat mereka? Ketika aku melihat pintu rumah tertutup dibelakangnya aku masuk dan mandi. Kata-katanya terus membuatku terjaga sepanjang malam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status