Share

Menjauh

Author: Win
last update Last Updated: 2021-08-26 17:49:31

Matahari sangat panas. Mbak Cla tidak ingin aku mengikat rambutku. Dia berpikir para pemain golf pria menyukai rambut yang digerai. Tapi tidak bagiku, sangat panas di luar sini. Aku mengambil es batu dalam box pendingin dan menggosokkan ke leherku. Aku hampir berada di lubang 15 untuk ketiga kalinya.

Tidak ada yang bangun pagi ini ketika aku keluar dari kamar. Piring-piring kotor masih ada di meja. Aku membereskannya dan membuang makanan yang ada di panci yang dia tinggalkan sepanjang malam. Membuatku sedih melihat makanan itu dibuang. Baunya sangat enak semalam saat aku pulang.

Lalu aku membuang botol amggur kosong dan mengambil gelas-gelas diluar disamping meja tempat aku menyaksikan Rudy melakukan hal itu dengan seorang gadis.

Kembali ke lapangan yang panas, aku berhenti disamping kelompok pemain golf di lubang ke 15. Mereka masih muda. Aku pernah melihat  mereka berada di lubang ke 3. Mereka membeli banyak minuman dan memberi banyak tips. 

"Itu dia." Salah satu orang berteriak saat aku berhenti di samping mereka dan tersenyum.

"Ah, gadis favoritku kembali. Disini sangat panas seperti neraka. Aku butuh minuman dingin satu, atau mungkin dua."

Aku memarkir kereta dan keluar memutar kebelakang dan mengambil pesanan mereka.

"Kau ingin Bir?" Aku bertanya padanya.

"Ya, sayang aku mau." Dia mengedipkan mata dan berjalan mendekatiku membuatku sedikit tidak nyaman.

"Hei aku juga ingin satu Martin. Mundur." Kata pria lain dan aku terus tersenyum saat aku menyerahkan bir dan dia menyodorkan lima puluh ribu. "Simpan saja kembaliannya."

"Terima kasih." Jawabku, menyelipkan uang ke sakuku. Aku melihat ke pria yang lainnya. "Siapa lagi?"

"Aku." Seorang pria dengan rambut cokelat pendek dan mata hijau yang cantik berkata sambil melambaikan tangannya. 

"Kau ingin bir yang jeruk kan?" tanyaku meraih minuman di box pendingin dan menarik keluar minuman yang dipesannya saat terakhir kali.

"Kurasa aku jatuh cinta. Dia cantik dan dia ingat bir apa yang kuminum. Lalu dia membukanya untukku." Aku tahu dia hanya menggoda sambil menyodorkan uang ditanganku dan mengambil bir dariku. "Kembaliannya untukmu cantik."

Aku melihat uang lima puluh ribu rupiah saat kumasukkan kedalam sakuku. Para pria ini benar-benar tidak keberatan membuang-buang uang. 

"Siapa namamu?" Seseorang bertanya dan aku berpaling untuk melihat seorang pria berambut hitam gelap sedang menunggu pesanannya.

"Aileen."Jawabku mengambil bir dari box pendingin dan membukanya untuknya.

"Kau punya pacar Aileen?" Tanyanya saat mengambil minuman dariku.

"Um, tidak." Jawabku, tidak yakin apakah mungkin lebih baik berbohong dalam situasi seperti ini.

Pria itu mendekat ke arahku dan mengulurkan tangannya membayar dengan tip. "Aku Raka." Pandangan insten dalam matanya yang gelap membuatku gugup. Apa dia sedang menggodaku?

"Tidak adil. Mundur bro. Kau harus berusaha maksimal dengan gadis satu ini. Hanya karena ayahmu pemilik tempat ini, tidak berarti kau harus yang pertama." Canda salah satu pria. Aku pikir dia sedang bercanda.

Raka mengabaikan temannya dan tetap fokus padaku. "Jam berapa kau selesai bekerja?"

Jika ayah Raka adalah bos utamaku. Aku tidak perlu menghambiskan waktuku dengan putra pemilik klub golf ini. Aku bisa bayangkan akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Aku bekerja sampai tutup." Aku menjelaskan padanya.

"Kenapa kau tidak membiarkan aku menjemputmu dan mengajakmu untuk makan malam?" Kata Raka, berdiri sangat dekat denganku sekarang.

Maaf aku lelah. Aku ingin istirahat."

Napas hangan menggelitik telingaku. "Apa kau takut padaku? Jangan. Aku tidak berbahaya."

Aku tidak yakin apa yang harus kulakukan. "Kau tidak menakutiku. Aku hanya tidak terbiasa dengan hal semacam ini." Jawabku, aku tidak tahu bagaimana harus meresponnya.

"Hal apa itu?" Dia bertanya, penasaran.

"Pria dan rayuan. Setidaknya itu yang kupikir sedang terjadi sekarang." Aku terdengar seperti orang bodoh. Senyum perlahan-lahan terlihat diwajah Raka membuatku ingin merangkak dibawah mobil golf dan bersembunyi.

"Tentu saja aku sedang merayumu. Dan bagaimana bisa orang yang luar biasa seksi sepertimu tidak terbisa dengan hal semacam ini."

Aku menggeleng. "Aku sibuk beberapa tahun terakhir. Aku harus pergi, pemain berikutnya mungkin sudah marah karena menungguku."

"Raka mengangguk dan mengambil langkah mundur. "Aku belum selesai denganmu, tapi untuk sekarang aku akan membiarkanmu kembali bekerja."

Aku bergegas kembali kesisi pengemudi kereta dan menaikinya. Lubang berikutnya adalah sekelompok pria pensiunan. Aku tidak pernah mencari perhatian untuk dilirik-lirik pria-pria tua dalam hidupku tapi setidaknya mereka tidak menggoda.

Selesai bekerja, ketika aku berjalan ke trukku malam itu aku merasa lega melihat tidak ada tanda-tanda Raka. Seharusnya aku tahu dia hanya menggoda. AKu telah mendapat tips beberapa ratus rupiah hari ini dan aku memutuskan untuk memperlakukan diriku dengan makanan yang benar-benar enak. Aku menuju ke drive-thru Mc Donals dan memesan sebuah cheeseburger dan kentang goreng.Aku makan dengan senang dalan perjalanan kembali ke rumah Rudy. Tidak ada mobil diluar malam ini.

Aku tidak ingin masuk saat dia berhubungan intim dengan seorang gadis. Tapi mungkin saja, dia menjemput seorang gadis dengan mobilnya.. Aku berjalan dan berhenti di ruang tamu. Tidak ada televisi. Tidak ada suara sama sekali, tapi pintu terbuka. AKu tidak harus menggunakan kunci yang disembunyikannya.

Aku berkeringat. Aku harus mandi sebelum pergi tidur. Aku melangkah kedapur dan memeriksa untuk memastikan tidak ada petualangan intim diluar sana. Mandi akan terasa nyaman.

Aku masuk ke kamarku dan meraih boxer lama milik Bobi dan tank top yang kupakai di malam hari. Bobi memberikannya padaku ketika kami masih muda dan konyol. Sekarang jauh lebih ketat daripada dulu. Tubuhku berkebang sejak usia 15.

Aku menarik napas dalam-dalam dari udara laut saat aku melangkah keluar. Ini adalah malam ketiga aku ketika aku disini dan aku benar-benar belum pernah turun ke air laut. Aku sangat lelah ketika pulang, jadi tidak punya tenaga untuk pergi kelaut. Aku menuruni tangga dan meletakkan piyamaku dikamar mandi sebelum melepas sepatuku.

Pasirnya masih hangat dari sinar matahari.Aku berjalan dalam kegelapan sampai ke tepi air mengenai kakiku. Rasa dingin mengejutkanku. 

Ibuku tersenyum bercerita tentang saat dia bermain dilaut muncul dalam ingatanku dan aku memiringkan kepalaku ke langit dan tersenyum. Aku akhirnya disini. Aku disini untuk kita bedua.

Sebuah suara disisi kiri memecahkan pikiranku. AKu berbalik untuk memandang ke arah suara. Cahaya bulan dari langit bersinar ketika Rudy sedang berlari dalam kegelapan.

Sekali lagi, ia bertelanjang dada. Celana pendek yang ia kenakan di pinggangnya dan aku terpesona olehnya saat dia berlari kearahku. Aku tidak yakin, apakah aku harus berbalik menjauh. Kakinya melambat dan dia berhenti disampingku. Keringat di dadanya berkilau dalam cahaya lembut bulan. Anehnya aku ingin menyentuhnya. 

"Kau kembali." Katanya sambil mengambil napas.

"Aku baru saja pulang kerja." Jawabku, berusaha keras untuk menjaga mataku padanya dan tidak pada dadanya.

"Jadi kau mendapat pekerjaan?"

"Ya, kemarin."

"Dimana itu?"

Aku tidak yakin tentang bagaimana memberitahunya. Dia bukan teman. Dan jelas aku tidak pernah dianggap sebagai keluarganya. Orangtua kami mungkin menikah tapi dia sepertinya tidak ingin berhubungan dengan ayahku atau aku.

"Rooftop klub." Jawabku.

Alis Rudy terangkat dan ia mengambil langkah mendekatiku. dia menyelipkan tangan dibawah daguku dan memeringkan wajahku.

"Kau memakai maskara." Katanya, sambil mengamatiku.

"Ya." Aku menarik daguku dari genggamannya. Dia mungkin membiarkanku tidur dirumahnya tapi aku tidak suka dia menyentuhku tanpa ijinku. Atau mungkin aku menyukai dia menyentuhku dan itulah masalahnya.

"Itu membuatmu terlihat lebih tua." Dia melangkah mundur dan perlahan-lahan  mengamatiku. "Kau gadis kereta di lapangan golf." 

"Bagaimana kau tahu." Tanyaku.

Dia melambaikan tangannya padaku. "Pakaian itu.Celana pendek putih kecil dan kaus polo. Ini seragam."

Aku senang karena gelap. aku yakin wajahku memerah.

"Kau mendapat keuntungan besar. Benarkan?" Tanyanya dengan nada geli.

Aku menghasilkan lebih dari lima ratus ribu rupiah dalam dua hari. Itu bukan keuntungan besar untuknya. Tapi untukku. iya.

Aku mengangkat bahu. "Kau akan lega jika tahu kalau aku akan keluar dari sini dalam waktu kurang dari sebulan."

"Dia tidak menanggapi. Aku mungkin harus meninggalkannya dan pergi untuk mandi. Aku mulai mengatakan sesuatu ketika dia mengambil langkah mendekatiku. "Aku mungkin seharusnya lega. Benar-benar lega. Tapi aku tidak lega. Aku tidak lega Aileen." Dia berhenti dan membungkuk dan berbisik ditelingaku. "kenapa begitu?"

Bagaimana aku tahu itu! Aku ingin meraih dan memegang tangannya agar aku tidak jatuh ke tanah. Tapi aku menahan diri.

"Jaga jarak dari, Aileen. Semalam." Dia menelan ludah. "Kejadian semalam menghantuiku. Kau melihatnya. Membuatku gila. Jadi menjauhlah. Aku melakukan yang terbaik untuk menjauh darimu." Dia berbalik dan berlari kembali kerumah saat aku berdiri disana mencoba untuk tidak terjatuh di pasir pantai.

Apa maksudnya? Bagaimana dia tahu aku melihat mereka? Ketika aku melihat pintu rumah tertutup dibelakangnya aku masuk dan mandi. Kata-katanya terus membuatku terjaga sepanjang malam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Terlalu Jauh   Akhir Dari Segalanya

    Aku benar-benar ingin keluar dari rumah. Rudy tidak ingin aku membawa keenan keluar sejak aku adalah sumber makanan bagi Keenan. Dia tetap menolak menggunakan botol bayi. Keenan hanya ingin aku. Sama seperti ayahnya yang sangat protektif terhadap kami berdua jika ada orang lain yang datang untuk menggendongnya.Minggu pertama saat kami pulang ke rumah sangat mudah. Aku kelelahan dan Keenan tidak tidur saat malam jadi aku terjebak bersamanya di tempat tidur saat siang hari. Aku merasa tidak enak karena tidak pergi ke pemakaman ayah Raka. Raka dalah temanku dan aku tidak suka melihatnya bersedih karena dia kehilangan ayahnya. Rudy meyakinkanku kalau Raka akan baik-baik saja.Aku menaruh Keenan di sofa saat dia tidur di ruang keluarga, aku akan menggunakan waktu itu untuk melakukan beberapa yoga. Aku ingin mengembalikan tubuhku sama seperti aku belum hamil Keenan.Bell pintu berbunyi sebelum aku bisa membuka vidionya jadi aku menyimpan kembali ponselku

  • Jatuh Terlalu Jauh   Keenan Rudy Adhitama

    Dia sangat sempurna. Rudy menghitung jari kaki dan jari tangannya dan aku mengecup salah satu tangannya. Dia juga sangat kecil. Aku tidak tahu kalau seorang bayi bisa sangat sekecil ini."Kita harus memutuskan sebuah nama untuknya sekarang." Kataku melihat Rudy setelah aku akhirnya di pindahkan ke ruangan perawatan.kami sudah melihat beberapa ide untuk sebuah nama tapi tidak ada yang cocok. jad kami memutuskan untuk menunggu hingga saatnya dia lahir dan memberinya sebuah nama saat melihatnya."Aku tahu, kita sudah melihatnya sekarang. Kita harus memberinya nama. Apa yang kau pikirkan?" Tanya Rudy."Aku pikir dia terlihat cocok dengan Joshua." Kataku dan tersenyum padanya. Rudy terlihat tidak menyukai nama itu."Kau memikirkan kakakmu?" Tanya Rudy.Aku tersenyum konyol padanya. "Aku ingin namamu ada padanya tapi jika kita menamainya Joshua itu akan terdengan aneh."Rudy terlihat bahagia. Dia menyukai ide tentang namanya ada pada bayi

  • Jatuh Terlalu Jauh   Seorang Bayi Laki-laki

    Aku sangat ketakutan. Dan itu tidak membantu ketika aku berbalik ke arah Rudy dan dia sudah terlihat panik dan lebih takut. Aku butuh dia untuk lebih tenang. Aku sudah cukup lelah dengan bereriak karena kesakitan.Rasa sakit lainnya kembali datang dan aku memegang dengan erat pinggiran tempat tidur rumah sakit dan membiarkan air mata keluar. Terakhir kali perawat datang dan mengecek aku baru pembukaan tujuh. Aku butuh sampai ke pembukaan sepuluh."Apakah aku harus pergi memangil perawat? Apakah kau membutuhkan es? Kau ingin meremas tanganku?" Rudy tetap bertanya padaku. Aku tahu dia bermaksud untuk membuatku merasa lebih baik tapi untuk saat ini aku benar-benar tidak peduli. Aku meremas bajunya dan menariknya agar wajahnya dekat padaku."Aku bersyukur karena aku tidak punya pistolku di sini karena saat ini mungkin aku akan menembakmu agar membuatmu tetap diam." Bentakku dan melepaskan bajunya dan memegang perutku saat kontraksi lain datang."Saatnya

  • Jatuh Terlalu Jauh   Hari Yang Di Tunggu

    Aku senang akhirnya kami kembali lagi ke rumah setelah tiga bulan tidak tinggal di sini. Rudy membawaku keluar kota untuk honeymoon. kami membeli banyak baju dan mainan untuk anak kami nanti. Kami belum mempunyai nama untuknya dan kami pikir kami akan menamainya setelah dia lahir ketika melihatnya. Kami berdua menikmati waktu dengan membongkar belanjaan untuk si bayi dan menaruhnya di lemari.Jafin akhirnya datang dan membawa Rudy untuk pergi bermain golf setelah dia tau kalau kami sudah kembali. Tidak makanan di sini dan aku kelaparan. Aku memutuskan untuk pergi ke restoran klub dan menemui Jery. Aku mengambil kunci mobilku. Rudy memberlikanku sebuah mobil Mercedes Benz. Aku mengambil pistolku dan menyimpannya di bawah kursi. Aku harus memindahkannya saat anakku mulai belajar berjalan nanti.Saat aku sampai di ruang makan restoran, Jery berjalan keluar dari dapur dan tersenyum padaku. "Lihat dirimu. Kau terlihat sangat sexy walaupun kau mempunyai bola basket yan

  • Jatuh Terlalu Jauh   Kamar Bayi

    "Aku punya sesuatu untukmu." kata Rudy.Aku mengangguk bingung dan membawaku menaiki tangga dan berhenti tepat di depankamar yang dulunya pernah aku tinggali. Aku tidak pernah ke sini sejak terakhir kali aku menunjukkan kamar ini untuk Elen sebelum pernikahan. Rudy memberikanku sinyal untuk membuka pintu kamar itu. Aku benar-benar bingung sekarang.Aku membuka pintu kamar perlahan dan membiarkan pintu itu terbuka lebar. hal pertama yang ku lihat adalah tempat tidur bayi di tengah-tenga ruangan dan beberapa ornamen binatang menghiasi menggantung di atas tempat tidur itu.Rudy menyalakan lampu dan hiasan itu berputar dan memainkan lagu saat aku melangkah ke altar pernikahan namun dengan suara Rudy yang menyanyikannya. Semua yang bisa kulakukan hanya menutup mulutku dengan tanganku.Aku melangkah masuk dan sebuah kursi goyang ada di pinggir jendela dengan sebuah selimut tipis berwarna biru diatasnya. Sebuah tempat untuk mengganti popok, beberapa lemari

  • Jatuh Terlalu Jauh   Resepsi

    "Aku harap kita tidak memiliki banyak tamu malam ini." Kataku."Tidak usah pedulikan itu. Kita tidak akan tinggal di sini." Jawab Rudy.Aku menatapnya bingung. "Apa maksudmu?"Dia tersenyum. "Kau benar-benar berpikir kalau aku akan berbagi rumah dengan semua orang ini saat malam pertamaku? Tentu saja tidak. Kita akan pergi ke apartemen klub yang sedang menunggu kita saat kita meninggalkan tempat ini.""Baguslah." jawabku.Dia tertawa dan aku melihat sekeliling dan kembali melihat semua teman kami ada di sini. Di respsi pernikahan kami. Semua yang kami cintai kecuali adik perempuannya dan ibunya. mereka berdua tidak akan menerima ini. Aku merasa bersalah karena mereka tidak ada di hari besar Rudy. Aku hanya berharap mereka bisa tetap menjadi bagian dari kehidupan kami untuk Rudy. Aku tahu itu walaupun Rudy tidak pernah mengungkitnya lagi.Mataku terkunci pada mata Bobi yang berdiri tidak jauh dari tempat kami berdansa."Aku mungk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status