Share

Bab 13

Penulis: Yerin Anindya
Isyarat Shane tadi sempat membuatku serba salah. Untungnya, dia lebih tertarik untuk menyelesaikan kesepakatan bisnis ini. Aku pun berpura-pura polos dan mengalihkan pembicaraan. Aku bahkan bisa mendapatkan potongan harga.

Aku akan bilang kabar baik ini ke Raynard nanti. Sekitar pukul 11, setelah rapat panjang selesai, aku bergegas ke kantornya dengan semangat.

Saat melewati ruang kerja Davin, dia tiba-tiba keluar dan memperingatkanku. "Bu Ranaya, suasana hati Pak Raynard hari ini sepertinya kurang baik. Hati-hati, ya."

"Hah? Oke. Terima kasih." Aku mengangguk sopan dan melangkah ke pintu kantor Raynard.

Sebelum sempat membuka pintu, suara dingin dari dalam sudah terdengar lebih dulu. "Masuk."

Aku menarik napas panjang, mendorong pintu, lalu masuk.

Begitu melihat wajahnya yang muram, aku langsung merasa suhu di kantor turun beberapa derajat.

Bukan sekadar tidak senang, tatapannya seperti ingin memangsa seseorang. Aku menyesal sudah masuk ke sana. Andai tahu dia sedang dalam suasana hati seburuk itu, aku pasti akan menunggu dan mencarinya nanti, saat suasana sudah lebih tenang.

Raynard melihat dokumen yang ada di tangannya dan aku pun berjalan ke arah meja kerjanya. "Pak Raynard, aku sudah berhasil dapatkan ruang pameran nomor 22. Teman aku kasih diskon. Barusan tim keuangan sudah transfer uang muka ke pihak Pameran Dirgantara Pelagosa. Nanti sore, mereka akan kirimkan salinan kontraknya."

"Oke." Suaranya sangat dingin.

Aku benar-benar tidak paham. Ekspresi wajahnya seperti baru ditagih utang sangat besar. Daripada jadi sasaran pelampiasan, lebih baik aku cepat pergi.

"Pak Raynard, kalau tidak ada apa-apa lagi, aku pergi dulu."

Ketika aku berbalik, dia menghentikanku.

"Berhenti."

Aku perlahan-lahan menoleh ke belakang.

Raynard meletakkan dokumen di tangannya, mengangkat wajah, menatapku, dan menyuruhku mendekat.

"Kemarilah."

Aku pun berjalan menghampirinya. Dia segera menarikku ke pangkuannya. Tatapannya membuatku tak nyaman. Aku menundukkan kepala dan memperingatkannya.

"Pak Raynard, tidak pantas kalau ada orang yang lihat kita begini."

Raynard mempererat genggaman di pinggangku. Dia menatapku dengan tatapan bermain-main, dan berkata, "Kamu pakai cara apa buat dapatkan ruang pameran di Kota Pelagosa itu?"

"Negosiasi sama temanku."

Tangan Raynard mulai membuka satu per satu kancing kemejaku. Suara gesekan jarinya dengan kancing terdengar lembut, tetapi entah mengapa, ini justru membuat perasaanku menjadi tak karuan. Setiap kancing dibuka, napasku makin dalam. Aku pun refleks memegang kerjah bajunya dan berkata, "Ini di kantor. Jangan seperti ini."

"Diganggu di tengah jalan itu menyebalkan." Raynard tersenyum tidak peduli. Dia mengambil ponsel dan mengirim pesan ke Davin.

Dia melemparkan ponselnya dan berkata, "Oke. Tidak ada orang yang akan masuk."

"Ini kantormu. Kita di perusahaan."

"Terus kenapa?"

Raynard menyingkirkan tanganku dari kerahnya dan mulai menciumi leherku. Bibirnya yang hangat terus menciumiku. Aku menutup mata dan langsung bergelora. Ketika bibirnya mencium telingaku, dia berkata dengan napas berat, "Jawab. Apa kamu berjanji tidur sama dia demi dapatkan ruang pameran itu?"

"Hah?"

Aku membelalakkan mataku. "Tidak."

Raynard tidak memberikanku kesempatan untuk menjelaskan. Dia menekanku di atas meja dan mengintimidasi dengan tubuhnya yang tinggi.

"Kamu tahu tidak berapa orang yang aku suruh buat nego ruang pameran itu? Meski Wakil CEO yang turun tangan, juga gagal. Tapi, wanita yang menemaniku tidur malah bisa berhasil. Hebat juga kamu bisa mengalahkan Wakil CEO."

Seketika itu, dia menekan dadaku dengan keras. Aku menjerit kesakitan.

"Huu..."

Aku tahu Raynard tidak percaya padaku. Aku pun menjelaskan, "Shane adalah orang yang bertanggung jawab atas proyek itu. Kami teman kuliah. Dia cuma membantuku karena kami teman."

"Karena teman?" Raynard mendekat. "Dia membantumu karena teman atau karena suka wajah cantikmu. Kamu pikir aku sebodoh itu?"

Mengenai isyarat Shane di telepon, asal aku dan dia tidak mengatakannya, tidak akan ada orang yang tahu.

Jadi, aku hanya perlu menyangkal.

"Kamu jangan berpikiran aneh-aneh. Dia membantuku karena kami teman kuliah. Dulu kami memang dekat. Uh..." Cengkeraman tangannya makin kuat. Rasa sakit membuat keringat dingin mulai membasahi pelipisku. "Kami cuma teman kuliah, dulu kami masih remaja, memangnya kami bisa punya hubungan sejauh apa?"

Aku mendorong tubuhnya dan menggertakkan gigi karena kesakitan. "Kenapa kamu tidak percaya sama aku. Aku tidak membohongimu."

Selama aku terus bersikukuh, aku bisa lalui ini.

Sepertinya memang berhasil.

Dia mulai menciumiku. Selanjutnya, semuanya terjadi begitu saja.

Selama berada di kantornya, aku terus merasa tegang. Aku takut ada yang masuk tiba-tiba. Tubuhku hampir tidak pernah rileks. Namun, entah kenapa, dari ekspersi wajahnya, dia tampak menikmati situasi itu.

Begitu keluar dari kantornya, satu jam sudah berlalu.

Malam harinya, begitu sampai di rumah, dan berganti pakaian, aku melihat bekas memar keunguan di area dada.

Elina menungguku keluar. "Ranaya, ayo cuci tangan dan makan."

"Sebentar, Kak Elina." Aku tetap memanggilnya dengan sebutan itu, rasanya lebih akrab.

Elina keluar dari dapur. "Raynard bilang kalian akan pergi selama beberapa hari keluar kota. Kalau aku ada waktu, dia suruh aku bantu kamu beres-beres."

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."

"Tidak apa-apa. Aku akan membantumu."

Aku kira Raynard tidak akan ajak aku ke Pameran Dirgantara itu. Dari sikapnya di kantor saja cukup jelas. Dia masih keberatan dengan hubunganku sama Shane.

Setelah Elina selesai beres-beres, dia pulang. Raynard juga belum pulang. Saat ternyaman bagiku adalah saat sendirian seperti ini.

Aku mengambil bantal dan bersandar di dekat jendela. Dari sini, kota terlihat begitu megah dan lampu yang berkerlap-kerlip. Keindahannya hampir tak terasa nyata.

Ponselku yang tiba-tiba berdering menarikku kembali ke dunia nyata.

Ekspresi wajahku langsung berubah begitu melihat nomor yang terpampang di layar. "Halo, Bu."

"Ranaya, apa kamu sudah cerai sama Lino?"

"Apa?" Reaksi pertamaku adalah pasti Lino yang bilang.

Aku tidak langsung mengiyakan atau menyangkal. Aku pun bertanya padanya, "Ibu dengar dari siapa?"

Ibuku adalah tipe orang yang konservatif dan kaku. Dia berpikiran, apabila wanita sudah menikah, dia harus bertahan seumur hidup.

"Tidak usah pura-pura lagi. Kalian sudah cerai, 'kan?"

Hatiku terasa makin gundah. Aku masih belum siap menghadapi mereka. "Ibu dengar dari siapa?"

"Kamu buat malu keluarga! Lino itu pria baik-baik. Kamu tidak bisa hidup tenang dan jadi istri yang benar? Kamu buat malu! Kalau mau jadi perempuan murahan, jangan bawa-bawa kami. Sekarang orang sekampung menggosipkan Ibu dan Ayah. Mereka bilang kami gagal mendidik anak. Kami tidak punya anak perempuan sepertimu! Lebih baik kamu telepon Lino, minta maaf, dan memohon kembali sama dia. Putuskan pria simpananmu itu. Kamu memang tidak tahu malu."

Ibu terus memakiku tanpa memberikanku kesempatan untuk menjelaskan.

"Ibu. Apa Ibu sudah selesai marah-marahnya?" Aku mengusap air mataku, agar Ibu tidak tahu kalau aku sedang menangis.

"Sudah selesai marah? Untung Ibu tidak menemuimu. Kalau melihatmu langsung, Ibu pasti sudah menamparmu sejak tadi."

Aku menelan ludah, mengusap hidungku, dan berkata, "Bu, aku memang sudah cerai sama Lino. Aku mau tahu bagaimana dia menjelaskan alasan perceraian kami."

"Berani-beraninya kamu bicara seperti itu. Apa aku harus ulangi aibmu sekali lagi?"

Saat itu, aku merasa tidak punya tempat untuk berteduh. Rumah yang aku anggap tempat untuk berlindung, kini terasa asing. Mereka tidak memerlukanku lagi.

Aku berkata, "Bu. Apa Lino bilang kalau dia mandul?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 50

    Raynard tidak melepaskan mangkuk dan bersikeras. "Selama belum keluar dari rumah sakit, tetap saja pasien."Melihat kemesraan mereka berdua, aku pun membalikkan badan, dan pura-pura membereskan barang.Sebenarnya, tujuan Raynard memamerkan kemesraan di depanku adalah untuk menghilangkan kecurigaan Maura.Aku berdiri di ujung ranjang dan menatap mereka berdua dengan tatapan merestui. Maura sepertinya tidak curiga terhadap reaksi aku yang tampak tulus.Setelah Maura selesai makan malam, Raynard memutuskan untuk menemaninya di rumah sakit. Aku berjalan keluar dari ruang rawat bersama Davin.Di lorong, Davin bertanya padaku, "Tidak marah?"Aku menoleh dan memperlihatkan ekspresi terkejut. "Marah soal apa?"Davin menatapku sambil menilai situasi dan mencoba membaca ekspresiku, tetapi tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. "Aku cuma mau mengingatkanmu, jangan lupa siapa dirimu sebenarnya.""Haha." Aku tertawa getir. "Terima kasih atas peringatanmu. Tapi kamu juga tahu, sejak awal aku mel

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 49

    Perasaan pria terhadap sosok pujaan hatinya memang berbeda. Di mata Raynard sekarang, aku hanyalah seseorang yang bisa dipanggil sesuka hati dan disingkirkan kapan pun dia mau.Setelah merapikan kotak makan, aku bersiap pulang. Tidak ada gunanya menjadi penghalang.Aku memberi tahu Raynard. "Pak Raynard, aku pulang dulu."Raynard masih sempat mengingatkan soal menu makanan, menyuruhku untuk masak sesuai daftar, dan menghindari bahan-bahan yang tidak bisa dimakan Maura.Aku berjalan ke sisi ranjang. Meski Maura memberi kesan akrab seperti seorang teman, aku tak bisa benar-benar memperlakukannya seperti itu. Raynard pasti tidak akan mengizinkannya."Bu Maura, kamu istirahat baik-baik. Aku pergi dulu."Maura perhatian padaku. "Kamu ke sini sendirian? Bagaimana kalau suruh Raynard antar pulang?"Raynard menatap ke arahku. Aku segera berkata, "Tidak perlu. Aku bawa mobil."Begitu aku keluar dari kamar, terdengar suara lembut Raynard dari dalam. "Kamu mau minum tidak?"Aku menutup pintu. Kel

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 48

    "Raynard. Semua ini salahku. Jangan salahkan dia." Maura berkata sambil memalingkan wajah. Matanya bahkan menjadi merah.Raynard memberikan semangkuk bubur kepadaku dan berkata dengan nada kesal, "Masak bubur saja tidak becus. Lain kali, jangan pakai talas." Aku merasa sedih. Bagaimana mungkin aku tahu dia alergi talas.Aku meletakkan bubur dan menyerahkan telur kukus. Raynard meniup telur kukus itu dan menyuapkan ke Maura. Dia juga makan setengah potong labu kukus.Maura hanya bisa makan sedikit. Makan beberapa suap dan sudah tidak bisa makan lagi.Aku bisa melihat bahwa Raynard kesal dan gusar. Dia marah karena Maura makan sedikit dan marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa.Raynard menerima panggilan dari kantor. Maura sempat membujuknya agar Raynard kembali bekerja dan tidak perlu menjaganya. Namun, Raynard bersikeras untuk menemaninya.Perawat memanggil keluarga pasien untuk mengambil obat. Sekarang hanya aku dan Maura di kamar pasien.Dia menoleh dan berkata,

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 47

    Raynard berkata, "Maag Maura kambuh. Sekarang dirawat di rumah sakit. Oh, ya. Kalau Kak Elina datang, tolong suruh dia masak sesuatu yang lunak dan mudah dicerna, terus kirim ke rumah sakit. Dia tidak suka makanan restoran.""Oke. Aku akan kasih tahu Kak Elina begitu dia datang."Tidak lama setelah Raynard pergi, dia menelponku lagi.Raynard bertanya padaku, "Kamu bisa masak?"Aku terdiam. "Bisa."Raynard berkata, "Barusan Kak Elina telepon, kemarin pinggang suaminya makin parah, sekarang dia dirawat di rumah sakit. Jadi, dia harus menjaganya beberapa hari di rumah sakit. Kamu masak makanan yang cocok buat penderita maag, terus antar ke rumah sakit.""Oke."Aku menutup telepon dan mencari informasi mengenai pola makan untuk pasien maag dari internet.Di kulkas ternyata ada talas. Aku keluarkan talas itu dan masak bubur dengan talas. Aku juga mengukus telur dan labu. Lalu, aku memasukkannya ke kotak makan dan langsung berangkat ke rumah sakit.Di tempat parkir aku mengirim pesan WhatsAp

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 46

    Nama aliasnya adalah Melodi Langit terdengar anggun dan memesona. Sementara namaku, Peternak Hoki.Namaku jelas-jelas menarik perhatiannya. Dia menatapku dan tersenyum penuh arti. "Lucu sekali."Aku tersenyum samar sambil melihat tatapan Raynard yang dingin dan menjaga jarak terhadapku. Raynard jelas-jelas tidak ingin aku menganggu mereka.Aku pun tahu diri dan segera pergi. "Pak Raynard, Bu Maura, aku kembali bekerja dulu."Saat menutup pintu, aku mendengar Maura berkata dengan lembut, "Bu Ranaya lucu sekali. Kamu harus lebih lembut padanya."Dengan nada penuh manja, Raynard berkata, "Dia bawahanku, dan kamu memintaku bersikap lembut padanya?""Jangan terlalu galak juga. Kamu tidak tahu bagaimana raut wajahmu barusan, sampai-sampai aku sendiri merasa takut melihatnya."Aku tidak tahu bagaimana Raynard menjawab Maura. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas karena pintu sudah tertutup dengan rapat.Maura ternyata lebih ramah dan mudah didekati dari yang kuperkirakan. Waktu meninggalkan k

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 45

    Aku berhasil melunasi utang kali ini. Rumah dan tanah juga tetap aman. Aku juga sudah bilang ke keluargaku kalau aku tidak akan ikut campur urusan Juna. Aku membiarkan dia menanggung sendiri konsekuensinya.Apabila dia masih mau berjudi, tidak peduli dia kehilangan tangan atau nyawa, itu bukan lagi urusanku.Ibu mengiyakan dengan sangat meyakinkan, katanya dia pasti akan membujuknya berhenti berjudi. Namun, dalam hati, aku tahu jelas, seorang penjudi akut tidak akan semudah itu berubah dan kembali ke jalan yang benar.Agar mereka tidak datang ke kantor untuk membuat keributan, aku mengetuk pintu kantor Raynard."Ada apa?" Raynard yang sedang membaca dokumen bertanya kepadaku tanpa mengangkat kepalanya.Tangan yang terkulai di samping tubuh mengepal erat. "Aku harus jujur, Pak Raynard, keluargaku memang agak rumit. Adikku itu tipe orang yang hanya ingat diberi makan, bukan dipukul. Aku khawatir kejadian seperti kemarin bisa terulang lagi. Mereka tidak punya uang, jadi pasti akan datang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status