Home / Romansa / Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO / Belum Sepenuhnya Membuka Hati

Share

Belum Sepenuhnya Membuka Hati

Author: Caramelly
last update Huling Na-update: 2025-05-13 23:27:32

Lizbeth menggeleng pelan, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang mulai menguasai dadanya. Ia tahu Lucien sudah mengetahui sesuatu, sorot mata itu terlalu tajam untuk diabaikan. Tapi Lizbeth juga tidak ingin memancing konfrontasi lebih awal, belum sekarang. Bukan ketika emosinya masih belum stabil sepenuhnya setelah pertemuannya dengan Martha.

Lucien bangkit dari kursinya, menghampiri Lizbeth yang masih berdiri di depan meja. Tinggi tubuhnya yang menjulang membuat atmosfer di dalam ruangan mendadak terasa menekan. Tatapan mata Lucien menelisik, membuat Lizbeth harus mengatakannya. Sebelum Lucien yang memulai.

“Lilibeth,” ucapnya dengan suara rendah namun mengandung nada peringatan. “Aku tahu Martha datang ke sini.”

Lizbeth menggigit bibir bawahnya. Ia mengalihkan pandangan, tak sanggup menatap mata pria itu. “Aku tidak ingin membuat masalah menjadi lebih besar.”

Lucien mengangkat dagunya, nadanya terdengar dingin. “Masalah menjadi lebih besar ketika kamu tidak memberitahuku.”

Lizbeth
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Jangan Pergi

    Lizbeth mengerjapkan matanya, merasa semua pertahanannya mulai runtuh. Ia juga tidak ingin masalah semakin kemana-mana. Di satu sisi Lizbeth merasa ragu, apakah dia harus mengatakannya kepada Lucien, atau tidak.Lucien menatap Lizbeth lekat-lekat, dia tahu sore ini Lucien tidak akan melepaskannya dengan begitu mudah. Lizbeth menelan salivanya, matanya perlahan terasa berbinar.“Dia mengancamku. Bukan secara langsung… tapi dia berkata, kalau rumah tangga Valeria hancur, dia akan menghancurkanku.” Suaranya pelan, nyaris seperti bisikan pilu. “ … dan dia berkata, kamu—- tidak akan pernah menikahiku!”Wajah Lucien mengeras. Rahangnya mengatup tegas. Tapi ia tidak berbicara, hanya menatap Lizbeth dengan intens. Lizbeth menunduk sesaat, sebelum akhirnya menatap kembali Lucien lekat-lekat.“Aku tahu … keluargamu tidak menyukaiku. Aku tahu, aku bukan perempuan yang layak menjadi bagian dari keluarga besar Kingsley. Aku tidak mengharapkan apa-apa, Lucien. Aku hanya ingin tetap berada di sisimu

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Belum Sepenuhnya Membuka Hati

    Lizbeth menggeleng pelan, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang mulai menguasai dadanya. Ia tahu Lucien sudah mengetahui sesuatu, sorot mata itu terlalu tajam untuk diabaikan. Tapi Lizbeth juga tidak ingin memancing konfrontasi lebih awal, belum sekarang. Bukan ketika emosinya masih belum stabil sepenuhnya setelah pertemuannya dengan Martha.Lucien bangkit dari kursinya, menghampiri Lizbeth yang masih berdiri di depan meja. Tinggi tubuhnya yang menjulang membuat atmosfer di dalam ruangan mendadak terasa menekan. Tatapan mata Lucien menelisik, membuat Lizbeth harus mengatakannya. Sebelum Lucien yang memulai.“Lilibeth,” ucapnya dengan suara rendah namun mengandung nada peringatan. “Aku tahu Martha datang ke sini.”Lizbeth menggigit bibir bawahnya. Ia mengalihkan pandangan, tak sanggup menatap mata pria itu. “Aku tidak ingin membuat masalah menjadi lebih besar.”Lucien mengangkat dagunya, nadanya terdengar dingin. “Masalah menjadi lebih besar ketika kamu tidak memberitahuku.”Lizbeth

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kekasih Gelap

    Martha menatap tajam Lizbeth. Lizbeth dapat merasakan, aura kemarahan di wajah Martha yang hampir saja meledak. Martha menghampiri Lizbeth, yang kini masih berdiri di tempatnya. Lizbeth tetap berdiri tegak dan tenang, menatap Martha dengan sorot mata yang tidak kalah kuat. Ia tidak ingin terlihat goyah di depan wanita yang selama ini terus mencampuri hidupnya, bahkan merusak kebahagiaannya.Martha kini berdiri hanya beberapa langkah di hadapan Lizbeth. Matanya menyipit, penuh dendam."Kau tidak perlu menceramahiku," bisiknya tajam, namun penuh ancaman. "Harusnya memang sejak awal aku membunuhmu. Dengan begitu kamu tidak akan merusak masa depan Valeria."Lizbeth mengangkat dagunya sedikit. Matanya menatap lurus ke arah Martha, tidak ada rasa takut sedikit pun. "Kamu salah. Aku tidak pernah merusak kebahagiaan siapa pun. Jangan lupa, kamulah yang datang ke dalam hidupku dan mengambil semua yang kupunya, Martha. Aku tidak akan menyerah lagi."Martha terkekeh, namun bukan karena lucu. S

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Terlalu Serakah

    Lizbeth dan Grace saling mengulas senyum setelah berbagi cerita dari hati ke hati. Momen kehangatan, hari itu Lizbeth terpaksa memberitahu asal mula dia dan Lucien pertama kali bertemu. Grace yang mengetahui itu hanya bisa terkejut, sambil mengatakan kalau Lizbeth luar biasa. Hari itu Grace tampak sangat antusias mendengarkan cerita Lizbeth."Serius, aku benar-benar terkejut, kamu dan Lucien bisa bertemu dengan cara seperti itu. Mungkin sejak awal kalian memang ditakdirkan bersama. Hanya saja, aku merasa ada yang aneh dari Lucien—-”Lizbeth terkejut. “Yang aneh?” Lizbeth bertanya.“Ya. Seolah dia sudah lama mencintaimu. Bisa saja pria seperti Lucien tidak mengingatmu setelah ONS. Tapi, dia malah bucin.”Lizbeth menurunkan pandangannya, seolah sedang mempertimbangkan ucapan sahabatnya.“Sebenarnya aku juga penasaran, kenapa Lucien bisa sebucin itu padaku.”“Bahkan dia menempatkan kamarmu di depannya, seolah dia memang sudah lama menunggumu.”“Ah kamu terlalu berlebihan.”Lizbeth t

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Tamu Spesial

    Lizbeth melepaskan ciuman hangat itu, wajahnya merona menatap Lucien dengan tatapan lembut. Lucien terdiam, mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Lizbeth. Bibir mereka saling bertautan hangat, Lizbeth memeluk Lucien.Setelah ciuman hangat itu terlepas, Lucien dan Lizbeth mengulas senyuman. “Pakai krim ini setiap hari, kamu akan segera sembuh.” “Lucien, terima kasih.”Lucien tersenyum seraya mengelus rambut Lizbeth. “Antara kita tidak perlu ada terima kasih. Lagi pula sudah seharusnya.” Lucien mengecup kening Lizbeth, hati Lizbeth menghangat. Senyuman mengembang di wajahnya, kepalanya menunduk. Lucien pun meninggalkan kamar Lizbeth dan masuk ke kamarnya sendiri.***Keesokan paginya, sinar matahari menerobos lembut melalui tirai jendela besar. Lizbeth membuka mata perlahan, mengerjapkan pandangan sejenak sebelum nyawanya semuanya terkumpul. Rasa hangat masih menyelimuti tubuhnya, dan kaki yang semalam sakit, kini terasa lebih ringan.“Krim yang dibawa Lucien, sangat mujarab.”Lizbet

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Ingin Bermesraan

    Grace mengangguk pelan seraya tersenyum. “Aku bisa merasakannya, kalau dia memang bucin padamu, Lilibeth. OMG … seorang Lucien, yang terkenal menakutkan bisa menyukaimu, ini luar biasa.”Grace begitu bahagia. Lizbeth terdiam, tetapi tidak bisa menyembunyikan bahwa dia juga senang memiliki seseorang yang tulus padanya. Malam itu, mereka berbaring di atas tempat tidur, sambil bercerita dengan hati yang hangat dan perasaan yang sedikit tidak percaya, seolah kebahagiaan itu terlalu manis untuk jadi kenyataan.***Keesokan paginya, suasana Hermosa terasa tenang dan segar. Langit berwarna biru lembut, dan hangatnya matahari pagi yang menyapa para pejalan kaki. Di jalur jogging yang membentang di sepanjang pantai, Lucien berlari dengan langkah tegap dan teratur, mengenakan kaos abu-abu dan celana olahraga hitam.Langkahnya terhenti sesaat saat melihat sosok pria yang juga tengah jogging dari arah berlawanan. Daniel. Mereka berhenti beberapa meter satu sama lain, dan Daniel menyapa lebih dulu

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Bucin

    “Lilibeth,” panggil Grace dari belakang mengejutkannya.Lizbeth menoleh ke belakang, melihat temanya memegangi botol kaleng bir. Lalu, berdiri di sisinya.“Kamu sungguh membuatku syok!” seru Grace sembari tertawa pelan, mengamati sahabatnya yang kini merona dari telinga hingga leher. “Lucien Kingsley? Lelaki super dingin itu, yang katanya tidak tersentuh. Astaga, tidak disangka dia bisa sehangat itu, menggendongmu. Sungguh luar perkiraan.”Lizbeth hanya bisa menunduk, menahan senyumnya yang mengembang perlahan. Embusan angin pantai membawa aroma laut yang memenangkan.Di depan mereka, ombak berdebur pelan.“Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu, Grace. Hanya saja, semuanya berjalan begitu cepat. Aku sendiri masih belum percaya.” Lizbeth menatap lurus ke depan, bibirnya bergerak pelan. “Lucien... dia sangat berbeda dari apa yang orang lihat di luar.”Grace menyentuh tangan Lizbeth, menggenggamnya erat. “Aku mengerti. Aku bisa lihat cara dia menatapmu saat makan malam tadi. Aku b

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Tidak Rela

    Tatapan semua orang kini tertuju pada sosok Lucien, yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Daniel sempat melirik ke arah Lizbeth yang sampai detik ini masih membeku. “Lilibeth, bukankah di atasan kita?” bisik Grace menjadi canggung.Lizbeth melotot, dia hampir lupa kalau perusahaan lamanya juga sudah dibeli oleh Lucien. Lizbeth kembali menatap Lucien.Tiba-tiba suara Daniel sempat memecah keheningan.“Boleh,” kata Daniel dengan suara ramah.Lucien pun duduk di samping Lizbeth, Grace menyadari ada yang tidak biasa antara bos dan sahabatnya itu.Setelah kehadiran Lucien, suasana sekitar mereka sempat sunyi sejenak, namun Grace, dengan celotehnya yang ringan dan hangat, segera membuat suasana kembali hangat. Ia mengalihkan percakapan.“Aku dengar makanan di restoran ini sangat enak, belum lagi pantainya selalu menjadi tempat favorit. Sayang sekali kaki Lilibeth terkilir, besok dia tidak bisa main di air lagi.”“Betul, tempat ini memang selalu membuat para turis tertarik. Mungkin karen

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Terkilir

    Hati Lizbeth menghangat saat membaca pesan itu.[Mungkin lusa.]Pesan itu dikirimnya kepada Lucien. Namun, sejujurnya dia ingin lebih lama berada di sini. Berada dalam kedamaian yang panjang, jauh dari tekanan orang-orang di sekitarnya. Bukan berarti dia ingin sembunyi, ia hanya ingin menenangkan hati dan pikirannya sejenak.Lizbeth menatap layar ponselnya beberapa saat sebelum akhirnya meletakkannya di atas meja. Angin sore berhembus kencang, menyapu rambutnya yang dibiarkan terurai. Jemarinya secara refleks merapikan helai-helai yang terbawa angin, sementara pandangannya mulai kosong, menatap ke laut yang membiru. Dimana pasir putih sebagai pijakannya.Grace yang duduk di seberang, meletakkan gelas yang berisikan minuman dinginnya dan mencondongkan tubuh sedikit. “Apa yang sedang kamu pikirkan?”Lizbeth tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. “Bukan apa-apa.” Tapi matanya sedikit lebih lembut dari sebelumnya, dan pipinya tampak bersemu.“Apa mungkin kamu sedang memikirkan seseorang

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status