Share

6. Perlakuan Kasar

Author: JasAlice
last update Last Updated: 2022-11-09 22:16:35

“Kenapa lo ambil keputusan sendiri, ha?! Apa nggak bisa sedikit aja lo menghargai gue sebagai atasan lo?!”

Titania menepis kasar telunjuk Agnes yang menekan di sisi bahu. Perempuan itu tidak dapat mengendalikan emosi karena pekerjaan yang seharusnya Agnes kerjakan dengan teliti, hancur oleh kebodohan Titania. “Gue punya hak untuk melakukannya!” tegas Titania menatap sengit Ibu satu anak yang sudah lebih dari beberapa hari ini tidak bisa bekerja stabil.

Agnes menarik napas dalam dan mengembuskan kasar.

Tubuh itu sedikit mundur, lalu menyugar kasar rambut panjangnya yang terurai. Napas Agnes masih memburu dan ia ingin sekali memaki perempuan yang tidak bisa diajak kerjasama sejak kedatangan Gerald. “Kita benar-benar merugi! Lo bisa gunakan otak yang lo anggap cerdas untuk menyelamatkan karir kita! Bukan menghancurkan rencana dan strategi kerja yang udah rampung dari dua minggu lalu!”

“Apa lo sehebat itu, Agnes? Dengan seenaknya lo melimpahkan kesalahan hanya ke gue?”

Titania muak dengan segala aturan yang harus ia turuti dari Agnes. Seolah perempuan di hadapannya sangat cerdas dan tidak pernah membuat kegagalan sedikitpun. Titania sudah mendapatkan situasi yang tepat untuk mengeluarkan Agnes dari jabatan dan ia akan berusaha meraih kesempatan itu sampai titik terakhir.

Ia menyamarkan senyum penuh arti. “Lebih baik lo mundur dari jabatan ini dan serahkan posisi lo untuk gue. Karena gue yang pantas menjalankan fungsi dari jabatan yang lo miliki sekarang.”

Manik mata Agnes menatap lekat Titania yang memandangnya angkuh tanpa ada senyum. Namun, pikiran dan emosinya memuncak mengingat perempuan itu selalu berusaha mencari peluang menghancurkan Agnes.

Ia mengepalkan kedua tangan, lalu mengikis jarak dan berbisik tepat di depan paras Titania, “Ini salah satu rencana yang lo buat untuk membuat gue lengser dari jabatan, kan?”

“Gue nggak sebodoh itu mengetahui lo lulusan dari kampus bergengsi, tapi seolah lo udah merancang ini semua buat gue,” desis Agnes menatap dalam dengan sorot tajam.

“Apa saya sepicik itu, Ibu Agnes Zefanya? Jabatan saya juga dipertaruhkan karena yang diketahui Bapak Gerald Ogawa, kita adalah rekan kerja yang satu sama lain saling mendukung, bukan menikung,” jelasnya diakhiri kedua sudut bibir tertarik sempurna.

Agnes mengumpat dalam hati.

Berkas dalam genggamannya ia lempar kuat di atas meja kerja Titania. Ia melangkah cepat melewati Titania dan memberikan tabrakan bahu yang membuat Titania mengerang, mengumpati Agnes.

“Dasar perempuan nggak tau diri, lo!” teriak Titania mengaduh sakit, memegang bahunya yang ditabrak keras Agnes.

Langkah Agnes berjalan cepat menuju satu lantai yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Ia tidak melupakan insiden dan permasalahan seputar pekerjaan setelah kedatangan Gerald. Banyak kejanggalan yang membuatnya harus berpikir buruk mengenai satu pelaku; Gerald Ogawa.

“Maaf, Bu? Ibu mau ke—“

“Diam! Saya ingin bertemu langsung dengan Atasanmu!” tegas Agnes dan berlalu tidak memedulikan Asisten Pribadi Gerald yang berpapasan dengannya di lantai ruangan Gerald.

Perempuan itu membuka kasar kenop pintu dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Gerald.

Agnes terdiam.

Ruangan kerja Gerald sangat sunyi dan tidak ada siapa pun di dalamnya termasuk orang yang dicari Agnes.

Perempuan itu menelan saliva susah payah dan emosi yang ingin ia keluarkan berangsur pudar.

“Sial!” umpat Agnes mengusap kasar wajahnya.

Ia mengakui dirinya sudah lebih dari tiga hari setelah pertemuannya bersama Gerald di pantai malam hari, menjadi tidak stabil. Emosi dan sikapnya sebagai General Manager mulai terganggu.

“Kamu mencariku, Agnes?”

Deg!

Tubuh Agnes membeku merasakan kedua lengan kokoh itu terlalu cepat melingkar di perut Agnes. Perlahan, punggung perempuan itu sudah menempel di dada bidang yang dulu membuatnya nyaman berada dalam dekapan pria yang dikenalinya.

Agnes merasakan aliran darahnya mendadak semakin berdesir. Kecupan ringan singgah di leher jenjangnya dengan tarikan garis lurus yang berakhir sentuhan manis di bahu. Tepat di atas kemeja yang membalut tubuh rampingnya, Gerald memberikan penutup sebelum membalikkan tubuh mantan kekasihnya. “Apa kita akan bercinta sekarang juga? Kamu sudah siap karena terlalu merindukan sentuhanku?”

Gerald tersenyum miring saat menatap manik yang ia sekarang ditatapnya penuh dendam.

Belum ada satupun kalimat yang dilontarkan Agnes. Bunyi tamparan keras menjadi suara yang memecah keheningan ruangan Gerald. “Kamu pria berengsek yang pernah kukenal, Gerald!”

Pipi Gerald memanas dan perih dalam satu waktu. Ia menangkup bagian yang menjadi sasaran Agnes, lalu menyorot dingin perempuan yang kini mengembuskan napas tidak teratur.

Kedua bahu itu naik turun.

Jemari telunjuk Agnes bersarang tepat di depan wajah Gerald. Ia tidak mungkin salah menduga, jika pria ini adalah dalang di balik kesalahan kecil hingga besar yang detik ini Agnes dapatkan.

“Aku tau, kamu adalah dalang di balik kesalahan yang dari awal aku hadapi. Kamu terlalu menggebu menyingkirkan aku hanya karena pengkhianatan yang kulakukan di masa la—“

“—apa kamu bilang?”

Agnes tersentak dan kaku saat Gerald mencengkeram telunjuknya. Bahkan, pria itu tidak peduli jika tarikan kasarnya pada jemari itu dan membuat Agnes sedikit maju, membuat perempuan itu tidak nyaman dengan sedikit ringisan. “Hanya karena pengkhianatan yang kamu lakukan di masa lalu?”

Gerald mendengkus pelan. “Iya, kesalahan kecil yang seharusnya aku lupakan. Seperti itu, kan?”

“Lalu, apa memang salahku kalau ingin membuat kamu terjebak dikubangan masalahmu sendiri? Aku sudah bicara dari awal ingin menyingkirkan kamu, Agnes,” desis Gerald dan meraih rahang Agnes.

Perempuan itu memekik, meminta Gerald melepaskan cengkeraman yang memaksa Agnes mendongak tinggi.

Sorot mata penuh dendam itu sudah tidak bisa ditahan Gerald. Termasuk ucapan sederhana yang keluar dari bibir Agnes, melukai kembali perasaan Gerald.

“Ge ... le-pas,” cicit Agnes melihat manik hitam itu menggelap.

Agnes menggigil ketakutan dan tidak pernah menduga sosok lembut yang dulu membuatnya jatuh cinta, sekarang telah lenyap. “Kamu takut, Sayang?” bisik Gerald menerbitkan senyum penuh arti.

“Bukannya beberapa menit lalu kamu berhasil memaki dan menamparku? Apalagi dengan ucapanmu di pantai malam itu. Kamu sangat berani dan aku sedang menunggu sisi liarmu.”

“Tapi apa? Sampai sekarang belum ada keinginan kamu untuk melemparkan tubuh kamu padaku, hm?”

“Oh, atau mungkin malam ini? Waktunya udah tepat karena akhir pekan, ”seringai iblis itu membuat Agnes tertegun.

Ada yang meremas relung hati terdalam Agnes. Pelupuk mata perempuan itu telah berair melihat senyum mengejek dan tidak ada ucapan yang bisa menghargai status Agnes sebagai perempuan. Ia dilecehkan oleh pria yang dulu membuat hatinya berkesan.

Sreeeekkk!

Perasaan Agnes mencelos.

Bulir air matanya jatuh bersama sakit hati yang telanjur dalam melihat seringai Gerald dan perlakuan kasar pria itu. “Sudah berapa banyak pria yang meniduri kamu sampai ukuran dadamu sangat menggoda, Sayang?”

“Atau mungkin, ini karena ASI yang kamu berikan untuk anak keduamu?”

Kelopak mata Agnes tertutup bersama rasa sakit hati yang menguat setelah pria itu berhasil mempreteli kasar kancing kemeja miliknya. Dua bagian menyembul itu tidak membuat Agnes malu, melainkan ucapan Gerald yang menurunkan harga dirinya semakin menyakiti hati perempuan itu.

Hati Agnes remuk.

“Jadilah jalangku malam ini, Sayang.”

“Semakin lama kamu mengulur waktu, semakin banyak masalah yang akan menghampiri kamu dan membuat reputasimu di resort ini buruk.”

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   54. Amarah Mami Gerald

    “Liam. Barusan aku dapat telepon dari Jiera. Dia menangis terus dan mengatakan dengan sesenggukan, kalau dia sangat mencintai Ge. Aku nggak tau maksud dia ngomong kayak gitu tanpa sebab. Tapi aku merasa hubungan di antara mereka lagi nggak baik.” “Apa jangan-jangan mereka putus?” Papi Gerald—Liam Ogawa—menelaah ucapan sang istri yang berjalan mendekat sofa di mana lelaki itu sedari tadi menyelesaikan pekerjaan di ruang tengah. “Mereka berdua sudah berstatus tunangan, Indira. Sebentar lagi menikah dan aku rasa Ge nggak berniat melakukan, kecuali ada kesalahan fatal yang terjadi di antara mereka.” Wanita cantik berusia di pertengahan empat puluh tahun itu mengambil duduk di samping suaminya. Ia diam, ikut memikirkan seluruh tangis Jiera dan mengatakan rasa cintanya. “Anak kita selingkuh?” “Yang nangis sambil memohon, siapa?” “Jiera,” jawab Mami Gerald polos, sedangkan hatinya cukup gusar. Pernikahan Jiera dan Gerald sudah semakin di depan mata. Banyak sekali halangan yang membuat

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   53. Menghancurkan Impian Orangtua

    “Biru, merah ama ijau.” “Waaahhh! Hebat sekali cucu Nenek!” Bukan hanya Mama Agnes yang bertepuk tangan heboh, melainkan sang suami—Kakek Irvin—ditemani beberapa kerabat dekat Irvin yang masih di sekolah dasar ikut takjub dengan kepintaran Irvin. Apalagi paras tampan Irvin yang semakin terlihat perpaduan serasi. “Dengar kan, Kek? Cucu kita ngucapin ‘R’ lumayan bagus,” lanjut wanita itu berseri ke arah sang suami, meminta persetujuan dari lelaki itu. “Iya, Ma. Cucu Kakek ini pintar, mirip Maminya waktu kecil,” puji Papa Agnes dan menyodorkan satu keping biskuit pada Irvin yang banyak tersaji di meja ruang tamu. Seluruh hidangan dan camilan sudah tersaji sangat banyak. Menyambut kedatangan Agnes beserta keluarga kecilnya. Tidak tanggung-tanggung, Papa Agnes sengaja sudah membeli kolam renang karet untuk cucu kecilnya dan bisa juga memuat untuk sanak saudara yang masih kecil. Perlengkapan untuk berenang juga sudah lebih dari cukup dan akan dipakai sore nanti. “Anak kalian pintar, N

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   52. Dikecup Sedikit, Membuka Semuanya

    “Aku nggak pernah tau, kalau kamu sedekat itu dengan Arumi.”Gerald baru saja keluar dari kamar mandi sembari mengikat ulang dasi yang ia lepas saat berada di unit Agnes. Tatapan Gerald sudah terkunci dengan perempuan yang berdiri di sisi ranjang, menatap dirinya sinis.Tangan kanan Agnes terangkat sambil menggoyangkan ponsel Gerald. “Semesra itu sampai dia harus chat lewat nomor kontak pribadi kamu, hm?”“Arum? Ibu pengganti Irvin?”Pertanyaan yang lebih berupa memastikan itu nyatanya membuat dada Agnes sesak. Ia mengembuskan napas kasar, mengepalkan erat ponsel Gerald sebagai pengalihan emosi. Entah kenapa sedari awal Agnes benci Gerald memperlakukan manis seorang perempuan.Mungkin sedari dulu hanya Agnes yang sangat penuh diberikan perhatian, tatapan lekat dan perlakuan manis. Ia belum terbiasa melihat Gerald berbagi hal yang dulu tetaplah Agnes Zefanya pemenangnya. “Memangnya ada berapa nama Arum yang kamu kenal?”“Nes,” panggil Gerald melihat perubahan raut itu berubah tidak lem

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   51. Mulai Curiga

    “Lo nggak ada rasa curiga sama Ibu pengganti Irvin?”Baru saja Agnes menyelesaikan panggilan telepon pada Arumi. Perempuan itu memberitahu pada Arumi untuk membatalkan penerbangan ke Bali untuk kesekian kali setelah Agnes memundurkan jadwal.Kali terakhir hal mendesak adalah saat Irvin dan Gerald jatuh sakit pasca menyelamatkan putra semata wayang Agnes di pulau seberang. Arumi selalu menyanggupi dan meminta Agnes terus mengabarinya kapan pun butuh, sekalipun harus berangkat di hari yang sama.Kening Agnes mengernyit. Ia melihat Fiani mengambil duduk di depan Agnes. Mereka berdua sedang berada di ruang kerja Fiani. Jam istirahat digunakan keduanya untuk makan siang dari bekal yang dibuat Agnes.Ia bersama Gerald membagi tugas bersama. Siang ini Gerald membawa Irvin bertemu klien ditemani beberapa pegawainya yang lain. “Kenapa kita harus membahas Arumi? Lo kayak curigaan gitu,” balas Agnes menatap tidak suka ekspresi menyelidik Fiani.“Sorry, kalau gue harus ngebahas orang yang selama

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   50. Lebih Manis

    “Jadi selama ini kamu udah tau, kalau Jiera selingkuh dari kamu? Kenapa masih dipertahankan, sih?” Agnes mendesah berat seraya menyandarkan punggung di sandaran kursi restoran area rooftop.Agnes mengajak Gerald duduk di area lebih sepi untuk membicarakan hal ini dan berusaha berhati-hati dalam menyampaikan fakta perselingkuhan Jiera. Tapi sepertinya Agnes lah yang syok dan merasakan pandangan yang sedikit mengabur.Tidak ada raut sedih ataupun kaget saat Agnes membahas perihal Jiera dan Victor. “Kamu nggak kelihatan kaget sama sekali,” cetus Agnes.“Jujur, aku kaget tentang Jiera dan Victor. Tapi nggak terlalu memengaruhi pandanganku karena Victor memang nggak pernah setia sama satu perempuan pun dan berpeluang suka sama Jiera,” aku Gerald melipat kedua tangan di atas meja.Ia menatap lekat perempuan di depannya, sangat tulus dan ingin selalu membuat Gerald bisa mendapatkan pasangan yang baik. “Terimakasih, Nes. Aku sangat menghargai informasi yang kamu sampaikan.”Kedua bibir tipis

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   49. Pakai Bibir Kamu

    Agnes tersenyum manis melihat ayah dan anak sudah sehat dan sekarang berlari di atas pasir pantai. “Papi! Irvin! Kita harus pulang sekarang, udah sore!”Kedua tangan Agnes terlipat di dada, lalu sedikit mencebik saat dua orang yang ia panggil berhenti bermain. Mereka terlalu sibuk melakukan pendekatan lebih erat, sedangkan Agnes dibiarkan sendirian tanpa diajak.Hm, mungkin ini lebih baik dibandingkan semalam ia mengkhawatirkan suami dan anak lelakinya. “Pulang, Pi!”“Ayo, Nak. Kita dekati Mami, habis itu kamu Papi mandiin, ya?” Gerald menggendong tubuh mungil yang sekarang antusias ingin dimandikan Gerald.Perlahan dua orang itu mengikis jarak yang kurang dari lima belas meter untuk mendekati Agnes. “Tega banget nggak ajak aku main sama kamu dan anak kita,” cetus Agnes mencebik tidak suka.“Maaf. Tapi kamu kelihatan menikmati makanan di gazebo tadi,” balasnya menarik lembut pinggang ramping Agnes, lalu mendaratkan satu kecupan di kening.Saat itupula kerja jantung Agnes terasa berkal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status