Share

Bab 3

Penulis: Fara Kinara
Denzel menatap Natalie dari atas. Ucapan yang keluar dari bibir tipisnya terdengar sangat menusuk. "Tingkahmu yang seenaknya ini membuatku bertanya-tanya, apa selaput daramu itu hasil operasi?"

"Kamu ...!" Dada Natalie naik turun karena marah. Bagaimanapun, dia adalah anak dari keluarga terhormat. Kalau bukan karena musibah yang menimpanya, mana mungkin dia melakukan hal semacam itu?

Pria ini sudah mengambil keuntungan darinya, lalu sekarang masih berani menghinanya?

Matanya memerah karena emosi, tetapi Denzel seperti tak melihat itu semua. Suaranya tetap datar. "Orang dewasa harus bertanggung jawab atas tindakannya. Melukai orang lain adalah pelanggaran hukum. Penjara adalah konsekuensi yang harus ditanggung Robert. Kamu nggak perlu ...."

"Diam!" Mata Natalie memerah, suaranya sedikit bergetar. "Kamu sama sekali nggak tahu apa-apa. Orang sepertimu cuma bisa membela orang jahat sambil menutup hati nurani!"

"Kakakku itu nggak salah! Justru Marlon yang terus-terusan menindasnya. Marlon yang mulai duluan! Kakakku cuma membela diri. Salahnya di mana?"

"Cuma karena Marlon anak pebisnis, semua orang takut menyinggungnya. Fakta diputarbalikkan, kesaksian dipalsukan, semua cuma buat menjatuhkan kakakku. Kalian ... kalian semua pasti akan mendapat balasannya!"

Air mata Natalie jatuh tak terbendung. Semua emosi yang dipendam selama ini akhirnya meledak. Suaranya sampai bergetar saat berbicara.

Dia seperti seekor anak kucing kecil yang terus-menerus ditindas, tetapi tak punya kekuatan untuk melawan, hanya bisa menggeram pelan untuk menakuti pemangsa. Menyedihkan, tak berdaya.

Denzel memandangi Natalie yang menangis dengan tatapan suram. Dia tidak memercayai perkataan Natalie. Kebenaran dan kebohongan bukan sesuatu yang bisa dibuktikan hanya dengan kata-kata.

Tangisan Natalie tertekan, tetapi air matanya tetap mengalir deras. Matanya merah karena menangis terlalu lama. Baru setelah beberapa saat, air matanya perlahan mereda.

Setelah meluapkan emosinya, Natalie mengangkat tangan untuk menghapus air mata. Dia hendak berjalan melewati Denzel dan masuk ruang rawat.

Namun, tiba-tiba pergelangan tangannya ditarik. Saat berikutnya, tubuhnya terjatuh ke pelukan pria itu.

Denzel menunduk, matanya yang gelap terlihat dalam. "Kamu tahu gimana caranya Marlon mempermainkan perempuan? Kamu sudah bosan hidup ya?"

Wajah Natalie pucat pasi, bibirnya terkatup rapat. Kini, bibir dan wajahnya sama-sama pucat. Dia mendongak menatap Denzel. Matanya terlihat berkilauan karena air mata, tetapi di dalam sana ada kehampaan yang dalam.

Natalie membuka mulutnya, tetapi akhirnya tak ada sepatah kata pun yang keluar. Dia hanya mendorong pria itu menjauh.

Kakaknya adalah orang yang memperlakukannya dengan paling baik. Apa pun yang terjadi, dia harus menyelamatkan kakaknya. Dengan segala cara.

Natalie mencoba masuk ke ruang rawat lagi, tetapi Denzel menarik pergelangan tangannya dengan kasar dan menyeretnya pergi. Begitu keluar dari rumah sakit, Denzel menariknya ke samping mobil Maybach.

Natalie melepaskan tangannya dengan kasar. Dia sangat marah. "Sebenarnya maumu apa sih?"

Wajah tampan Denzel tetap tanpa ekspresi, suaranya juga tetap dingin. "Nggak ngerti bahasa manusia?"

Natalie mengangkat dagunya tinggi-tinggi, mata merahnya menatap lurus ke arah Denzel. "Kenapa memangnya kalau aku nggak ngerti? Meskipun di depan sana ada neraka, aku tetap nggak akan menyerah untuk menyelamatkan kakakku!"

Dia mundur selangkah, lalu meneruskan, "Tolong Pak Denzel jangan ikut campur."

Natalie berbalik, tetapi tak kembali ke rumah sakit. Dia tahu selama Denzel masih ada di sana, dia tidak akan bisa bernegosiasi hari ini.

Sosok gadis yang kurus itu berjalan pergi. Denzel menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku, matanya yang gelap menunjukkan sedikit kekesalan.

Semalam, Natalie begitu pasrah di bawah tubuhnya. Dia sangat penurut seperti kelinci kecil yang jinak. Siapa sangka, ternyata gadis ini begitu keras kepala!

Perempuan memang makhluk paling pandai berpura-pura di dunia ini. Benar-benar tak tahu diri.

Marlon hanya ingin mempermainkannya. Setelah bosan, Robert tetap akan masuk penjara. Dia jarang-jarang berniat baik, tetapi malah ditolak mentah-mentah.

Denzel tertawa, tetapi di matanya tak ada sedikit pun kesenangan ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 428

    Natalie juga merasa bingung.Di desa, pandangan yang lebih memihak anak laki-laki daripada perempuan memang umum terjadi. Dulu ketika Ainur tidak menyukainya, Natalie masih bisa menenangkan diri dengan berpikir bahwa itu karena pengaruh pola pikir seperti itu.Namun, setelah melihat bagaimana Ainur memperlakukan Stella dengan begitu baik, dia benar-benar tidak mengerti lagi. Apakah dia benar bukan anak kandung?"Kalau begitu, mau coba tes DNA saja?" Denzel mengusulkan.Natalie tampak ragu. Setelah berpikir beberapa detik, dia tetap menggeleng. "Lupakan saja. Mau dites atau nggak, hasilnya juga nggak akan membuatku bahagia. Kalau hasilnya menunjukkan aku memang anak kandungnya, aku bakal lebih sakit hati. Tapi kalau ternyata bukan, aku juga nggak bakal senang."Denzel sedikit bingung. "Kenapa begitu?"Natalie tersenyum pahit. "Kalau aku memang anak yang dia lahirkan, tapi dia masih memperlakukanku seperti ini, rasanya jauh lebih menyakitkan. Tapi kalau aku bukan anak kandungnya, berarti

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 427

    "Dia adalah individu yang berdiri sendiri, warga negara yang dilindungi oleh hukum. Kamu nggak punya hak untuk menamparnya."Denzel melepaskan tangan Ainur dengan tegas, lalu berdiri di depan Natalie. Wajahnya sedingin es.Sosoknya yang tinggi dan tegap membuat orang merasa aman. Mata Natalie memanas tanpa sadar. Hatinya yang terluka akhirnya mendapatkan sedikit penghiburan. Setidaknya, di dunia ini masih ada seseorang yang benar-benar melindunginya dengan sepenuh hati.Ainur terdiam, tidak tahu harus membalas apa setelah dibentak oleh Denzel.Liana yang berdiri di sampingnya dan masih mencemaskan Stella, tak tahan untuk bersuara, "Ini urusan keluarga kami. Walaupun kamu pacarnya Natalie, kamu tetap nggak punya hak untuk ikut campur, 'kan?"Tatapan dingin Denzel melirik ke arah Liana. "Janin yang dibunuh Stella mengandung separuh darahku. Kamu pikir aku nggak punya hak untuk ikut campur? Sepertinya kalian nggak puas karena Stella nggak masuk penjara. Kalau begitu, biar aku kirim dia ke

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 426

    Natalie menatap Ainur yang sedang memarahinya. Matanya memerah. "Stella membuatku keguguran, membuatku mungkin selamanya kehilangan kemampuan untuk punya anak. Dari awal sampai sekarang, Ibu nggak pernah menanyakan keadaanku sekali pun.""Tapi demi dia, Ibu menamparku, bahkan memakiku dengan kejam. Aku ini anak kandung Ibu atau bukan sih?"Tatapan Ainur sedikit bergetar. Dia menghindari pandangan Natalie yang penuh kekecewaan, tetapi nada bicaranya tetap keras. "Stella masih muda, dia cuma terbawa emosi dan khilaf. Cukup suruh dia minta maaf padamu. Kamu nggak perlu bertindak sejauh itu, sampai merusak hubungan keluarga.""Muda?" Natalie tertawa pelan, matanya dipenuhi keputusasaan. "Tapi aku hanya dua tahun lebih tua darinya. Nggak masalah kalau Ibu cuma pilih kasih pada Kak Robert, tapi kenapa sekarang bahkan anak orang lain pun Ibu perlakukan lebih baik daripada aku? Saat Ibu memohon untuk Stella, pernahkah Ibu memikirkan betapa sakitnya aku yang kehilangan anakku?""Tapi kamu sekar

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 425

    Denzel menerima berkas itu, lalu mengenakan kacamata berbingkai emas dan mulai membacanya dengan saksama.Louis melirik secangkir kopi yang sudah setengah diminum di meja, lalu tak kuasa berkata, "Kudengar Bu Ivy kali ini pulang untuk fokus pada kariernya. Dia sekarang sudah menjadi manajer umum di perusahaan keluarganya. Proyek yang akan kita jalankan ini harus berhubungan langsung dengannya. Bapak yakin ingin bekerja sama?"Denzel mengangkat pandangan dari berkas, menatap dengan sedikit bingung. "Kenapa? Ada masalah?"Louis ragu sejenak, lalu meneruskan dengan suara pelan, "Bagaimanapun juga, Bu Ivy adalah cinta pertama Bapak. Kalau proyek ini berjalan, Bapak pasti akan sering berhubungan dengannya. Kalau Bu Natalie tahu, mungkin dia akan marah."Denzel meletakkan berkas itu, menatap Louis dengan mata hitam yang dalam, lalu menyipit sedikit. "Sejak kapan kamu jadi begitu peduli pada Natalie?"Tentu saja karena dia ikut taruhan! Jelas dia berharap Natalie yang menang! Namun, hal itu j

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 424

    Denzel membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah jam tangan yang harganya tidak murah."Aku nggak kekurangan jam tangan. Kamu nggak perlu kasih ke aku. Bawa kembali saja."Ivy tersenyum tipis. "Hadiah yang sudah diberikan nggak seharusnya diambil kembali. Lagi pula, dulu kamu memberiku begitu banyak hadiah. Sekarang aku cuma membalasnya, itu wajar."Denzel sedikit mengernyit. "Nggak perlu.""Denzel, apa hubungan kita sekarang sudah sedingin itu sampai kamu bahkan nggak mau menerima hadiah dariku?" Suara Ivy terdengar sedikit sedih.Denzel menggeleng. "Aku sekarang sudah punya pacar. Menerima hadiah dari wanita lain bukan hal yang pantas."Hati Ivy seolah-olah tertusuk duri tajam. Matanya dipenuhi kesedihan yang sulit diungkapkan.Dulu ketika mereka masih bersama, Denzel juga seperti ini. Menjaga jarak dari semua wanita, selalu memberi rasa aman.Dia memang berbeda dari kebanyakan pria. Terhadap wanita yang tidak memiliki hubungan dekat dengannya, dia selalu bersikap sopan dan berjarak.

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 423

    Bagi seorang pria, leher adalah bagian tubuh yang sangat menggoda.Tatapan Denzel menjadi sedikit gelap. Dia perlahan mengulurkan tangan yang beruas jelas, dengan gerakan yang membawa sedikit godaan. Jemarinya menyentuh lembut leher Natalie yang jenjang dan pucat.Gerakannya lembut, tetapi penuh keinginan.Ketika ujung jarinya yang hangat menyentuh kulit itu, rasanya seperti ada arus listrik kecil mengalir, membuat tubuh Natalie bergetar halus. Bibirnya tanpa sadar sedikit terbuka, menampakkan ujung lidah mungil berwarna merah muda."Natalie ...." Suara Denzel terdengar serak, perut bawahnya terasa menegang. Jakunnya bergerak naik turun, sementara tatapannya semakin dalam dan gelap.Tepat ketika dia hendak berbuat sesuatu, ponsel di saku celananya berdering tidak pada waktunya.Denzel langsung menolak panggilan itu, menunduk ingin mencium Natalie. Namun, ponsel kembali berdering."Kamu angkat dulu saja," ujar Natalie dengan wajah memerah sambil mendorongnya pelan.Denzel menyentuh pipi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status