Share

Bab 4

Author: Fara Kinara
Denzel kembali ke ruang rawat. Marlon sedang duduk di ranjang sambil merokok. Begitu melihat siapa yang datang, dia segera mematikan rokoknya dan menarik sebuah kursi dengan ramah. "Kak Denzel, kenapa kamu balik lagi? Ayo duduk!"

"Apa alasan Robert menyerangmu?" tanya Denzel dengan nada datar. Tujuannya kembali ke rumah sakit kali ini memang untuk menanyakan motif penganiayaan yang dilakukan terdakwa.

Marlon langsung menjawab tanpa ragu, "Aku cuma goda-goda pacarnya sedikit, terus provokasi dia pakai beberapa kata. Siapa sangka, harga dirinya setinggi langit. Dia langsung main tangan! Cari mati! Kak Denzel, kamu harus pastikan dia mendekam di penjara sampai tua!"

"Cuma karena itu?" Denzel duduk dengan posisi santai, tetapi auranya tetap membuat orang tidak berani menentang. Saat matanya sedikit terangkat, tatapan tajamnya dalam dan penuh tekanan.

Marlon seketika merasa tegang. Dia menundukkan pandangan, menghindari tatapan tersebut, lalu menjawab dengan tenang, "Kamu merasa ada yang aneh?"

Denzel tidak menjawab, tetapi tatapannya tak beralih sedikit pun. Walaupun mereka tidak beradu pandang, tekanan yang dia berikan cukup membuat punggung Marlon berkeringat dingin.

Kakak sepupunya ini ... memang menakutkan.

Beberapa detik kemudian, Marlon akhirnya merasakan tatapan mengintimidasi itu menghilang. Dia menghela napas lega.

Namun, tiba-tiba terdengar suara Denzel yang santai. "Kamu pernah menindas Robert?"

Hati Marlon langsung menegang. Dia menatap sepupunya dan buru-buru menyahut, "Jangan-jangan si Natalie ngarang cerita ke kamu? Jangan percaya dia! Perempuan itu bisa ngapain saja buat bersihkan nama Robert. Tadi saja dia coba godain aku! Sekarang malah ngomong sembarangan!"

Takut Denzel tidak percaya, Marlon buru-buru menambahkan, "Aku memang pernah hina dia pakai kata-kata, tapi aku nggak pernah main tangan. Sumpah!"

"Hmm." Ekspresi Denzel tetap tenang. Tak terlihat sedikit pun emosi dari wajahnya, sulit ditebak apakah dia percaya atau tidak.

Marlon masih ingin berbicara, tetapi Denzel sudah bangkit. Dia melangkah keluar dari ruang rawat dengan kaki panjangnya.

Marlon mengangkat tangan, menyeka keringat dingin di dahi. Hatinya yang tadi tegang tadi akhirnya bisa tenang kembali.

Sepupunya ini dijuluki "Iblis Hukum" di dunia pengacara, Cerdik, penuh perhitungan, dan tak bisa ditebak. Namun, sepertinya kali ini Denzel percaya pada ceritanya.

Penjara seumur hidup untuk Robert bisa dibilang sudah ditetapkan!

Di dalam mobil Maybach berwarna hitam, Denzel bersandar di jok kulit. Jari-jarinya yang panjang mengusap layar ponsel, lalu menghubungi sebuah nomor. "Selidiki semua yang berkaitan dengan kasus Marlon dari awal sampai akhir."

....

Natalie baru saja kembali ke asrama saat mendapat panggilan dari lembaga bimbingan belajar. Ada seorang klien yang membutuhkan guru privat untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia. Bayaran per jamnya sangat tinggi hingga 1,8 juta.

Namun, persyaratannya juga sangat ketat, yaitu harus mahasiswi dari Universitas 985, berprestasi, punya pengalaman mengajar lebih dari tiga tahun, dan terbukti berhasil meningkatkan nilai siswa.

Natalie adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Alorma, selalu menempati peringkat pertama setiap tahun. Sejak tahun pertama kuliah, dia sudah menjadi guru privat dan siswa-siswa yang dibimbing semuanya mengalami peningkatan drastis dalam nilai mereka.

Dia sangat memenuhi kriteria. Makanya, lembaga bimbingan belajar merekomendasikan Natalie kepada klien tersebut.

Natalie sendiri sedang kekurangan uang, jadi dia langsung setuju. Namun, sebelum kontrak resmi ditandatangani, harus ada sesi uji coba. Jadwalnya pun sudah ditetapkan sore ini.

Mengikuti panduan dari aplikasi peta, Natalie tiba di kawasan vila mewah tempat tinggal klien. Keamanan di sini sangat ketat. Orang asing tidak boleh sembarangan masuk.

Dia pun menelepon klien. Setelah tersambung, dia berbicara dengan sopan, "Halo, ini guru privat yang datang untuk sesi uji coba. Satpam nggak mengizinkan orang asing masuk. Bisa tolong jemput di gerbang?"

Dari seberang, terdengar suara yang jernih. "Baik, aku akan kirim orang untuk menjemputmu."

Suaranya sangat merdu, tetapi juga terdengar familier, seperti pernah dia dengar sebelumnya. Sebelum Natalie sempat mengingat lebih jauh, teleponnya sudah ditutup.

Dia berdiri dengan tenang di bawah pohon mapel di pintu masuk sambil memikirkan petunjuk apa yang bisa digunakan untuk menyelamatkan kakaknya dari kasus itu.

Beberapa saat kemudian, sebuah mobil Maybach berwarna hitam perlahan mendekat. Denzel yang duduk di dalam, melirik ke pinggir jalan secara tak sengaja, lalu langsung melihat sosok ramping yang berdiri di bawah pohon mapel.

Natalie?
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 428

    Natalie juga merasa bingung.Di desa, pandangan yang lebih memihak anak laki-laki daripada perempuan memang umum terjadi. Dulu ketika Ainur tidak menyukainya, Natalie masih bisa menenangkan diri dengan berpikir bahwa itu karena pengaruh pola pikir seperti itu.Namun, setelah melihat bagaimana Ainur memperlakukan Stella dengan begitu baik, dia benar-benar tidak mengerti lagi. Apakah dia benar bukan anak kandung?"Kalau begitu, mau coba tes DNA saja?" Denzel mengusulkan.Natalie tampak ragu. Setelah berpikir beberapa detik, dia tetap menggeleng. "Lupakan saja. Mau dites atau nggak, hasilnya juga nggak akan membuatku bahagia. Kalau hasilnya menunjukkan aku memang anak kandungnya, aku bakal lebih sakit hati. Tapi kalau ternyata bukan, aku juga nggak bakal senang."Denzel sedikit bingung. "Kenapa begitu?"Natalie tersenyum pahit. "Kalau aku memang anak yang dia lahirkan, tapi dia masih memperlakukanku seperti ini, rasanya jauh lebih menyakitkan. Tapi kalau aku bukan anak kandungnya, berarti

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 427

    "Dia adalah individu yang berdiri sendiri, warga negara yang dilindungi oleh hukum. Kamu nggak punya hak untuk menamparnya."Denzel melepaskan tangan Ainur dengan tegas, lalu berdiri di depan Natalie. Wajahnya sedingin es.Sosoknya yang tinggi dan tegap membuat orang merasa aman. Mata Natalie memanas tanpa sadar. Hatinya yang terluka akhirnya mendapatkan sedikit penghiburan. Setidaknya, di dunia ini masih ada seseorang yang benar-benar melindunginya dengan sepenuh hati.Ainur terdiam, tidak tahu harus membalas apa setelah dibentak oleh Denzel.Liana yang berdiri di sampingnya dan masih mencemaskan Stella, tak tahan untuk bersuara, "Ini urusan keluarga kami. Walaupun kamu pacarnya Natalie, kamu tetap nggak punya hak untuk ikut campur, 'kan?"Tatapan dingin Denzel melirik ke arah Liana. "Janin yang dibunuh Stella mengandung separuh darahku. Kamu pikir aku nggak punya hak untuk ikut campur? Sepertinya kalian nggak puas karena Stella nggak masuk penjara. Kalau begitu, biar aku kirim dia ke

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 426

    Natalie menatap Ainur yang sedang memarahinya. Matanya memerah. "Stella membuatku keguguran, membuatku mungkin selamanya kehilangan kemampuan untuk punya anak. Dari awal sampai sekarang, Ibu nggak pernah menanyakan keadaanku sekali pun.""Tapi demi dia, Ibu menamparku, bahkan memakiku dengan kejam. Aku ini anak kandung Ibu atau bukan sih?"Tatapan Ainur sedikit bergetar. Dia menghindari pandangan Natalie yang penuh kekecewaan, tetapi nada bicaranya tetap keras. "Stella masih muda, dia cuma terbawa emosi dan khilaf. Cukup suruh dia minta maaf padamu. Kamu nggak perlu bertindak sejauh itu, sampai merusak hubungan keluarga.""Muda?" Natalie tertawa pelan, matanya dipenuhi keputusasaan. "Tapi aku hanya dua tahun lebih tua darinya. Nggak masalah kalau Ibu cuma pilih kasih pada Kak Robert, tapi kenapa sekarang bahkan anak orang lain pun Ibu perlakukan lebih baik daripada aku? Saat Ibu memohon untuk Stella, pernahkah Ibu memikirkan betapa sakitnya aku yang kehilangan anakku?""Tapi kamu sekar

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 425

    Denzel menerima berkas itu, lalu mengenakan kacamata berbingkai emas dan mulai membacanya dengan saksama.Louis melirik secangkir kopi yang sudah setengah diminum di meja, lalu tak kuasa berkata, "Kudengar Bu Ivy kali ini pulang untuk fokus pada kariernya. Dia sekarang sudah menjadi manajer umum di perusahaan keluarganya. Proyek yang akan kita jalankan ini harus berhubungan langsung dengannya. Bapak yakin ingin bekerja sama?"Denzel mengangkat pandangan dari berkas, menatap dengan sedikit bingung. "Kenapa? Ada masalah?"Louis ragu sejenak, lalu meneruskan dengan suara pelan, "Bagaimanapun juga, Bu Ivy adalah cinta pertama Bapak. Kalau proyek ini berjalan, Bapak pasti akan sering berhubungan dengannya. Kalau Bu Natalie tahu, mungkin dia akan marah."Denzel meletakkan berkas itu, menatap Louis dengan mata hitam yang dalam, lalu menyipit sedikit. "Sejak kapan kamu jadi begitu peduli pada Natalie?"Tentu saja karena dia ikut taruhan! Jelas dia berharap Natalie yang menang! Namun, hal itu j

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 424

    Denzel membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah jam tangan yang harganya tidak murah."Aku nggak kekurangan jam tangan. Kamu nggak perlu kasih ke aku. Bawa kembali saja."Ivy tersenyum tipis. "Hadiah yang sudah diberikan nggak seharusnya diambil kembali. Lagi pula, dulu kamu memberiku begitu banyak hadiah. Sekarang aku cuma membalasnya, itu wajar."Denzel sedikit mengernyit. "Nggak perlu.""Denzel, apa hubungan kita sekarang sudah sedingin itu sampai kamu bahkan nggak mau menerima hadiah dariku?" Suara Ivy terdengar sedikit sedih.Denzel menggeleng. "Aku sekarang sudah punya pacar. Menerima hadiah dari wanita lain bukan hal yang pantas."Hati Ivy seolah-olah tertusuk duri tajam. Matanya dipenuhi kesedihan yang sulit diungkapkan.Dulu ketika mereka masih bersama, Denzel juga seperti ini. Menjaga jarak dari semua wanita, selalu memberi rasa aman.Dia memang berbeda dari kebanyakan pria. Terhadap wanita yang tidak memiliki hubungan dekat dengannya, dia selalu bersikap sopan dan berjarak.

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 423

    Bagi seorang pria, leher adalah bagian tubuh yang sangat menggoda.Tatapan Denzel menjadi sedikit gelap. Dia perlahan mengulurkan tangan yang beruas jelas, dengan gerakan yang membawa sedikit godaan. Jemarinya menyentuh lembut leher Natalie yang jenjang dan pucat.Gerakannya lembut, tetapi penuh keinginan.Ketika ujung jarinya yang hangat menyentuh kulit itu, rasanya seperti ada arus listrik kecil mengalir, membuat tubuh Natalie bergetar halus. Bibirnya tanpa sadar sedikit terbuka, menampakkan ujung lidah mungil berwarna merah muda."Natalie ...." Suara Denzel terdengar serak, perut bawahnya terasa menegang. Jakunnya bergerak naik turun, sementara tatapannya semakin dalam dan gelap.Tepat ketika dia hendak berbuat sesuatu, ponsel di saku celananya berdering tidak pada waktunya.Denzel langsung menolak panggilan itu, menunduk ingin mencium Natalie. Namun, ponsel kembali berdering."Kamu angkat dulu saja," ujar Natalie dengan wajah memerah sambil mendorongnya pelan.Denzel menyentuh pipi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status