Share

4. Kesucian Yuriko Sudah Terenggut

"A-apa?"

Yuriko begitu terkejut mendengar jawaban laki-laki itu. Dibayar mahal pun ia tidak sudi, apalagi kalau sampai digagahi secara cuma-cuma.

"Lepas, lepaskan saya! Saya mohon, Tuan. Di bar ini masih banyak wanita cantik dan biarkan wanita pas-pasan ini pergi," mohon wanita itu berusaha membujuk.

"Kalau sudah tahu wajahmu pas-pasan, kenapa kau mencari masalah denganku? Seharusnya kau terima saja tawaranku sebelumnya. Jadi, aku tidak perlu bersikap kasar seperti ini," sanggah laki-laki itu malas.

Laki-laki itu terus menarik tangan Yuriko. Tidak peduli seberapa keras Yuriko berusaha melepaskan diri dan berontak karena tujuannya hanya satu yaitu membawanya ke kamar dan menyelesaikan rencananya.

"Tidak, Tuan. Lepaskan saya, saya mohon!" ujar Yuriko memohon dengan air mata yang sudah bercucuran deras membasahi wajahnya.

Di sisi lain, Wolf sedang duduk bersandar di sofa sambil melipat kakinya. Beberapa jam yang lalu, Reza melaporkan tentang Yuriko yang mendapatkan pekerjaan di sebuah club malam.

Malangnya, club malam itu terkenal ketidakramahan pengunjung. Sebagian besar pengunjung di sana merupakan pengunjung yang nakal. Jadi, Wolf merasa kali ini akan mendapatkan Yuriko sesuai keinginannya.

"Bagaimana, Pak? Apa kita perlu membantu Nona Yuriko?" tanya Reza.

Pria itu melihat Yuriko digoda dan diseret ke dalam dengan cara paksa. Ia merasa perlu membantu, tetapi menunggu persetujuan dari bosnya.

"Tunggu dulu! Biarkan dia merasakan ketakutan dan putus asa terlebih dahulu. Setelah itu, kita akan datang membantunya seperti seorang pahlawan," sahut Wolf tersenyum menyeringai.

"Baik, Pak," ujar Reza tegas.

Wolf menurunkan kakinya. Duduk dengan posisi tubuh membungkuk dan tangannya pun bergerak mengetuk-ngetuk meja. Pria itu terlihat seperti sedang menghitung waktu.

"Ayo, Za! Sudah waktunya kita bergerak," kata Wolf sambil beranjak berdiri.

"Tunggu, Pak!" cegah Reza terlihat khawatir.

"Ada apa?" tanya Wolf menatap Reza penasaran.

"Apa tidak sebaiknya Anda pergi sendiri?"

Alih-alih menjawab, Reza justru balik bertanya. Sedangkan Wolf hanya bisa mengerutkan keningnya tidak mengerti. Bukankah Reza yang sudah tidak sabar ingin membantu Yuriko? Lalu, apa ini?

"Jangan salah paham dulu, Pak. Saya hanya ingin Anda menjadi satu-satunya pahlawan bagi Nona Yuriko. Dengan begitu, Anda bisa meminta imbalan dengan menandatangani perjanjian kontrak pernikahan," jelas Reza panik. Ia takut Wolf marah karena salah paham.

"Aku mengerti," kata Wolf. Sepersekian detik kemudian, ia melangkah ke arah di mana Yuriko diseret.

Dengan langkah besar, Wolf menyusuri lorong yang di samping kanan dan kirinya sebuah kamar. Ia berusaha menajamkan telinganya dan melihat sebuah kamar dengan pintu yang terbuka lebar. Baru saja hendak mendekat, pintu itu ditutup dengan kasar.

"Sepertinya aku datang tepat waktu," lirih wolf sambil tersenyum menyeringai.

Pria itu melangkah ke depan dan berdiri tepat di depan pintu. Mengulurkan tangannya dan mengetuk pintu. Satu kali ketukan diabaikan, begitu pula dengan ketukan kedua dan ketiga. Lalu, ia mengumpulkan seluruh tenaganya dan menendang pintu sekuat tenaga.

Debuman keras cukup membuat penghuni ruangan terkejut. Meski ruangan itu cukup gelap karena lampu yang menyala hanya lampu tidur, tetapi Wolf bisa melihat dengan jelas bahwa pakaian Yuriko sudah hampir terlepas. Robek sana sini dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Andai ia terlambat beberapa menit saja, mungkin kesucian Yuriko sudah terenggut.

"Sial! Siapa yang berani mengganggu kesenanganku?" umpat laki-laki yang menyeret Yuriko kesal.

Wolf melangkah masuk dan laki-laki itu pun beranjak mendekat. Melihat betapa menyebalkan laki-laki itu membuat Wolf mengepalkan tangannya kuat-kuat dan melayangkannya ke wajah laki-laki itu.

"Beraninya kau!"

Pria dengan aura dingin itu tidak bisa menahan kekesalannya lagi. Wanita yang ingin ia jadikan sebagai istri hampir dinodai dengan brutal. Padahal sebelumnya, ia begitu bersemangat karena rencananya menjebak Yuriko akan berhasil. Namun melihat bagaimana kondisi wanita itu saat ini, Wolf sangat menyesal karena tidak bertindak sejak awal.

"Siapa kau sampai berani mengganggu wanitaku?" Wolf memukuli laki-laki itu hingga membabi buta.

Sementara itu, Yuriko bergerak menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Manik matanya yang mengabur karena air mata tidak bisa melihat dengan jelas sosok Wolf di sana. Ia hanya meringkuk ketakutan sambil menangis. Bahkan, telinganya seakan tuli dan tidak bisa mendengar ucapan Wolf pada laki-laki itu.

"Kenapa kau diam saja, huh?! Lihat saja! Akan aku hancurkan kau sampai ke akar-akar kehidupanmu," murka Wolf. Dalam satu kali hantaman, laki-laki itu terpental hingga tidak sadarkan diri.

Setelah itu, Wolf menoleh ke belakang. Menatap Yuriko sendu dan langsung mendekat. Namun sayangnya, ia tidak disambut dengan baik.

"Aku mohon, jangan!" Yuriko pikir, Wolf pria tidak baik yang memperebutkannya untuk digagahi, "Berhenti di situ dan jangan mendekat," lanjut wanita itu histeris.

Alih-alih membalas ucapan Yuriko, Wolf justru menarik paksa selimut yang Yuriko gunakan untuk menutupi tubuhnya. Hal itu membuat wanita itu semakin ketakutan.

"Aku mohon pergilah! Pergilah dan tinggalkan aku sendiri!" mohon Yuriko sesenggukan sambil memeluk lututnya.

Wolf melepas jasnya dan melempar ke arah Yuriko. "Pakai ini," kata pria itu dingin.

Sontak, Yuriko langsung meraih jas itu dan memakainya. Menyembunyikan tubuhnya dari pakaian yang sudah compang-camping. Sedangkan Wolf, pria itu berbalik dan melangkah ke arah pintu.

"Kenapa kau diam saja? Cepat bangun dan keluar!" Wolf menoleh ke samping karena tidak mendengar pergerakan apa pun dari Yuriko, "Apa kau menyesal karena aku menyelamatkanmu?" lanjut pria itu geram.

Yuriko menelan salivanya kasar mendengar pertanyaan yang Wolf lontarkan. "Ti-tidak. Justru aku berterimakasih karena kau menolongku," balasnya sambil menatap punggung terlihat sangat lebar itu.

"Kalau kau merasa berterima kasih, cepat bangun dan keluar dari tempat kotor ini," ujar Wolf dingin.

"Ba-baik," balas Yuriko terbata.

Jas Wolf cukup besar di tubuh Yuriko dengan panjang di atas lutut. Jadi, akan aman untuk keluar dari tempat itu tanpa perlu takut tubuhnya akan terekspos.

Setelah keluar dari klub, Yuriko melihat Reza memberi hormat pada pria yang menolongnya. Ia cukup terkejut karena sejak tadi tidak melihat wajah Wolf dengan jelas ketika di kamar.

"Pak Reza? Bagaimana bisa? Apa jangan-jangan dia ... Pria yang menolongku ... Apa dia Pak Wolf?" lirih Yuriko bertanya-tanya.

Reza membukakan pintu mobil untuk Wolf. Kemudian, ia mendekat ke arah Yuriko dan berkata, "Pak Wolf akan mengantar Nona pulang. Jadi, silahkan masuk ke mobil!"

"A-apa? Ja-jadi, Pak Wolf yang menolong saya?" tanya Yuriko memastikan.

"Iya, Nona. Apa Nona Yuriko bisa masuk ke dalam mobil sekarang? Saya takut kalau Pak Wolf harus terlalu lama menunggu," sahut Reza.

Bertepatan dengan Reza meminta agar Yuriko bergegas masuk ke dalam mobil, Wolf menurunkan kaca mobil.

"Bisakah saya pulang sendiri saja?" pinta Yuriko tersenyum tidak enak pada Reza.

"Apa kau akan pulang dalam keadaan seperti ini di tengah malam begini?" tanya Wolf dingin dengan pandangan mata yang lurus ke depan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status