Home / Romansa / Jebakan Nikah Kontrak / 4. Kesucian Yuriko Sudah Terenggut

Share

4. Kesucian Yuriko Sudah Terenggut

Author: Vhiaraya
last update Huling Na-update: 2023-05-15 16:16:30

"A-apa?"

Yuriko begitu terkejut mendengar jawaban laki-laki itu. Dibayar mahal pun ia tidak sudi, apalagi kalau sampai digagahi secara cuma-cuma.

"Lepas, lepaskan saya! Saya mohon, Tuan. Di bar ini masih banyak wanita cantik dan biarkan wanita pas-pasan ini pergi," mohon wanita itu berusaha membujuk.

"Kalau sudah tahu wajahmu pas-pasan, kenapa kau mencari masalah denganku? Seharusnya kau terima saja tawaranku sebelumnya. Jadi, aku tidak perlu bersikap kasar seperti ini," sanggah laki-laki itu malas.

Laki-laki itu terus menarik tangan Yuriko. Tidak peduli seberapa keras Yuriko berusaha melepaskan diri dan berontak karena tujuannya hanya satu yaitu membawanya ke kamar dan menyelesaikan rencananya.

"Tidak, Tuan. Lepaskan saya, saya mohon!" ujar Yuriko memohon dengan air mata yang sudah bercucuran deras membasahi wajahnya.

Di sisi lain, Wolf sedang duduk bersandar di sofa sambil melipat kakinya. Beberapa jam yang lalu, Reza melaporkan tentang Yuriko yang mendapatkan pekerjaan di sebuah club malam.

Malangnya, club malam itu terkenal ketidakramahan pengunjung. Sebagian besar pengunjung di sana merupakan pengunjung yang nakal. Jadi, Wolf merasa kali ini akan mendapatkan Yuriko sesuai keinginannya.

"Bagaimana, Pak? Apa kita perlu membantu Nona Yuriko?" tanya Reza.

Pria itu melihat Yuriko digoda dan diseret ke dalam dengan cara paksa. Ia merasa perlu membantu, tetapi menunggu persetujuan dari bosnya.

"Tunggu dulu! Biarkan dia merasakan ketakutan dan putus asa terlebih dahulu. Setelah itu, kita akan datang membantunya seperti seorang pahlawan," sahut Wolf tersenyum menyeringai.

"Baik, Pak," ujar Reza tegas.

Wolf menurunkan kakinya. Duduk dengan posisi tubuh membungkuk dan tangannya pun bergerak mengetuk-ngetuk meja. Pria itu terlihat seperti sedang menghitung waktu.

"Ayo, Za! Sudah waktunya kita bergerak," kata Wolf sambil beranjak berdiri.

"Tunggu, Pak!" cegah Reza terlihat khawatir.

"Ada apa?" tanya Wolf menatap Reza penasaran.

"Apa tidak sebaiknya Anda pergi sendiri?"

Alih-alih menjawab, Reza justru balik bertanya. Sedangkan Wolf hanya bisa mengerutkan keningnya tidak mengerti. Bukankah Reza yang sudah tidak sabar ingin membantu Yuriko? Lalu, apa ini?

"Jangan salah paham dulu, Pak. Saya hanya ingin Anda menjadi satu-satunya pahlawan bagi Nona Yuriko. Dengan begitu, Anda bisa meminta imbalan dengan menandatangani perjanjian kontrak pernikahan," jelas Reza panik. Ia takut Wolf marah karena salah paham.

"Aku mengerti," kata Wolf. Sepersekian detik kemudian, ia melangkah ke arah di mana Yuriko diseret.

Dengan langkah besar, Wolf menyusuri lorong yang di samping kanan dan kirinya sebuah kamar. Ia berusaha menajamkan telinganya dan melihat sebuah kamar dengan pintu yang terbuka lebar. Baru saja hendak mendekat, pintu itu ditutup dengan kasar.

"Sepertinya aku datang tepat waktu," lirih wolf sambil tersenyum menyeringai.

Pria itu melangkah ke depan dan berdiri tepat di depan pintu. Mengulurkan tangannya dan mengetuk pintu. Satu kali ketukan diabaikan, begitu pula dengan ketukan kedua dan ketiga. Lalu, ia mengumpulkan seluruh tenaganya dan menendang pintu sekuat tenaga.

Debuman keras cukup membuat penghuni ruangan terkejut. Meski ruangan itu cukup gelap karena lampu yang menyala hanya lampu tidur, tetapi Wolf bisa melihat dengan jelas bahwa pakaian Yuriko sudah hampir terlepas. Robek sana sini dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Andai ia terlambat beberapa menit saja, mungkin kesucian Yuriko sudah terenggut.

"Sial! Siapa yang berani mengganggu kesenanganku?" umpat laki-laki yang menyeret Yuriko kesal.

Wolf melangkah masuk dan laki-laki itu pun beranjak mendekat. Melihat betapa menyebalkan laki-laki itu membuat Wolf mengepalkan tangannya kuat-kuat dan melayangkannya ke wajah laki-laki itu.

"Beraninya kau!"

Pria dengan aura dingin itu tidak bisa menahan kekesalannya lagi. Wanita yang ingin ia jadikan sebagai istri hampir dinodai dengan brutal. Padahal sebelumnya, ia begitu bersemangat karena rencananya menjebak Yuriko akan berhasil. Namun melihat bagaimana kondisi wanita itu saat ini, Wolf sangat menyesal karena tidak bertindak sejak awal.

"Siapa kau sampai berani mengganggu wanitaku?" Wolf memukuli laki-laki itu hingga membabi buta.

Sementara itu, Yuriko bergerak menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Manik matanya yang mengabur karena air mata tidak bisa melihat dengan jelas sosok Wolf di sana. Ia hanya meringkuk ketakutan sambil menangis. Bahkan, telinganya seakan tuli dan tidak bisa mendengar ucapan Wolf pada laki-laki itu.

"Kenapa kau diam saja, huh?! Lihat saja! Akan aku hancurkan kau sampai ke akar-akar kehidupanmu," murka Wolf. Dalam satu kali hantaman, laki-laki itu terpental hingga tidak sadarkan diri.

Setelah itu, Wolf menoleh ke belakang. Menatap Yuriko sendu dan langsung mendekat. Namun sayangnya, ia tidak disambut dengan baik.

"Aku mohon, jangan!" Yuriko pikir, Wolf pria tidak baik yang memperebutkannya untuk digagahi, "Berhenti di situ dan jangan mendekat," lanjut wanita itu histeris.

Alih-alih membalas ucapan Yuriko, Wolf justru menarik paksa selimut yang Yuriko gunakan untuk menutupi tubuhnya. Hal itu membuat wanita itu semakin ketakutan.

"Aku mohon pergilah! Pergilah dan tinggalkan aku sendiri!" mohon Yuriko sesenggukan sambil memeluk lututnya.

Wolf melepas jasnya dan melempar ke arah Yuriko. "Pakai ini," kata pria itu dingin.

Sontak, Yuriko langsung meraih jas itu dan memakainya. Menyembunyikan tubuhnya dari pakaian yang sudah compang-camping. Sedangkan Wolf, pria itu berbalik dan melangkah ke arah pintu.

"Kenapa kau diam saja? Cepat bangun dan keluar!" Wolf menoleh ke samping karena tidak mendengar pergerakan apa pun dari Yuriko, "Apa kau menyesal karena aku menyelamatkanmu?" lanjut pria itu geram.

Yuriko menelan salivanya kasar mendengar pertanyaan yang Wolf lontarkan. "Ti-tidak. Justru aku berterimakasih karena kau menolongku," balasnya sambil menatap punggung terlihat sangat lebar itu.

"Kalau kau merasa berterima kasih, cepat bangun dan keluar dari tempat kotor ini," ujar Wolf dingin.

"Ba-baik," balas Yuriko terbata.

Jas Wolf cukup besar di tubuh Yuriko dengan panjang di atas lutut. Jadi, akan aman untuk keluar dari tempat itu tanpa perlu takut tubuhnya akan terekspos.

Setelah keluar dari klub, Yuriko melihat Reza memberi hormat pada pria yang menolongnya. Ia cukup terkejut karena sejak tadi tidak melihat wajah Wolf dengan jelas ketika di kamar.

"Pak Reza? Bagaimana bisa? Apa jangan-jangan dia ... Pria yang menolongku ... Apa dia Pak Wolf?" lirih Yuriko bertanya-tanya.

Reza membukakan pintu mobil untuk Wolf. Kemudian, ia mendekat ke arah Yuriko dan berkata, "Pak Wolf akan mengantar Nona pulang. Jadi, silahkan masuk ke mobil!"

"A-apa? Ja-jadi, Pak Wolf yang menolong saya?" tanya Yuriko memastikan.

"Iya, Nona. Apa Nona Yuriko bisa masuk ke dalam mobil sekarang? Saya takut kalau Pak Wolf harus terlalu lama menunggu," sahut Reza.

Bertepatan dengan Reza meminta agar Yuriko bergegas masuk ke dalam mobil, Wolf menurunkan kaca mobil.

"Bisakah saya pulang sendiri saja?" pinta Yuriko tersenyum tidak enak pada Reza.

"Apa kau akan pulang dalam keadaan seperti ini di tengah malam begini?" tanya Wolf dingin dengan pandangan mata yang lurus ke depan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jebakan Nikah Kontrak    49. Senang Sekali Menguji Kesehatan Jantungku

    "Anak kita laki-laki, Mas," kata Yuriko mengingat sang suami belum tahu."Jangan bercanda, Yuri! Hal seperti ini tidak bisa kau jadikan sebagai candaan," protes Wolf tidak suka."Aku serius, Mas. Kalau tidak percaya, kau bisa lihat di papan nama. Bahkan nama putra kita belum ditulis," ujar Yuriko menjelaskan.Sontak, Wolf langsung berjongkok dan memeriksa papan nama. Di sana terlihat jelas di bagian nama kosong dan di bagian jenis kelamin menunjukkan tulisan laki-laki."Astaga!" Wolf terlihat seperti orang yang sedang melihat hantu. Manik mata dan mulutnya terbuka lebar. Ia sampai jatuh terjengkang ke belakang karena terlalu terkejut melihat bayinya berjenis kelamin laki-laki."Bagaimana bisa?" Wolf menyentuh kepalanya dan sedikit mencengkeram rambutnya.Beruntung waktu itu tidak hanya membeli pakaian berwarna pink saja, tetapi ada warna ungu juga. Jadi saat ini, bayi laki-laki itu memakai pakaian berwarna ungu. Tidak masalah jika anak laki-laki memakai pakaian warna itu."Maaf, Mas.

  • Jebakan Nikah Kontrak    48. Dua Garis

    "A-apa? Ha-hamil?" Manik mata Wolf terbelalak dengan senyum yang mengembang, "Apa kau sungguh hamil, Sayang?" imbuhnya bertanya pada sang istri."Aku tidak tahu, Mas," sahut Yuriko menggeleng bingung.Selama ini, ia hanya menikmati kehidupan rumah tangganya dengan Wolf. Ia bahkan tidak sadar akhir-akhir ini sering sekali makan. Porsinya masih normal, tetapi ia sering menikmati camilan. Baik ketika di rumah maupun di perusahaan."Coba kau beli test pack di apotik. Kalau tidak, panggil dokter keluarga kita ke rumah," kata Grizeljoy menyarankan."Nah iya, Benar. Kalau bisa, panggil dokter kandungan saja ke rumah biar lebih pasti," timpal Antariksa ikut menyarankan.Rupanya selain Wolf, dan Grizeljoy yang terlihat bersemangat, Antariksa pun jauh lebih bersemangat daripada mereka berdua. Namun alih-alih meminta putra San menantunya pergi ke rumah sakit, ia justru berkata untuk membawa dokter spesialis kandungan ke rumah."Bagaimana kalau test pack saja? Nanti kalau positif, Yuri sama Mas W

  • Jebakan Nikah Kontrak    47. Kau Hamil?

    "Kita sudah menikah, tapi hanya sedikit orang yang tahu. Menurutmu, apa kita perlu membuat perayaan untuk mengumumkan pernikahan kita?" Satu bulan berlalu setelah drama merajuk yang Wolf buat. Kini, pria itu sedang bermanja-manja dengan Yuriko di dalam selimut. Mereka baru saja menyelesaikan ritual percobaan pembuatan anak yang entah sudah berapa puluh atau mungkin berapa ratus kali."Siapa bilang sedikit? Semua karyawan di perusahaan tahu tentang status kita. Jadi aku pikir, kita tidak perlu merayakannya. Itu hanya akan buang-buang waktu dan uang saja," tolak Yuriko.Tidak peduli mau seberapa banyak orang yang tahu tentang pernikahannya. Yang paling penting sekarang hidupnya sudah bahagia. Tanpa ada yang ditutup-tutupi dan saling terbuka satu sama lain meski hanya hal kecil sekalipun."Tidak, Sayang. Untuk hal seperti ini tidak bisa dibilang sebagai buang-buang uang." Wolf menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan pemikiran sang istri.Selain karyawan di perusahaan, Wolf ingin men

  • Jebakan Nikah Kontrak    46. Satu, Dua, atau Tiga?

    Yuriko menatap manik mata Wolf yang terlihat berkaca-kaca. Terlihat sekali bahwa pria itu sudah terlalu putus asa. Tidak tahu harus melakukan apa dan dengan cara apa agar Yuriko mau memiliki anak dengannya."Kenapa? Apa masih belum cukup?" tanya Wolf nyalang. Rasa-rasanya, kesabarannya sudah habis tak bersisa."Tidak. Aku setuju untuk memiliki anak," sahut Yuriko sedikit menyusutkan tubuhnya. Sebelumnya memang Wolf pernah marah, tetapi kali ini berbeda. Tatapan matanya menunjukkan kemarahan, kekesalan, kekecewaan, dan perasaan lainnya yang tercampur menjadi satu membuat Yuriko kesulitan sekedar untuk bernafas."Hah? Apa? Aku tidak salah dengar, 'kan?" tanya Wolf terkejut.Baru saja ia pasrah atas penolakan yang akan Yuriko lontarkan. Namun ternyata, ia mendengar jawaban yang sangat ingin ia dengar. Bahkan ia sampai tidak bisa mempercayai pendengarannya."Sama sekali tidak. Jadi, kau menginginkan berapa anak? Satu, dua, atau tiga?" sahut Yuriko mantap."A-apa?" Wolf kembali dikejutkan

  • Jebakan Nikah Kontrak    45. Tatap Aku, Yuri!

    "M-mas?" Yuriko langsung menjauhkan tubuhnya dengan raut bingung."Kenapa? Tidak bisa? Mau kembali sama Devon? Ya sudah, sana." Wolf melebarkan matanya dan berkata dengan nada malas. Lalu, ia melangkah ke arah meja kerjanya berusaha mengabaikan Yuriko.Terlihat, Yuriko sedang mengigiti kuku jari tangannya. Menatap Wolf dengan raut keragu-raguan. Haruskah ia mengatakan alasannya?"Bu-bukannya aku tidak mau. Aku hanya ..." Yuriko sengaja menggantung kalimatnya membuat Wolf penasaran."Hanya apa? Hanya karena kau belum mempercayaiku?" tanya Wolf berbalik dan menatap wanita itu sinis."Tidak, bukan karena itu. Aku hanya ... Takut, Mas," sahut Yuriko sambil menundukkan kepalanya.Mendengar kata takut terlontar, sontak membuat Wolf mengurungkan niatnya untuk duduk. Ia kembali mendekat ke arah Yuriko dan menyentuh bahunya."Tatap aku, Yuri!" pinta Wolf.Melihat bagaimana kondisi sang istri saat ini membuat Wolf tidak tega. Sebenarnya, ia tidak bisa jauh meski hanya sebentar. Namun, ia terpak

  • Jebakan Nikah Kontrak    44. Kalau Begitu, Berikan Aku Seorang Anak

    "Itu tidak benar, Mas. Hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia." Yuriko menyentuh lengan Wolf dan tangisnya semakin pecah."Turun!" seru Wolf."Tidak, Mas. Aku tidak akan turun sebelum kau mempercayai kata-kataku," tolak Yuriko sambil menggeleng cepat.Wolf menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar. Ia pikir, Yuriko tidak akan pernah mau mendengarkan ucapannya. Jadi, ia memutuskan untuk keluar dan menurunkan semua barang belanjaan di depan lobby apartemen. Setelah itu, ia menarik tangan Yuriko agar turun dari mobil."Mas, aku mohon! Kali ini saja percaya padaku. Semua yang aku katakan benar. Aku tidak sengaja bertemu dengannya dan aku tidak ingin memiliki anak bukan karena dia." Yuriko berjalan mengikuti Wolf yang hendak masuk ke dalam mobil."Minggir!" seru Wolf ketika Yuriko menghalangi jalannya."Mas, aku mohon!" lirih Yuriko. Namun sayangnya, sang suami sama sekali tidak peduli dengan permohonannya.Wolf menyentuh bahu Yuriko dan mendorongnya ke samping. La

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status