Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama membuat Wolf terpaksa harus menjebak Yuriko. Ia mencari kelemahan wanita itu dan menggunakannya demi memenjarakan wanita itu di hatinya. Mampukah Wolf menjerat Yuriko masuk ke dalam jebakannya? Akankah cinta tumbuh di hati Yuriko setelah seiring berjalannya waktu? Follow Ig Vhiaraya Cover photo by bing Design by me Cerita ini dipublikasikan pada 15 Mei 2023
View More"Aww! Maaf-maaf, aku tidak sengaja," ujar seorang wanita cantik sambil membungkukkan tubuhnya.
Wanita yang diketahui memiliki nama lengkap Yuriko, beberapa kali membungkukkan tubuhnya berusaha meminta maaf pada seseorang yang tidak sengaja ia tabrak. Kemudian, ia memunguti barangnya yang jatuh berserakan di lantai. Tanpa melihat sosok yang ia tabrak, Yuriko bergegas pergi dengan langkah terburu-buru."Siapa wanita itu? Kenapa aku baru melihatnya? Apa dia karyawan baru di sini? Bukankah sudah lama perusahaan ini tidak membuka lowongan pekerjaan?" tanya pria yang tidak sengaja Yuriko tabrak.Pria itu adalah Wolf Lundmark Antariksa Phoenix pemilik sekaligus pemimpin perusahaan PT. Griant Phoenix. Pria dengan tubuh tegap dan tinggi semampai. Rahang yang tegas dan bulu-bulu tipis yang menghiasi wajahnya itu, kini menjadi penasaran terhadap wanita. Padahal seumur hidupnya, ia tidak pernah peduli dengan wanita mana pun kecuali pada Theona, sang pujaan hati."Apa alasan wanita itu terlihat sangat terburu-buru?" tanyanya lagi.Terlalu penasaran, jadi ia memilih mengikuti wanita itu yang saat ini sedang melambaikan tangannya memanggil taksi. Terlihat, sebuah taksi berhenti dan Yuriko masuk ke dalam. Wanita itu tidak sadar bahwa saat ini ada pria yang sedang mengikutinya."Phoenix Hotel? Apa yang akan dia lakukan di sini?" tanya Wolf pada dirinya sendiri.Phoenix Hotel merupakan perusahaan yang kakaknya pimpin dan ia membantunya di belakang layar. Wolf turun dari mobil dan mengikuti Yuriko masuk ke dalam. Namun sebelum itu, ia meraih kacamata dan topi hitam di laci mobil. Ia tidak boleh terlihat membuntuti seorang wanita."Apa kau Kevin?" tanya Yuriko pada seorang pria tampan berusia tiga puluhan."Iya. Apa kau Yuri?" sahut Kevin balik bertanya."Iya, aku Yuri. Apa kau sudah lama menunggu?" Yuriko menarik kursi dan duduk, "Maaf, ya, aku terlambat soalnya aku habis kerja lembur," imbuhnya.Sudah tidak terhitung jumlahnya, Yuriko melakukan kencan buta demi memenuhi keinginan sang nenek untuk menikah."Tidak, aku juga baru sampai. Mungkin baru sekitar lima sampai sepuluh menit yang lalu," jawab Kevin sambil menyentuh arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya."Syukurlah, kalau begitu." Yuriko menghembuskan napas lega sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi."Kau mau makan apa?" tanya Kevin sambil membuka buku menu."Apa saja, aku bukan pemilih," sahut Yuriko santai.Selagi Kevin sibuk membolak-balikkan buku menu, Yuriko sibuk memperhatikannya. Hal pertama yang wanita itu perhatikan adalah wajah tampan Kevin."Sepertinya aku akan gagal lagi di kencan buta kali ini," bisik Yuriko dalam hati.Hampir setiap bulan, Yuriko melakukan kencan buta melalui sebuah aplikasi. Hal itu ia lakukan demi mewujudkan permintaan sang nenek. Namun, sudah tidak terhitung jumlahnya ia gagal mencari pria yang ia inginkan.Semua pria di kencan buta memiliki paras yang tampan, sedangkan pria yang ia cari adalah pria dengan paras yang biasa-biasa saja. Kriterianya berbanding terbalik dengan wanita pada umumnya."Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Kevin menyadari bahwa Yuriko sejak tadi sibuk memperhatikannya."Tidak ada," balas Yuriko menggeleng.Sementara Yuriko dan Kevin sibuk mengobrol, Wolf hanya sibuk memperhatikan dan mendengarkan percakapan mereka. Bahkan sampai mereka makan dan selesai, ia tetap berada di sana menunggu Yuriko keluar."Aku berharap pertemuan pertama kita ini bisa berlanjut," harap Kevin sambil mengulurkan tangannya.Yuriko tidak menjawab dan hanya mengurai senyum canggungnya. Lalu, ia membalas uluran tangan Kevin. Setelah itu, mereka berdua berpisah.Sambil menghela napas berat, Yuriko berkata, "Gagal lagi, gagal lagi."Wanita cantik itu melangkah menuju toilet untuk menghapus riasan wajahnya. Mengubahnya menjadi riasan buruk rupa untuk menyembunyikan wajah aslinya yang cantik.Wolf masih terus mengikuti Yuriko sampai ke toilet. Ia cukup terkejut melihat wajah karyawan yang cukup familiar. Namun, pakaian dan tas yang wanita itu kenakan merupakan milik Yuriko."Jadi, selama ini kau membunyikan wajah cantikmu di balik riasan. Sungguh wanita yang sangat menarik," gumam Wolf sambil mengulas senyuman.Pria itu masuk ke dalam lift setelah Yuriko. Ia begitu penasaran dengan alasan apa yang membuat wanita itu menyembunyikan kecantikan wajahnya, sedangkan di luaran sana banyak wanita yang berlomba-lomba menunjukkan kecantikan wajah mereka.Setelah sampai di depan hotel, Wolf membiarkan Yuriko pergi begitu saja. Ia hanya memperhatikan punggung wanita itu yang kian menjauh."Kenapa aku merasa ada yang memperhatikan?" tanya Yuriko dalam hati.Wanita itu menoleh ke belakang untuk memastikan. Namun, ia tidak mendapati seseorang yang memperhatikannya. Meskipun ada, orang itu adalah Wolf dan pria itu sudah langsung bersembunyi."Sepertinya kali ini aku harus mengecewakan Nenek lagi," bisiknya sambil berjalan menyusuri trotoar.Entah sudah berapa lama melangkah, Yuriko berhenti di halte bertepatan dengan bus yang datang. Dalam sekejap, bayangan wanita dengan riasan tebal itu sudah menghilang.***Keesokan harinya, entah ada angin apa, wanita pendiam yang sama sekali tidak dikenal karyawan lain tiba-tiba dipanggil ke ruangan CEO."Sebenarnya ada apa? Kenapa Pak Wolf memanggilku?" batin Yuriko bertanya-tanya.Semua karyawan, bahkan atasan yang satu ruangan dengannya pun mulai sinis padanya. Mereka berpikir, bagaimana bisa wanita berwajah pas-pasan atau lebih tepatnya di bawah standar kecantikan negeri ini seperti Yuriko dipanggil ke ruangan CEO. Padahal, jarang sekali ada orang yang bisa masuk ke sana."Apa kau Nona Yuri?""Iya, Pak, saya sendiri," jawab Yuriko.Baru saja keluar dari lift, sudah ada pria tampan yang menghampirinya. Sambil menghela napas pelan, Yuriko terus menundukkan kepala."Saya, Reza, sekretaris Pak Wolf. Mari saya antar ke ruangan Pak Wolf," kata Reza berjalan lebih dulu.Yuriko mengangkat kepalanya terkejut. Kemudian, ia berjalan tergopoh-gopoh mengejar Reza. "Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, Pak Wolf meminta saya ke ruangannya untuk apa, ya?" tanyanya sambil menatap Reza lekat.Pria itu menghentikan langkahnya dan menatap Yuriko. "Saya tidak tahu dan hanya Pak Wolf sendiri yang tahu. Mungkin saja kamu membuat kesalahan besar, makanya Pak Wolf memanggilmu ke ruangannya," jawab Reza, kemudian melanjutkan langkahnya."Kesalahan besar. Perasaan aku tidak membuat kesalahan apa pun," gumam Yuriko sambil berpikir.Reza mengetuk pintu. Kemudian, terdengar suara seruan dari dalam yang memintanya untuk masuk."Masuklah! Pak Wolf sudah menunggumu di dalam," kata Reza mempersilakan."Tapi, Pak Reza. Saya merasa tidak membuat kesalahan apa pun. Apa jangan-jangan Pak Wolf salah memanggil orang?" Yuriko memilin ujung kemejanya khawatir.Selama ini, ia berusaha agar tidak menjadi karyawan yang menonjol. Apa pun ia lakukan sendiri dan ia tidak pernah mencoba dekat dengan karyawan lain. Jadi ia pikir, Wolf salah memanggil orang."Tidak mungkin Pak Wolf salah memanggil. Atau kalau bukan karena kau membuat masalah besar, mungkin karena kinerjamu bagus. Jadi, lebih baik kau masuk ke dalam sebelum Pak Wolf marah," balas Reza sambil memutar kenop pintu dan sedikit mendorongnya agar Yuriko bergegas masuk ke dalam."Baiklah." Dengan langkah berat, Yuriko masuk ke dalam dan menyapa. "Selamat pagi, Pak."Wanita itu hanya menatap Wolf sekilas. Mungkin hanya dalam hitungan tiga detik ia langsung menunduk."Pagi." Wolf menatap Yuriko dari atas ke bawah. Melihat penampilan wanita itu saat ini membuat sudut bibirnya naik sebelah. "Duduklah!""Baik, Pak." Yuriko melangkah ke depan dan duduk di kursi seberang meja kerja Wolf.Sepersekian detik kemudian, Wolf beranjak bangun dari kursi dan meraih map kuning di rak sebelah kanan meja kerjanya. Lalu, menyerahkannya pada Yuriko."Tandatangani ini.""Apa ini, Pak?" tanya Yuriko sambil mengerutkan keningnya."Baca dan tandatangani," balas Wolf datar. Ia berjalan ke arah jendela dan menatap ke bawah di mana banyak kendaraan yang lalu lalang.Yuriko membuka map kuning itu dan mulai membaca. "A-apa? Surat perjanjian nikah kontrak?" Wanita itu terkejut dengan manik mata dan mulut yang terbuka lebar."Anak kita laki-laki, Mas," kata Yuriko mengingat sang suami belum tahu."Jangan bercanda, Yuri! Hal seperti ini tidak bisa kau jadikan sebagai candaan," protes Wolf tidak suka."Aku serius, Mas. Kalau tidak percaya, kau bisa lihat di papan nama. Bahkan nama putra kita belum ditulis," ujar Yuriko menjelaskan.Sontak, Wolf langsung berjongkok dan memeriksa papan nama. Di sana terlihat jelas di bagian nama kosong dan di bagian jenis kelamin menunjukkan tulisan laki-laki."Astaga!" Wolf terlihat seperti orang yang sedang melihat hantu. Manik mata dan mulutnya terbuka lebar. Ia sampai jatuh terjengkang ke belakang karena terlalu terkejut melihat bayinya berjenis kelamin laki-laki."Bagaimana bisa?" Wolf menyentuh kepalanya dan sedikit mencengkeram rambutnya.Beruntung waktu itu tidak hanya membeli pakaian berwarna pink saja, tetapi ada warna ungu juga. Jadi saat ini, bayi laki-laki itu memakai pakaian berwarna ungu. Tidak masalah jika anak laki-laki memakai pakaian warna itu."Maaf, Mas.
"A-apa? Ha-hamil?" Manik mata Wolf terbelalak dengan senyum yang mengembang, "Apa kau sungguh hamil, Sayang?" imbuhnya bertanya pada sang istri."Aku tidak tahu, Mas," sahut Yuriko menggeleng bingung.Selama ini, ia hanya menikmati kehidupan rumah tangganya dengan Wolf. Ia bahkan tidak sadar akhir-akhir ini sering sekali makan. Porsinya masih normal, tetapi ia sering menikmati camilan. Baik ketika di rumah maupun di perusahaan."Coba kau beli test pack di apotik. Kalau tidak, panggil dokter keluarga kita ke rumah," kata Grizeljoy menyarankan."Nah iya, Benar. Kalau bisa, panggil dokter kandungan saja ke rumah biar lebih pasti," timpal Antariksa ikut menyarankan.Rupanya selain Wolf, dan Grizeljoy yang terlihat bersemangat, Antariksa pun jauh lebih bersemangat daripada mereka berdua. Namun alih-alih meminta putra San menantunya pergi ke rumah sakit, ia justru berkata untuk membawa dokter spesialis kandungan ke rumah."Bagaimana kalau test pack saja? Nanti kalau positif, Yuri sama Mas W
"Kita sudah menikah, tapi hanya sedikit orang yang tahu. Menurutmu, apa kita perlu membuat perayaan untuk mengumumkan pernikahan kita?" Satu bulan berlalu setelah drama merajuk yang Wolf buat. Kini, pria itu sedang bermanja-manja dengan Yuriko di dalam selimut. Mereka baru saja menyelesaikan ritual percobaan pembuatan anak yang entah sudah berapa puluh atau mungkin berapa ratus kali."Siapa bilang sedikit? Semua karyawan di perusahaan tahu tentang status kita. Jadi aku pikir, kita tidak perlu merayakannya. Itu hanya akan buang-buang waktu dan uang saja," tolak Yuriko.Tidak peduli mau seberapa banyak orang yang tahu tentang pernikahannya. Yang paling penting sekarang hidupnya sudah bahagia. Tanpa ada yang ditutup-tutupi dan saling terbuka satu sama lain meski hanya hal kecil sekalipun."Tidak, Sayang. Untuk hal seperti ini tidak bisa dibilang sebagai buang-buang uang." Wolf menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan pemikiran sang istri.Selain karyawan di perusahaan, Wolf ingin men
Yuriko menatap manik mata Wolf yang terlihat berkaca-kaca. Terlihat sekali bahwa pria itu sudah terlalu putus asa. Tidak tahu harus melakukan apa dan dengan cara apa agar Yuriko mau memiliki anak dengannya."Kenapa? Apa masih belum cukup?" tanya Wolf nyalang. Rasa-rasanya, kesabarannya sudah habis tak bersisa."Tidak. Aku setuju untuk memiliki anak," sahut Yuriko sedikit menyusutkan tubuhnya. Sebelumnya memang Wolf pernah marah, tetapi kali ini berbeda. Tatapan matanya menunjukkan kemarahan, kekesalan, kekecewaan, dan perasaan lainnya yang tercampur menjadi satu membuat Yuriko kesulitan sekedar untuk bernafas."Hah? Apa? Aku tidak salah dengar, 'kan?" tanya Wolf terkejut.Baru saja ia pasrah atas penolakan yang akan Yuriko lontarkan. Namun ternyata, ia mendengar jawaban yang sangat ingin ia dengar. Bahkan ia sampai tidak bisa mempercayai pendengarannya."Sama sekali tidak. Jadi, kau menginginkan berapa anak? Satu, dua, atau tiga?" sahut Yuriko mantap."A-apa?" Wolf kembali dikejutkan
"M-mas?" Yuriko langsung menjauhkan tubuhnya dengan raut bingung."Kenapa? Tidak bisa? Mau kembali sama Devon? Ya sudah, sana." Wolf melebarkan matanya dan berkata dengan nada malas. Lalu, ia melangkah ke arah meja kerjanya berusaha mengabaikan Yuriko.Terlihat, Yuriko sedang mengigiti kuku jari tangannya. Menatap Wolf dengan raut keragu-raguan. Haruskah ia mengatakan alasannya?"Bu-bukannya aku tidak mau. Aku hanya ..." Yuriko sengaja menggantung kalimatnya membuat Wolf penasaran."Hanya apa? Hanya karena kau belum mempercayaiku?" tanya Wolf berbalik dan menatap wanita itu sinis."Tidak, bukan karena itu. Aku hanya ... Takut, Mas," sahut Yuriko sambil menundukkan kepalanya.Mendengar kata takut terlontar, sontak membuat Wolf mengurungkan niatnya untuk duduk. Ia kembali mendekat ke arah Yuriko dan menyentuh bahunya."Tatap aku, Yuri!" pinta Wolf.Melihat bagaimana kondisi sang istri saat ini membuat Wolf tidak tega. Sebenarnya, ia tidak bisa jauh meski hanya sebentar. Namun, ia terpak
"Itu tidak benar, Mas. Hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia." Yuriko menyentuh lengan Wolf dan tangisnya semakin pecah."Turun!" seru Wolf."Tidak, Mas. Aku tidak akan turun sebelum kau mempercayai kata-kataku," tolak Yuriko sambil menggeleng cepat.Wolf menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar. Ia pikir, Yuriko tidak akan pernah mau mendengarkan ucapannya. Jadi, ia memutuskan untuk keluar dan menurunkan semua barang belanjaan di depan lobby apartemen. Setelah itu, ia menarik tangan Yuriko agar turun dari mobil."Mas, aku mohon! Kali ini saja percaya padaku. Semua yang aku katakan benar. Aku tidak sengaja bertemu dengannya dan aku tidak ingin memiliki anak bukan karena dia." Yuriko berjalan mengikuti Wolf yang hendak masuk ke dalam mobil."Minggir!" seru Wolf ketika Yuriko menghalangi jalannya."Mas, aku mohon!" lirih Yuriko. Namun sayangnya, sang suami sama sekali tidak peduli dengan permohonannya.Wolf menyentuh bahu Yuriko dan mendorongnya ke samping. La
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments