Terdengar suara pintu lift terbuka. Seorang pria mengenakan setelan hijau keabu-abuan berjalan memasuki apartemen milik Max. Seperti biasanya dia akan menyiapkan sarapan yang dia beli dalam perjalanan. Saat masuk ke dapur, pria bernama Altherr Caspari terlonjak kaget. Pasalnya dia melihat atasannya sudah duduk di meja makan menikmati kopi paginya. Bahkan Max sudah terlihat rapi dengan setelan biru bergaris-garis merah.
“Oh, God. Kamu mengejutkanku, Max.” Altherr mengelus dadanya yang berdebar kencang.
Max sama sekali tidak menanggapinya karena terlalu sibuk dengan pikirannya. Kemudian Altherr memilih kembali berjalan menuju kabinet dapur. Mengeluarkan dua potongan segitiga tuna sandwich. Setelah membuang kantongnya, Altherr menghampiri Max dan meletakkan piring itu di hadapan pria itu.
“Apakah Rey membuatmu tidak tidur? Karena itukah kamu sudah siap sepagi ini?” tanya Altherr, satu-satunya orang yang mengetahui masalah penyakit mental yang dialami oleh Max.
Memang benar, Max memiliki penyakit mental yang disebut dengan dissociative identity disorder (DID) atau biasa lebih dikenal dengan kepribadian ganda. Rey, yang bertemu dengan Orlena semalam adalah salah satu alter ego yang dimiliki oleh Max. Inilah alasan mengapa Max tidak bisa hidup satu atap dengan istrinya.
Max menoleh dan menatap sekretarisnya. “Tidak, kamu salah, Altherr. Justru Rey hanya muncul sebentar saja.”
Seketika Altherr melotot kaget. Pasalnya Rey adalah kepribadian paling menyusahkan dibandingkan yang lainnya. Jauh berbeda dengan Max yang lemah lembut, Rey adalah kebalikan dari Max. Dia kasar, tidak sabaran dan tempramental. Sehingga tidak jarang Max mengalami banyak masalah karena ulah Rey.
“Kamu pasti bercanda, Max. Bukankah biasanya Rey lebih mendominasi? Bagaimana bisa dia muncul hanya sebentar saja?” terkejut Altherr.
“Aku mana mungkin bercanda masalah ini, Altherr. Aku tidak tahu seperti apa detailnya. Saat aku terbangun aku melihat wanita itu berdiri di sudut ruangan. Dia bahkan memanggilku Rey, Sepertinya wanita itu bisa membuat Rey menghilang begitu saja. ”
Altherr memicingkan matanya. “Wanita itu? Siapa wanita yang kamu maksud, Max?”
Max mengeluarkan selembar kartu nama. Meletakkannya di atas meja lalu menggesernya ke arah Altherr. Pria yang sudah bersahabat dengan Max sejak kecil itu mengambil benda itu dan membacanya.
“Orly? Bagaimana bisa kamu mengenalnya?” Arltherr membaca nama di dalam kartu nama itu. Kemudian tatapannya tertuju pada Max untuk meminta penjelasan lebih lanjut.
“Dia adalah salah satu kupu-kupu malam di klub malam Rigel. Aku tidak sengaja bertemu dengannya di Restoran The Dolder Grand. Dia sengaja menggodaku dan memasukkan kartu namanya di kantong jasku. Sepertinya Rey menemukannya dan langsung menemui wanita itu. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi. Karena semakin aku bertanya pada wanita itu, aku hanya akan semakin membuka rahaasiaku.”
“Jadi maksudmu wanita itu bisa mengendalikan Rey?”
Max menganggukkan kepalanya. “Sepertinya begitu.”
“Bukankah ini sebuah kemajuan, Max? Selama ini Rey berusaha ingin mendominasi dirimu. Jika wanita itu bisa menjadi ‘pen-stabil’, bukankah akan jauh lebih bagus?”
“Pen-stabil?” bingung Max mendengar kata itu.
Altherr menganggukkan kepalanya. “Benar, Max. Maksudnya kita bisa memanfaatkan wanita itu untuk mengendalikan Rey.”
Max berpikir ucapan Altherr ada benarnya. Jika wanita itu bisa membuat Rey menghilang dalam waktu yang cepat, dia bisa menggunakan wanita itu untuk menjaga Rey agar tidak melebihi batas. Dengan memiliki wanita itu, maka rahasia Max akan aman terjaga.
“Aku pikir itu adalah ide yang bagus, Altherr. Cari tahu cara agar bisa menyewa wanita itu selama satu bulan ini. Kita akan mencobanya dulu. Jika memang cara ini efektif, aku akan membeli wanita itu.”
Altherr menganggukkan kepalanya. “Baiklah, aku akan mencari tahu caranya.”
***
Suara deringan telpon itu membuat tidur Orlena terganggu. Dia mengulurkan tangan dan meraba-raba untuk mengambil ponselnya. Padahal dia baru tidur jam lima karena terlalu memikirkan pria brengsek semalam. Karena itu dia ingin tidur lebih lama lagi. Setelah menemukan benda yang mengganggu tidurnya, Orlena mengangkat panggilan itu.
“ORLY SAYANGKU…. KAMU BENAR-BENAR KEBERUNTUNGANKU.”
Orlena harus menjauhkan ponsel itu karena suara Feyrin yang begitu keras menyakiti telinganya. Setelah merasa tenang, Orlena menempelkan kembali benda itu ke telinganya.
“Aku baru saja bangun tidur. Jangan membuatku panik, Fey. Ada apa? Kenapa kamu terdengar begitu senang?”
“Kamu tidak akan percaya dengan apa yang akan aku katakan. Kamu ingat pria yang semalam memesanmu setelah Tuan Jennings.”
Seketika Orlena membuka matanya. Dia menegakkan tubuhnya hingga duduk di atas ranjang. Orlena tahu benar orang yang dibicarakan oleh Feyrin adalah Max atau Rey atau entahlah siapa namanya. Yang pasti pria brengsek itu.
“Ya, aku ingat. Dia bahkan menggigit bibirku karena terlalu bersemangat. Ada apa dengannya?”
“Baru saja seketrarisnya bernama Altherr Caspari menghubungiku. Dia menanyakan bagaimana caranya bisa membeli waktumu selama sebulan.”
Seketika Orlena melotot kaget mendengar ucapan Feyrin. “MEMBELI WAKTUKU SELAMA SEBULAN? APAKAH DIA GILA?”
“Wow… Apakah kamu sedang balas dendam padaku?” Feyrin mendengus sinis.
Orlena terkekeh geli. “Aku hanya terlalu terkejut mendengarnya, Fey. Membeli waktuku selama sebulan tidaklah murah. Pasti kamu mematok harga yang mahal.”
“Tentu saja. Ini adalah bisnis yang menguntungkan. Bukankah jika aku untung kamu juga untung?” Feyrin menjelaskan ilmu timbal balik. “Jadi bagaimana? Apakah kamu mau menerimanya?”
Bibir Orlena menyunggingkan senyuman penuh arti. “Tentu saja aku akan menerimanya.” Karena dengan begitu aku bisa melancarkan balas dendamku.
***
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn